Oleh: Hariyanto
Aku melahirkan di klinik kecil di pinggir kota,
sendirian. Tak ada suami, tak ada keluarga. Bidan Rasti menyambutku dengan
senyum manis dan suara lembut. Tapi setelah rasa sakit itu reda, aku tak pernah
melihat bayiku. “Maaf, bayimu tak selamat,” katanya singkat. Aku menangis, tapi
tak diberi kesempatan memeluknya. Bahkan jenazahnya pun tak kutemukan. Hanya
selembar surat kematian yang terasa dingin di tangan.
Aku mencoba melupakan, tapi mimpi buruk terus datang.
Lalu aku bertemu seorang relawan LSM yang mendengarkan ceritaku. Ia bilang aku
bukan satu-satunya. Ada banyak ibu muda lain yang mengalami hal serupa. Kami sedang
menyelidikinya dan mencari bukti-bukti kuatnya. Menyusun potongan-potongan kasus
yang selama ini tersembunyi di balik senyum manis Bidan Rasti.
Sampai suatu hari, kami menemukan seorang bayi di kota
lain. Wajahnya… seperti cermin kecil dari wajahku. Tes DNA membuktikan: dia
anakku. Bidan Rasti ditangkap. Di pengadilan, ia hanya menatapku dan berkata,
“Kau bahkan tak tahu cara merawatnya. Aku memberinya kehidupan yang lebih baik padanya .” Tapi bagiku,….itu
pencurian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar