Alhamdulillah salah satu pentigrafku lolos
kurasi oleh Prof. Tengsoe Tjahjono dalam acara Dies tahun ke 5 KPI (Kampung
pentigraf Indonesia). Bertema "Pahlawan Di Sekitarku'" ternyata tidak
harus kita beri kata-kata "pahlawan" atau bahkan cerita kepahlawanan
yang berurutan apa adanya. Namun pentigraf adalah bentuk pengembangan imajinasi
dari realitas. Sehingga muncul karya baru berbentuk fiksi. Hal inilah yang
patut dicatat dan dicamkan, karena kita sering bercerita apa adanya tentang
pahlawan yaitu seseorang yang berjasa begitu saja.
Satu karyaku lolos memang aku rasakan ada
bumbunya konflik dan hiasan ending yang seperti metafora, menggambarkan seorang
guru yang sejatinya berjasa merawat taman di sekolah tetapi justru sering diolok
dan dicemooh KS, yang terakhir justeru menyesal. Karya ini saya gambarkan
dengan adanya pot bunga yang kekeringan dan mulai meranggas, sementara rumputnya
tidak teratur tumbuh disekelilingnya. Hal mana itu tidak pernah terjadi
sebelumnya. Ya sebelum Ibu Sri Pensiun. Persis nama dewi Sri penjaga tanaman
padi.
Namun kali ini kita bisa belajar dari 2
karya beliau sang Guru Pentigraf. Semua bertema Pahlawan disekitarku....namun
praktis tidak ada satu pun kata pahlawan di dalamnya.
Tulisan ini kami kutip dari Kampung
Pentigraf Indonesia, memang ditujukan kepada kami peserta penulis antologi.
PENTIGRAF ITU ADALAH KARYA FIKSI
Tema “Pahlawan di Sekitarku” yang harus
ditulis oleh para pentigrafis banyak menjebak mereka menulis riwayat singkat
pahlawan. Komposisi kalimat yang muncul jadinya “Pak Arman adalah ….” Atau
“Kamu adalah pahlawanku…” Nah, jika pola kalimat sudah pola definisi seperti
itu, kita tak akan bercerita, tetapi mendeskripsikannya. Tuturan jadi sangat
deskripstif dan verbal.
Bagaimanapun pentigraf itu adalah karya
fiksi, karya rekaan. Seperti yang sudah saya jelaskan berkali-kali, bahan karya
fiksi adalah realitas atau pengalaman sehari-hari. Hanya saja realitas atau
pengalaman sehari-hari itu sudah diolah menjadi realitas atau pengalaman baru.
PENGOLAHAN menjadi REALITAS BARU itulah yang membedakan karya fiksi dan karya
nonfiksi.
Tema tentang tukang sampah sebagai
pahlawan sangat banyak ditulis dalam proyek kali ini, termasuk tema ayah atau
ibu sebagai pehlawan. Hanya saja pentigraf itu sebatas menulis kebaikan mereka
sebagai pahlawan. Anasir konflik dan ending yang penuh kejutan tidak
dihadirkan. Bahkan, seringkali pahlawan hadir sebagai DEWA PENOLONG, DEUS EX
MACHINA, tanpa diolah hubungan kausalitas secara logis.
Berikut ini saya mencoba menulis pentigraf
tentang tukang sampah sebagai pahlawan. Tukang sampah kita akui sebagai
pahlawan dalam realitas faktualnya, hanya dalam pentigraf realitas faktual itu
harus diolah menjadi realitas baru dengan cara menambahi realitas lain atau
pikiran-pikiran kritis penulisnya.
Tengsoe Tjahjono
JALAN TOBAT
Sepagi ini gerimis sudah turun. Hawa
kotaku yang sudah dingin, semakin dingin terasa. Gigitannya terasa menembus
jaket parasit yang aku kenakan. Gerobak tetap aku dorong menelusuri jalan kecil
di perumahan. Apa pun yang terjadi sampah-sampah harus terangkut dan bersih.
Pekerjaan ini sudah aku jalani selama hampir sepuluh tahun. “Pak, berteduh
dulu,” seru Bu Sutri dari teras rumahnya. Aku hanyamengangguk sambil tersenyum.
Gerimis bukan penghalang bagiku. Gerobak yang semakin berat pun terus kudorong.
“Apa jadinya kampung ini tanpa Bapak,”
begitu sering kudengar. Bagiku yang kukerjakan bukanlah apa-apa. Tugasku memang
mengumpulkan sampah, lalu membuangnya ke tempat pembuangan sampah yang terletak
di timur pasar. Tiba di ujung jalan kudapati banyak orang berkerumun. Ternyata
ada pencuri menjebol gembok pagar. Sebuah Vario pun raib.
Aku tertegun, nyaris terdiam. Bayangan
tiga belas lalu pun melintas. Pagi-pagi begini aku nyaris jadi daging cacah setelah
diajar penduduk sebab ketahuan njambret kalung siswi yang mau berangkat ke
sekolah. Di kantor polisi aku mengaku sudah menjambret lebih dari 40 kali. Pagi
itu pagi sialku. Siswi itu berani menendangku sambil berteriak. Kudorong lagi
gerobak sampahku. Aku niatkan ini sebagai jalan tobatku. Biar kubuang sampah di
kelam jiwaku.
Malang, 14 Mei 2021
Tengsoe Tjahjono
Blitar, 16 Mei 2021
By.hariyanto
Suka tulisan ini, membacanya jadi belajar ttg pentigraf. Terimakasih sudah berbagi
BalasHapus(sepertinya ada kata yg tertinggal pada ....tiga belas lalu, barangkali tiga belas tahun?)maaf🙏
Selamat ya Pak. Tulisannya keren.
BalasHapus