Kamis, 07 April 2022

IBU

Untuk Mengenang jasa Ibunda tersayang, kali ini saya unggah kembali tulisan Desember lalu, semoga  bisa melegakan dada ini dan tetap bisa meneladani Ibunda. 


 sumber : nahdliyin.com





IBU

Oleh : Hariyanto

 

Kini aku harus mengenang

Betapa dulu aku ditimang

Dalam hangat dekapan

Penuh kasih sayang

Pagi siang malam

 

Aku juga merasa nyaman

Walau sakit, betapa kasihnya

Menyelimuti harap dan doanya

Melindungiku

Dari kelemahan ringkihku

 

Tatkala lapar

Tiada pernah terlupakan

Air susu kasih sayang

Membesarkan badanku

Tumbuh sehat selalu

 

Tatkala sulit mengeja

Sebuah kata terbata

Engkau nyalakan pelita

Menghalau gelap

Mengantar fajar ilmu

 

Tak banyak cakap

Selain doa penuh harap

Untuk diriku mulia

Harus tinggi di langit

Tak terbatas di atasnya.

 

Kini aku termangu

Melihat anak-anakku

Tumbuh dewasa

Mengalir darah ibunda

Dan ayahanda tercinta

 

Cucu dan cicit terlahir

Entah untuk keberapa kali lagi

Ujung perjalanan ini

Jejak sang ibu mengukir sejarah

Kasih sayang sepanjang masa.

 

Ya Allah

Tempatkanlah ayah bundaku

Dalam tempat termulia di sisi-Mu

Sungguh anganku tak menjangkau membalasnya

Hanya doa terpatri  untukmu

 

Semoga teladanmu

Menjadi permata di surga

Semoga kasih sayangmu pada kami

Menjadi abadi di sana

Bersama senyum tulusmu. Aamiin.

 

Blitar, 23 Desember 2021

Hariyanto

Senin, 04 April 2022

UJI NYALI MENULIS PENTIGRAF PERIBAHASA ( Ditunggu sampai 15 April 2022 di Kampung Pentigraf)


Oleh : Hariyanto

 


Sahabat saya sudah mencoba menulis pentigraf di acara lomba yang diselenggarakan oleh KPI (Kampung Pentigraf Indonesia) yang diketuai langsung oleh sang pengagasnya Dr. Tengsoe Tjahjono. Tidak mudah memang untuk bisa lolos dalam lomba itu. Dan memang tidak lolos pada November lalu.  Tetapi sahabat saya tidak putus asa. Karena itu dalam lomba menulis pentigraf kali ini mengikutinya kembali.

Lomba ini memang hasil dari sebuah kolaborasi. Artinya hasilnya dan biaya cetak buku ditanggung bersama. Namun ada aroma lombanya karena semua naskah dikurasi oleh beliau sendiri sang penggagasnya. Dan tidak semua naskah yang dikirim bisa lolos. Disinilah letak tantangannya. Dada ikut berdegup menantikan karyanya bisa lolos atau belum.

Lomba menulis pentigraf peribahasa ini,mengharuskan penulis memasukkan kalimat peribahasanya langsung ke dalam tubuh pentigraf yang tidak boleh lebih 210 kata itu. Cukup rumit memang, Tetapi menjadikan sebuah bangunan ramping bisa menjadi karya sastra menarik sebuah pentigraf itulah tantangannya.

Semula karya harus dikumpulkan paling lambat pada 31 Maret 2022 lalu, namun beliau memberikan kesempatan lagi sampai tanggal 15 April 2022. ( Karena masih banyak pentigrafis belum sempat mengirimkan karyanya ) Nah tunggu apa lagi. Barangkali anggota lagerunal ingin mencoba nyalinya. Silakan dicoba.....

Keterangan Penundaan Lomba di Grup WA

Berikut saya berikan sedikit tips sukses menulis pentigraf.

1.  Betul-betul diperhatikan jumlah kata tidak lebih 210 kata. Jika kurang dari itu diperbolehkan. Hal yang sering terjadi adalah menulis lebih 210 kata. Solusinya harus disunting ulang. Dikurangi hingga sesuai aturannya.

2.  Hidari kalimat langsung di dalam pentigraf. Karena hanya ada 3 paragaraf sedapat mungkin hanya ada 1 dialog saja di dalamnya. Namun masih bisa diterima jika setiap paragraf maksimal ada 1 kalimat langsung.

3.  Buatlah variasi kalimat dalam susunan di ke 3 paragraf tersebut. Jangan hanya memandang alur cerita melupakan variasi kalimatnya, sehingga membuat cerita menjadi datar. ( Penjelasan lengkapnya oleh  Dr. Tengsoe Tjahjono ada di bawah)

4.  Buatlah cerita logis dan fokus pada hal kecil namun menarik. Jangan terjebak pada tema yang melebar, berusaha menceritakan semua hal dan akhirnya melupakan hubungan logis ceritanya. Misalnya; hidup orang berubah menjadi kaya mendadak, Orang bisa terbang tanpa sayap ....kok bisa ?  Nah pertanyaan kok bisa harus ada penjelasan logisnya, misalnya menggunakan alat canggih terbaru.....

Catatan : Contoh tentang logisnya cerita ada penjelasan dari  Dr. Tengsoe Tjahjono di belakang ini.

Sungguh tulisan ini saya anggap penting sehingga saya persembahkan ke grup lagerunal ini. Tulisan ini benar-benar baru yang saya dapat dari grup WA Pentigraf dan Kampung Pentigraf Indonesia. (FB nya Tengsoe Tjahjono)

Penjelasan singkatnya bahwa suatu cerita dalam 3 paragraf jika alurnya berisi Awal (A) - Isi (konflik) (B) dan Penutup (twist) (C) diibaratkan ABC. Bisa diubah susunannya alurnya  menjadi sangat bervariasi. Bisa CBA atau BCA atau CBA. Itu semua untuk membuat cerita menjadi lebih hidup. Tidak monoton.

Dari penjelasan singkat ini (dengan contohnya di bawah tentunya hehehe.....) saya berharap sahabat lagerunal di grup ini segera bangkit untuk berangkat “uji nyali” ikut lomba di KPI. Semoga berhasil.

 

Berikut lampiran tulisan Dr. Tengsoe tentang 2 hal

1.  Variasi Kalimat dalam Pentigraf

2.  Logika dan Cara Bercerita dalam Pentigraf.

 

1.  VARIASI KALIMAT DALAM PENTIGRAF

Kalimat merupakan elemen penting dalam penulisan pentigraf, lebih-lebih pentigraf hanya terdiri atas 3 paragraf. Keindahan pentigraf bukan hanya ditentukan oleh kelengkapan elemen narasi (alur, tokoh, dan latar yang berkelindan membangun dan mendukung tema), tetapi juga ditentukan oleh efektivitas penyusunan kalimat.

Pola kalimat yang tidak bervariasi membuat ekspresi pentigraf itu monoton, sangat tidak menarik. Misalnya pentigraf berikut ini.

PERJUMPAAN

Herman hidup sendiri sejak bencana air bah itu melanda kampungnya. Herman kehilangan kedua orangtuanya dan seorang adiknya. Herman tidak memiliki harapan lagi bertemu keluarganya itu. Herman sudah pasrah.

Herman itu pemuda yang rajin. Majikannya sangat menyayanginya. Kebetulan majikannya tidak memiliki anak. Herman diserahi mengelola penggilingan padi miliknya. Hanya Herman terus bersedih selalu ingat keluarganya.

Suatu hari Herman pergi ke kota. Majikannya memintanya menagih pinjaman ke sebuah toko di pasar. Herman pun kelaparan karena sudah siang. Herman pergi ke warung. Herman terkejut sebab pemilik warung itu mirip ayahnya. Pemilik warung itu juga terkejut. Mereka berpelukan sebab mereka sadar bahwa telah berjumpa keluarga yang dicari. Ibu dan adiknya juga sehat walafiat. Herman sungguh bahagia.

Sebagai sebuah cerita pentigraf tersebut sudah memenuhi syarat, walaupun akhir cerita masih terkesan dipaksakan. Akhir yang dipaksakan seperti ini masih sering saya temukan. Ujung-ujungnya terjebak pada cerita yang dibuat-buat dan tidak masuk akal.

Lebih dari itu pentigraf tersebut disusun dengan memakai pola  kalimat yang tidak bervariasi. Akibatnya, pentigraf itu menjadi monoton, tanpa riak, apalagi gelombang, tidak menarik. Mari kita coba revisi pentigraf itu.

PERJUMPAAN

Semenjak bencana  air baih melanda kampungnya Herman hidup seorang diri. Kedua orang tua dan adiknya lenyap entah kemana dalam kepanikan saat itu.  Masihkah ia boleh berharap bertemu mereka? Rasanya kecil sekali harapan itu ada. Mungkin ini takdir, Herman pasrah.

Dia masih 17 tahun saat itu. Tetapi, dia tidak mau menyerah karena musibah. Akhirnya dia bekerja di sebuah penggilingan padi. Alhamdulillah, majikannya sangat baik. Majikannya itu sangat menyukai kerja Herman yang selalu beres dan tidak malas. “Aku sudah tua, kelolalah penggilingan padi ini. Kamu telah kuanggap sebagai anakku sendiri,” kata majikannya yang sampai usia tua tidak dikaruniai seorang putra. Hanya kadang-kadang kebaikan sang majikan tidak bisa menghiburnya manakala ia rindu kepada ayah, ibu, dan adiknya.

Suatu hari Herman pergi ke kota. Majikannya memintanya menagih pinjaman ke sebuah toko di pasar kota. Karena banyak toko yang harus dikunjungi, rasa lapar pun menyerang perutnya. Herman pun melesat ke warung nasi terdekat. Untung saja warung itu agak sepi. Saat ia memesan makanan, matanya terpaku pada penjualnya. “Benarkah Bapak ini Pak Sudi?” Lelaki itu pun terkejut. Dia melihat anak yang dicarinya berdiri di depannya. Ia pun menjerit meneriakkan nama Herman. Hanya istri dan anak bungsunya tak diketahui rimbanya.

Nah, saya mencoba mengubah pola kalimat pentigraf itu serta mengubah pula ending cerita. Variasi kalimat membuat pentigraf itu terasa tidak monoton. Sedangkan, ending cerita saya ubah agar lebih logis dan tidak terkesan dibuat-buat.

Selamat menulis.

Tengsoe Tjahjono

Penemu Pentigraf

 

2.  LOGIKA DAN CARA BERCERITA DALAM PENTIGRAF

 

Pentigraf merupakan salah satu bentuk karya fiksi. Sebagai karya fiksi, pentigraf memang dibuat dan direka. Hanya saja pentigraf memang dibuat dan direka, tetapi tidak boleh dibuat-buat dan direka-reka. Pentigraf tetap dituntut logis, baik dari segi pemilihan tema, pengaluran, penokohan, dan pelataran.

 

Mohon maaf, untuk membahas logika dalam pentigraf saya mohon izin memakai pentigraf yang ditulis oleh Mirojul Asyarati. Ini saya pakai sebagai upaya untuk saling belajar dan mengkritisi demi kemajuan kita dalam menulis pentigraf.

 

RUMAH PRODEO

 

Fendy, pemuda berasal dari keluarga kurang mampu. Tekadnya sudah bulat untuk memperbaiki nasibnya dengan merantau ke ibu kota. Bayangan ibu kota yang menyediakan berbagai lapangan pekerjaan terpampang nyata di pikirannya. Kiranya berbalik seratus delapan puluh derajat, harapan mendapatkan pekerjaan masih jauh dari harapan. Untuk menyambung hidupnya, ia menjadi pemulung, tukang semir sepatu, kuli bangunan dan tukang parkir.

 

Saat menjadi tukang parkir, Fendy menggagalkan percobaan pencurian mobil milik pak Haris. Sebagai rasa terima kasih, pak Haris mengajak Fendy untuk tinggal di rumahnya. Awalnya, Fendy menolak akan tetapi hati selalu berbisik. "Terima saja Fen ajakan pak Haris, kamu kan Ndak punya rumah, dari pada mengontrak mendingan uangnya di tabung saja". Suara itu selalu membayangi hidupnya, akhirnya Fendy memutuskan untuk tinggal bersama pak Haris.

 

Pak Haris, orang yang kaya raya, rumahnya luas dan sangat megah. Berbagai mobil mewah berbagai merk, bersih dan mengkilat berjajar di bagasi rumahnya seperti layaknya showroom. Jantung Fendi berdecak kagum melihat harta kekayaan pak Haris, hingga suatu saat memberanikan diri bertanya tentang pekerjaan pak Haris. Akhirnya Fendy pun di rekrut menjadi anak buah pak Haris, dan secepat kilat Fendy menjadi kaya raya. Sebutan crazy rich ditambatkan padanya. Rumah mewah, mobil mewah, sepeda motor mewah telah diperolehnya. Tabungan bermilyar-milyar menggunung di rekening miliknya. Banyak wanita yang  mencoba mencuri hatinya, ada gula ada semut, begitu pepatahnya. Dengan harta kekayaan yang dimilikinya, tak ada satu wanita pun yang menolak cintanya. Pilihan pun tertambat pada seorang gadis cantik yang bernama Dina. Mereka hidup bergelimang harta, rasa bahagia terpancar di raut mukanya. Setelah delapan bulan menikah, tetiba polisi menangkap Fendy dengan dakwaan sebagai bandar judi online. Rumah prodeo sekarang menjadi tempat tinggalnya untuk beberapa tahun. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, Dina istri Fendy melayangkan gugatan cerai padanya. Alangkah malang nasib Fendy, hidup sendiri meratapi nasib di rumah prodeo, tak memiliki apa-apa, ditinggalkan oleh orang yang dicintainya.

 

Terdapat kesan sangat dibuat-buat dan direka-reka dalam pentigraf tersebut. Fendy perantau miskin dari desa hidup menderita di ibukota. Karena dia berhasil menggagalkan pencurian mobil Pak Haris saat ia menjadi tukang parkir, ia pun diajak tinggal di rumah Pak Haris yang kaya raya. Ia pun akhirnya direkrut menjadi karyawan Pak Haris yang menjalankan bisnis judi online. Dalam tempo singkat Fendy pun kaya raya.

Bagian mana yang terkesan sangat dibuat-buat?

1.     Pak Haris meminta Fendy, sang tukang parkir, tinggal di rumahnya. Semestinya tak segampang itu Pak Haris meminta orang yang baru dikenalnya tinggal di rumahnya.

2.     Fendy diangkat jadi karyawan. Peristiwa ini juga terkesan amat tergesa-gesa, hanya karena penulis menghendakinya demikian.

3.     Dalam tempo singkat kaya raya. Sebagai karyawan Pak Haris tentu saja tidak bisa secepat itu kaya raya, apalagi dalam bisnis judi online. Memperoleh uang yang cepat dalam judi biasanya cepat habis pula, sebab karakter orang dalam kisaran judi adalah boros, senang-senang saja, dan jahat.

 

Sebaiknya dalam menyusun pentigraf kita fokus pada satu tokoh maupun satu persoalan. Misalnya fokus pada saat Fendy ditangkap polisi, fokus pada saat istri Fendy minta cerai, atau lainnya. Karena tidak fokus, pentigraf tersebut menjadi semacam sinopsis singkat dari kisah panjang Fendy.

 

Misalnya:

 

DARI BALIK JERUJI BESI

 

Dari balik jeruji besi ia tatap Dina istrinya. Fendy sungguh tidak menyangka keputusan yang diambil Dina. “Aku rasanya tak mungkin akan terus menjadi istrimu, Mas. Aku malu pada orangtuaku telah menikah dengan seorang yang ditangkap polisi karena jadi Bandar judi online. Keputusan bulat. Kita cerai!” Fendy tidak bisa berkata apa-apa. Ruang kecil di balik kaca berjeruji itu terasa semakin sempit saja. Sesempit masa depannya. Sungguh, seakan sudah jatuh tertimpa tangga pula.

 

“Kamu ikut aku saja, Mas,” kata Pak Haris 5 tahun yang lalu, “Hidup sebagai tukang parkir hidupmu tak akan pernah berubah.” Fendy hanya mengangguk saat Pak Haris bermobil Mersedez Bens itu. Tak tahu mau bilang apa kecuali mengangguk. Dia membayangkan hidupnya akan berubah. Mimpinya untuk menjadi pemuda kampung yang sukses akan terwujud.

 

Lima tahun berjalan. Pundi-pundi tabungannya beranak-pinak. Ya, menjalankan bisnis judi online bersama Pak Haris ternyata sungguh menyenangkan. Dina, perempuan satu desanya dulu pun dinikahinya. Sebagai perempuan sederhana ia tidak pernah bertanya apa pekerjaan Fendy. Yang ia tahu, sore itu 3 orang polisi menangkap suaminya karena dituduh bersekongkol dengan Pak Haris menjalankan bisnis haram itu. Rasanya langit-langit runtuh menIndihnya.

 

Nah, yang lebih penting lagi adalah cara bercerita. Pengaluran dalam bercerita tidak harus kronologis, dari A, B, C, dan seterusnya. Bisa saja urutannya C, A, B atau B, A, C, atau urutan lain. Pengaluran secara kronologis hanya membuat penceritaannya monoton dan penonjolan konflik menjadi tidak ada.

 

Mari, kita terus belajar bercerita yang sungguh-sungguh memukau. Pentigraf bukan hanya urusan elemen narasi, tetapi juga menyangkut teknik berceritanya bagaimana.

 

Salam 3 Jari

 

Tengsoe Tjahjono

Penemu Pentigraf

 

SALAM LITERASI

Blitar, 4 April 2022

Hariyanto