Oleh : Hariyanto
Sahabat saya sudah mencoba menulis pentigraf di
acara lomba yang diselenggarakan oleh KPI (Kampung Pentigraf Indonesia) yang
diketuai langsung oleh sang pengagasnya Dr. Tengsoe Tjahjono. Tidak mudah
memang untuk bisa lolos dalam lomba itu. Dan memang tidak lolos pada November
lalu. Tetapi sahabat saya tidak putus
asa. Karena itu dalam lomba menulis pentigraf kali ini mengikutinya kembali.
Lomba ini memang hasil dari sebuah kolaborasi.
Artinya hasilnya dan biaya cetak buku ditanggung bersama. Namun ada aroma
lombanya karena semua naskah dikurasi oleh beliau sendiri sang penggagasnya. Dan
tidak semua naskah yang dikirim bisa lolos. Disinilah letak tantangannya. Dada
ikut berdegup menantikan karyanya bisa lolos atau belum.
Lomba menulis pentigraf peribahasa
ini,mengharuskan penulis memasukkan kalimat peribahasanya langsung ke dalam
tubuh pentigraf yang tidak boleh lebih 210 kata itu. Cukup rumit memang, Tetapi
menjadikan sebuah bangunan ramping bisa menjadi karya sastra menarik sebuah
pentigraf itulah tantangannya.
Semula karya harus dikumpulkan paling lambat pada
31 Maret 2022 lalu, namun beliau memberikan kesempatan lagi sampai tanggal 15
April 2022. ( Karena masih banyak pentigrafis belum sempat mengirimkan karyanya
) Nah tunggu apa lagi. Barangkali anggota lagerunal ingin mencoba nyalinya.
Silakan dicoba.....
Berikut
saya berikan sedikit tips sukses menulis pentigraf.
1. Betul-betul diperhatikan jumlah kata tidak lebih
210 kata. Jika kurang dari itu diperbolehkan. Hal yang sering terjadi adalah
menulis lebih 210 kata. Solusinya harus disunting ulang. Dikurangi hingga
sesuai aturannya.
2. Hidari kalimat langsung di dalam pentigraf. Karena
hanya ada 3 paragaraf sedapat mungkin hanya ada 1 dialog saja di dalamnya.
Namun masih bisa diterima jika setiap paragraf maksimal ada 1 kalimat langsung.
3. Buatlah variasi kalimat dalam susunan di ke 3
paragraf tersebut. Jangan hanya memandang alur cerita melupakan variasi kalimatnya,
sehingga membuat cerita menjadi datar. ( Penjelasan lengkapnya oleh Dr. Tengsoe Tjahjono ada di bawah)
4. Buatlah cerita logis dan fokus pada hal kecil
namun menarik. Jangan terjebak pada tema yang melebar, berusaha menceritakan
semua hal dan akhirnya melupakan hubungan logis ceritanya. Misalnya; hidup
orang berubah menjadi kaya mendadak, Orang bisa terbang tanpa sayap ....kok
bisa ? Nah pertanyaan kok bisa harus ada
penjelasan logisnya, misalnya menggunakan alat canggih terbaru.....
Catatan : Contoh tentang logisnya cerita ada penjelasan
dari Dr. Tengsoe Tjahjono di belakang
ini.
Sungguh tulisan ini saya anggap penting sehingga
saya persembahkan ke grup lagerunal ini. Tulisan ini benar-benar baru yang saya
dapat dari grup WA Pentigraf dan Kampung Pentigraf Indonesia. (FB nya Tengsoe
Tjahjono)
Penjelasan singkatnya bahwa suatu cerita dalam 3
paragraf jika alurnya berisi Awal (A) - Isi (konflik) (B) dan Penutup (twist)
(C) diibaratkan ABC. Bisa diubah susunannya alurnya menjadi sangat bervariasi. Bisa CBA atau BCA
atau CBA. Itu semua untuk membuat cerita menjadi lebih hidup. Tidak monoton.
Dari penjelasan singkat ini (dengan contohnya di
bawah tentunya hehehe.....) saya berharap sahabat lagerunal di grup ini segera
bangkit untuk berangkat “uji nyali” ikut lomba di KPI. Semoga berhasil.
Berikut lampiran tulisan Dr. Tengsoe tentang 2 hal
1. Variasi Kalimat dalam Pentigraf
2. Logika dan Cara Bercerita dalam Pentigraf.
1. VARIASI KALIMAT DALAM PENTIGRAF
Kalimat
merupakan elemen penting dalam penulisan pentigraf, lebih-lebih pentigraf hanya
terdiri atas 3 paragraf. Keindahan pentigraf bukan hanya ditentukan oleh
kelengkapan elemen narasi (alur, tokoh, dan latar yang berkelindan membangun
dan mendukung tema), tetapi juga ditentukan oleh efektivitas penyusunan
kalimat.
Pola
kalimat yang tidak bervariasi membuat ekspresi pentigraf itu monoton, sangat
tidak menarik. Misalnya pentigraf berikut ini.
PERJUMPAAN
Herman
hidup sendiri sejak bencana air bah itu melanda kampungnya. Herman kehilangan
kedua orangtuanya dan seorang adiknya. Herman tidak memiliki harapan lagi
bertemu keluarganya itu. Herman sudah pasrah.
Herman
itu pemuda yang rajin. Majikannya sangat menyayanginya. Kebetulan majikannya
tidak memiliki anak. Herman diserahi mengelola penggilingan padi miliknya.
Hanya Herman terus bersedih selalu ingat keluarganya.
Suatu
hari Herman pergi ke kota. Majikannya memintanya menagih pinjaman ke sebuah
toko di pasar. Herman pun kelaparan karena sudah siang. Herman pergi ke warung.
Herman terkejut sebab pemilik warung itu mirip ayahnya. Pemilik warung itu juga
terkejut. Mereka berpelukan sebab mereka sadar bahwa telah berjumpa keluarga
yang dicari. Ibu dan adiknya juga sehat walafiat. Herman sungguh bahagia.
Sebagai
sebuah cerita pentigraf tersebut sudah memenuhi syarat, walaupun akhir cerita
masih terkesan dipaksakan. Akhir yang dipaksakan seperti ini masih sering saya
temukan. Ujung-ujungnya terjebak pada cerita yang dibuat-buat dan tidak masuk
akal.
Lebih
dari itu pentigraf tersebut disusun dengan memakai pola kalimat yang tidak bervariasi. Akibatnya,
pentigraf itu menjadi monoton, tanpa riak, apalagi gelombang, tidak menarik.
Mari kita coba revisi pentigraf itu.
PERJUMPAAN
Semenjak
bencana air baih melanda kampungnya
Herman hidup seorang diri. Kedua orang tua dan adiknya lenyap entah kemana
dalam kepanikan saat itu. Masihkah ia
boleh berharap bertemu mereka? Rasanya kecil sekali harapan itu ada. Mungkin
ini takdir, Herman pasrah.
Dia
masih 17 tahun saat itu. Tetapi, dia tidak mau menyerah karena musibah.
Akhirnya dia bekerja di sebuah penggilingan padi. Alhamdulillah, majikannya
sangat baik. Majikannya itu sangat menyukai kerja Herman yang selalu beres dan
tidak malas. “Aku sudah tua, kelolalah penggilingan padi ini. Kamu telah
kuanggap sebagai anakku sendiri,” kata majikannya yang sampai usia tua tidak
dikaruniai seorang putra. Hanya kadang-kadang kebaikan sang majikan tidak bisa
menghiburnya manakala ia rindu kepada ayah, ibu, dan adiknya.
Suatu
hari Herman pergi ke kota. Majikannya memintanya menagih pinjaman ke sebuah
toko di pasar kota. Karena banyak toko yang harus dikunjungi, rasa lapar pun
menyerang perutnya. Herman pun melesat ke warung nasi terdekat. Untung saja
warung itu agak sepi. Saat ia memesan makanan, matanya terpaku pada penjualnya.
“Benarkah Bapak ini Pak Sudi?” Lelaki itu pun terkejut. Dia melihat anak yang
dicarinya berdiri di depannya. Ia pun menjerit meneriakkan nama Herman. Hanya
istri dan anak bungsunya tak diketahui rimbanya.
Nah,
saya mencoba mengubah pola kalimat pentigraf itu serta mengubah pula ending
cerita. Variasi kalimat membuat pentigraf itu terasa tidak monoton. Sedangkan,
ending cerita saya ubah agar lebih logis dan tidak terkesan dibuat-buat.
Selamat
menulis.
Tengsoe
Tjahjono
Penemu
Pentigraf
2. LOGIKA DAN CARA BERCERITA DALAM PENTIGRAF
Pentigraf
merupakan salah satu bentuk karya fiksi. Sebagai karya fiksi, pentigraf memang
dibuat dan direka. Hanya saja pentigraf memang dibuat dan direka, tetapi tidak
boleh dibuat-buat dan direka-reka. Pentigraf tetap dituntut logis, baik dari
segi pemilihan tema, pengaluran, penokohan, dan pelataran.
Mohon
maaf, untuk membahas logika dalam pentigraf saya mohon izin memakai pentigraf
yang ditulis oleh Mirojul Asyarati. Ini saya pakai sebagai upaya untuk saling
belajar dan mengkritisi demi kemajuan kita dalam menulis pentigraf.
RUMAH
PRODEO
Fendy,
pemuda berasal dari keluarga kurang mampu. Tekadnya sudah bulat untuk
memperbaiki nasibnya dengan merantau ke ibu kota. Bayangan ibu kota yang
menyediakan berbagai lapangan pekerjaan terpampang nyata di pikirannya. Kiranya
berbalik seratus delapan puluh derajat, harapan mendapatkan pekerjaan masih
jauh dari harapan. Untuk menyambung hidupnya, ia menjadi pemulung, tukang semir
sepatu, kuli bangunan dan tukang parkir.
Saat
menjadi tukang parkir, Fendy menggagalkan percobaan pencurian mobil milik pak
Haris. Sebagai rasa terima kasih, pak Haris mengajak Fendy untuk tinggal di
rumahnya. Awalnya, Fendy menolak akan tetapi hati selalu berbisik. "Terima
saja Fen ajakan pak Haris, kamu kan Ndak punya rumah, dari pada mengontrak
mendingan uangnya di tabung saja". Suara itu selalu membayangi hidupnya,
akhirnya Fendy memutuskan untuk tinggal bersama pak Haris.
Pak
Haris, orang yang kaya raya, rumahnya luas dan sangat megah. Berbagai mobil
mewah berbagai merk, bersih dan mengkilat berjajar di bagasi rumahnya seperti
layaknya showroom. Jantung Fendi berdecak kagum melihat harta kekayaan pak
Haris, hingga suatu saat memberanikan diri bertanya tentang pekerjaan pak
Haris. Akhirnya Fendy pun di rekrut menjadi anak buah pak Haris, dan secepat
kilat Fendy menjadi kaya raya. Sebutan crazy rich ditambatkan padanya. Rumah
mewah, mobil mewah, sepeda motor mewah telah diperolehnya. Tabungan
bermilyar-milyar menggunung di rekening miliknya. Banyak wanita yang mencoba mencuri hatinya, ada gula ada semut,
begitu pepatahnya. Dengan harta kekayaan yang dimilikinya, tak ada satu wanita
pun yang menolak cintanya. Pilihan pun tertambat pada seorang gadis cantik yang
bernama Dina. Mereka hidup bergelimang harta, rasa bahagia terpancar di raut
mukanya. Setelah delapan bulan menikah, tetiba polisi menangkap Fendy dengan
dakwaan sebagai bandar judi online. Rumah prodeo sekarang menjadi tempat
tinggalnya untuk beberapa tahun. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, Dina istri
Fendy melayangkan gugatan cerai padanya. Alangkah malang nasib Fendy, hidup
sendiri meratapi nasib di rumah prodeo, tak memiliki apa-apa, ditinggalkan oleh
orang yang dicintainya.
Terdapat
kesan sangat dibuat-buat dan direka-reka dalam pentigraf tersebut. Fendy
perantau miskin dari desa hidup menderita di ibukota. Karena dia berhasil
menggagalkan pencurian mobil Pak Haris saat ia menjadi tukang parkir, ia pun
diajak tinggal di rumah Pak Haris yang kaya raya. Ia pun akhirnya direkrut
menjadi karyawan Pak Haris yang menjalankan bisnis judi online. Dalam tempo
singkat Fendy pun kaya raya.
Bagian
mana yang terkesan sangat dibuat-buat?
1. Pak Haris meminta Fendy, sang tukang
parkir, tinggal di rumahnya. Semestinya tak segampang itu Pak Haris meminta
orang yang baru dikenalnya tinggal di rumahnya.
2. Fendy diangkat jadi karyawan. Peristiwa ini
juga terkesan amat tergesa-gesa, hanya karena penulis menghendakinya demikian.
3. Dalam tempo singkat kaya raya. Sebagai
karyawan Pak Haris tentu saja tidak bisa secepat itu kaya raya, apalagi dalam
bisnis judi online. Memperoleh uang yang cepat dalam judi biasanya cepat habis
pula, sebab karakter orang dalam kisaran judi adalah boros, senang-senang saja,
dan jahat.
Sebaiknya
dalam menyusun pentigraf kita fokus pada satu tokoh maupun satu persoalan.
Misalnya fokus pada saat Fendy ditangkap polisi, fokus pada saat istri Fendy
minta cerai, atau lainnya. Karena tidak fokus, pentigraf tersebut menjadi semacam
sinopsis singkat dari kisah panjang Fendy.
Misalnya:
DARI
BALIK JERUJI BESI
Dari
balik jeruji besi ia tatap Dina istrinya. Fendy sungguh tidak menyangka
keputusan yang diambil Dina. “Aku rasanya tak mungkin akan terus menjadi
istrimu, Mas. Aku malu pada orangtuaku telah menikah dengan seorang yang
ditangkap polisi karena jadi Bandar judi online. Keputusan bulat. Kita cerai!”
Fendy tidak bisa berkata apa-apa. Ruang kecil di balik kaca berjeruji itu
terasa semakin sempit saja. Sesempit masa depannya. Sungguh, seakan sudah jatuh
tertimpa tangga pula.
“Kamu
ikut aku saja, Mas,” kata Pak Haris 5 tahun yang lalu, “Hidup sebagai tukang
parkir hidupmu tak akan pernah berubah.” Fendy hanya mengangguk saat Pak Haris
bermobil Mersedez Bens itu. Tak tahu mau bilang apa kecuali mengangguk. Dia
membayangkan hidupnya akan berubah. Mimpinya untuk menjadi pemuda kampung yang
sukses akan terwujud.
Lima
tahun berjalan. Pundi-pundi tabungannya beranak-pinak. Ya, menjalankan bisnis
judi online bersama Pak Haris ternyata sungguh menyenangkan. Dina, perempuan
satu desanya dulu pun dinikahinya. Sebagai perempuan sederhana ia tidak pernah
bertanya apa pekerjaan Fendy. Yang ia tahu, sore itu 3 orang polisi menangkap
suaminya karena dituduh bersekongkol dengan Pak Haris menjalankan bisnis haram
itu. Rasanya langit-langit runtuh menIndihnya.
Nah,
yang lebih penting lagi adalah cara bercerita. Pengaluran dalam bercerita tidak
harus kronologis, dari A, B, C, dan seterusnya. Bisa saja urutannya C, A, B
atau B, A, C, atau urutan lain. Pengaluran secara kronologis hanya membuat
penceritaannya monoton dan penonjolan konflik menjadi tidak ada.
Mari,
kita terus belajar bercerita yang sungguh-sungguh memukau. Pentigraf bukan
hanya urusan elemen narasi, tetapi juga menyangkut teknik berceritanya
bagaimana.
Salam
3 Jari
Tengsoe
Tjahjono
Penemu
Pentigraf
SALAM LITERASI
Blitar, 4 April 2022
Hariyanto
Matur nuwun sudah merekam pelajaran Pak Tengsoe dalam sebuah tulisan mak nyuuus...
BalasHapusTerimakasih Bung Usdhof....salam
HapusLuar biasa...tulisannya sangat menginspirasi kita,emak belum bisa membuat pentigraf ,jd pagi ini dapat ilmunya mantap ...
BalasHapusYa Bu semangat.....salam
HapusWooowwww... Ilmu banget ini
BalasHapusPengen banget bisa buat oentigraf, tp selalu bingung saat berada di twist.
Apakah selalu ada twist dalam penulisan pentigraf?
Twist hukumnya sunat muakad.....setengah wajib atau hampir wajib hehehe....salam bung Indra
HapusPencerahan baru bagi sy yg bulan Noverber kemarin belum lolos. Tapi namanya belajar ttp semangat, belajar tiada henti. Smg naskah pentigraf sy lolos dpt nadakh pentigraf Cak Hariyanto dan Ustadz Dhofar. Smgt
BalasHapusSemangat selalu Cak Inin.....aamiin.
HapusAuto ke FB Pak Prof. Terima kasih sudah berbagi, Pak Guru!
BalasHapusPastinyq pak D. sudah dapat pencerahan langsung dari Prof. Tengsoe. Salam pak D
HapusAlhamdulillah..akhirnya saya tahu tentang pentigraf, terimakasih sudah berbagi Ilmu
BalasHapusAlhamdulillah semoga Bunda sukses selalu. Aamiin
Hapus