Sabtu, 08 Agustus 2020

Menjadi Pensiunan yang Berbahagia dengan Ikhlas

 

Kata kunci pensiun yang bahagia adalah ikhlas menjalani kehidupan. Justru ini yang berat, karena hati perlu dilatih dalam periode lama agar terbiasa ikhlas. Wujud ikhlas perlu diuji dengan waktu, proses dan berbagai dinamika kehidupan. Karena itu, diperlukan persiapan tertentu masuk usia pensiun ini, sekaligus melatih keikhlasan. Ini dipersiapkan bukan saat pensiun, tetapi justru ditanamkan sejak masih aktif bekerja.

Kata ikhlas seperti AA Gym pernah menggambarkan ibarat tukang parkir, selalu menjaga dan mengatur mobil yang parkir. Baik mobil mewah maupun mobil biasa, termasuk sepeda motor berbagai merek dan kelas. Ketika mobil itu diambil pemiliknya untuk keluar area parker maka tidak ada rasa apapun dalam diri tukang parkir itu. Tidak ada keinginan memiliki atau menahannya. Semua diikhlaskan pergi, memang bukan hak miliknya. Seperti itulah kiranya kita pensiun dengan mengibaratkan segala jabatan dan prestise selama menjadi pegawai atau karyawan hendaknya dilupakan dan diikhlaskan, dan kita menghadapai kenyataan yang ada sekarang.

Cara berpikir. Berpikir positif, ikhlas, menyayangi dan menghargai orang lain membuat hati dan pikiran tenang dan sejuk. Pada dasarnya semua orang memiliki kelemahan. Berpikir positif menciptakan kekuatan untuk menemukan solusi kehidupan sekaligus menutup kelemahan manusia. Hal ini mendorong orang untuk saling bekerja sama, saling melengkapi, dan menemukan kemajuan.

Jumat, 07 Agustus 2020

Pensiun Dan Cara Menghadapinya

 

Pensiun adalah situasi yang akan dalami oleh semua orang yang bekerja, baik sebagai Pegawai Negeri, maupun swasta, baik Kepala, direktur maupun karyawan biasa. Baik itu dibidang social, budaya, kesehatan perhubungan, politik dan pendidikan. Sebagai guru PNS pensiun untuk guru SD, SMP, SMA waktu pensiun adalah usia 60 tahun, bagi dosen dan rektor sampai usia 65 tahun.

Menurut kamus Indonesia (wikipedi.2009.1), Pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena di antaranya telah mencapai batas umur yang sudah ditentukan menurut Undang-undang atau karena alasan lain sehingga seseorang terpaksa memutuskan atau diputuskan dari pekerjaannya. Pensiun dapat pula atas permintaan sendiri sebelum masanya yang disebut pensiun dini.

Dengan pemberhentian dari jabatan/pekerjaan tersebut maka diikuti dengan hilang atau berkurangnya peran, kedudukan maupun fasilitas, pendapatan, lingkup pergaulan serta perlakuan protokoler yang sangat erat hubungannya dengan penghormatan dan harga diri. Apabila belum dipersiapkan secara phisik maupun mental kekurangan/kehilangan seperti itu sering menimbulkan kekecewaan yang lama-kelamaan akan menumpuk dan membekas serta berpengaruh terhadap sisi kejiwaan secara emosional yang disebut Post Power Syndrome.

Ciri-ciri orang yang rentan menderita Post-Power Syndrome: 1. Orang yang terlalu senang dihargai dan dihormati orang lain, permintaannya senantiasa minta terlaksana/ dituruti, suka dilayani. 2. Orang yang membutuhkan dan menuntut pengakuan orang lain, kurang percaya diri dan harga diri, merasa bahwa hanya dengan jabatan yang dimiliki, ia lebih diakui orang lain. 3. Orang yang meletakkan arti hidupnya pada prestise jabatan dan kemampuan mengatur, berkuasa atas diri orang lain. Dengan adanya sikap yang dimiliki penderita Post Power Syndrome tersebut, lama-kelamaan berdampak pada banyak teman yang merasa bosan, enggan bergaul dengannya dan semakin menjauh, akhirnya yang bersangkutan akan merasakan semakin kesepian dan sangat bosan. Ini bisa menimbulkan berbagai macam penyakit,

Psychosomatic yaitu suatu jenis penyakit yang disebabkan beban emosi/kejiwaan yang tidak tersalurkan. Apabila hal ini tidak segera diwaspadai akan berpengaruh terhadap kesehatan phisik, kekecewaan yang mendalam mengakibatkan hilangnya nafsu makan, emosional, pusing-pusing, gangguan tekanan darah tidak stabil, komplikasi penyakit yang semua itu akan merupakan penderitaan bagi yang bersangkutan.

 

Saran-saran bagi para pensiunan antara lain  1. Pensiun perlu dipersiapkan dengan menyusun perencanaan jauh sebelumnya meliputi fisik, mental maupun materi. 2. Perlu mencari kiat-kiat dalam menghadapi pensiun, agar hidup dimasa  pensiun  penuh kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan antara lain: a. Perlu ada kemampuan dan ketrampilan untuk mengatasi segala tantangan dan mengubahnya menjadi peluang . b. Melakukan pembinaan phisik, seperti olah raga dan menjaga makanan supaya seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi sehingga tidak mudah terkena penyakit. c. Mempersiapkan di bidang finansial secara bertahap, mampu mengendalikan diri setiap pengeluaran dengan baik, sehingga tidak mengalami defisit. d. Tidak membiasakan berhutang, sedapat mungkin menabung dan berinvestasi. e. Melakukan persiapan mental dengan penuh kedewasaan, ikhlas, sabar banyak bersyukur dan berdoa. f. Banyak berbuat kebajikan, mendekatkan persaudaraan, sehingga dapat menimbulkan rasa senang, aman, bahagia terteram dan penuh kedamaian .

 

                                                                                                                Blitar, 7 Agustus 2020