Jumat, 30 April 2021

HASIL BACA KAMIS, 29 APRIL 2021

 SALAM LITERASI

ANAK-ANAK, INILAH HASIL KEGIATAN MEMBACA DI HARI KAMIS , 29 APRIL 2021 KEMARIN, SUNGGUH HEBAT KALIAN DI SAAT SEDANG MENJALANKAN IBADAH PUASA MASIH MENYEMPATKAN DIRI MEMBACA BUKU CERITA, BAHKAN MEMBUAT KARYA BEBERAPA KALIMAT.URI BERSERTI

TERIMAKASIH ANAK-ANAK SUDAH MEMBACA.

TERUSKAN KEBIASAAN BAIK INI, SEMOGA MENJADI ANAK PINTAR SEMUA. AAMIIN

SALAM LITERASI


TIM GLS TURI BERSERI

KETUA

Drs. HARIYANTO

Kamis, 29 April 2021

Pentingnya Membuat PTK bagi Guru



 Pada Kamis, 29 April 2021 siang hari mulai pukul 13,00 WIB saat bulan puasa Ramadhan 2021 berlangsunglah Webinar ini. Sponsornya adalah APKS PGRI dipelopori oleh Om Jay, guru aktif sekaligus pengurus PGRI yang sering menyelenggarakan program bagi guru di seluruh tanah air. 

Kali ini bertajuk Pentingnya Membuat PTK bagi Guru dengan narasumber : Dr. Yusmarni Yusli, M.Pd diikuti oleh lebih 100 guru siang itu. Hal ini menunjukkan bahwa program seperti ini digemari oleh guru. Dengan koneksi internet bagus, paparannya juga menjadi sangat jelas, video dan soundnya bagus. 

Memang ada sistem baru disini. Guru yang ingin menerima piagam 36 jam harus membuat resume di blognya. Materi yang relatif belum disediakan dalam bentuk ppt menyulitkan membuat resume, karena hanya mengandalkan pendengaran dan penglihatan sesaat. Walaupun disediakan tayangan ulang di you tube. Setidaknya masukan agar prgram selanjutnya langsung menyediakan materi ppt agar cepat di dwload diolah dalam bentuk artikel dan dipadukan dengan penjelasan lesannya.

Resume ini bersifay sementara, nantinya akan kita sempurnakan seiring adanya materi pelengkap.

Terimakasih Om Jay yang selalu membuat guru lebih berdaya.

Link ini sudah saya sebar ke seluruh KS di kota Blitar dan beberapa mereka ikut serta saat ini. Tetapi mereka juga bingung tentang resume. Saya jawab resume dibuat menyusul saja, dengan asumsi sama seperti ketika mengikuti program menulis lewat WA dari Om Jay.

Bravo Om Jay, pejuang bagi guru se tanah air ini.

Teriumakasih semoga menjadi amal jariyahnya. Aamiin


Blitar, 29 APril 2021

by.hariyanto

Mengasah Mental Guru Menulis

 



Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Lahir di Subang, 23 Mei 1990. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, penulis juga aktif di bidang literasi. 

Sebagai guru IPA ternyata Ditta WU mempunyai prestasi banyak dalam bidang kepenulisan. Beberapa buku tunggal sudah diterbitkan dan selebihnya buku bersama (Antologi). Beberapa penghargaan literasi juga diperolehnya antara lain :

Peraih Parasamya Susastra Nugraha (100 Guru Penulis Jawa Barat) - 2020Peraih Parasamya Suratma Nugraha (Penggerak literasi) - 2020Penghargaan dari Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Disarpus) Kab. Subang sebagai donatur buku - 2020Penghargaan Bupati Subang (2020) diusulkan Disdikbud Kab. SubangPenghargaan Bupati Subang (2021) diusulkan Disarpus Kab. Subang

Karya tunggal  antara lain :

Precious (2017-2019), a novel 12 chapter - Mengapa Tak Kau Tanyakan Saja (2019), a short story 10 chapter - Djogja Backpacker (2019), a short story 5 chapter -Buku "Lelaki di Ladang Tebu" (2020), kumpulan cerpen pendidikan (silahkan cek Instagram @dittawidyautami untuk melihat testimoninya) Buku "Membongkar Rahasia Menulis" (2021), kumpulan tulisan selama mengikuti lomba blog PGRI bulan Februari Buku "Sepenggal Kisah Corona : Memoar Perjalanan Hidup Selama Satu Tahun Pandemi" (proses cetak)

Buku karya bersama antara lain :

Jejak Langkah Guru Subang (2019) - kumpulan best practice, MGMP IPA Subang Guru di Ladang Ilmu (2019) - kumpulan cerpen karya guru, Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB) Sepenggal Kisah di Ruang Cipta Pentigraf (2020) – KPPJB Dari Mata Air Hingga Muara (2020) - Literasi Subang Bihari dan Berwibawa (Lisangbihwa) Pelangi Jiwa (2020) - kumpulan kisah inspiratif, KPPJB Pena Digital Guru Milenial (2020) - kisah para guru blogger, PGRI Menyongsong Era Baru Pendidikan (2020) - bersama Prof. Eko Indrajit Pola Pembelajaran yang Efektif dari Rumah (2020) - Hasil Lomba Blog Hardiknas (PGRI)  Sumbu Saihu Lisangbihwa (Jan 2021) - antologi puisi Saihu, Saihula, Saihudan bersama Lisangbihwa

Dendang Asa Dalam Untaian Kata (Jan 2021) - antologi pentigraf bersama KPPJB Regional Subang Meniti Asa : Kumpulan Kisah Awal Menjadi Guru (Feb 2021) - KPPJB

Alamat beliau  :
Email : dittawidyautami@gmail.com Blog : Blogspot dan Kompasiana 

YouTube : ditta widya utami Instagram/Twitter : @dittawidyautami LinkedIn : Ditta Widya Utami

 

Pembahasan pertama adalah mengenal hubungan antara tehnik menulis dan mental penulis. Gambarnya adalah berikut :


Teknik menulis yang saya maksud mencakup kemampuan seseorang dalam menulis. Mulai dari pemilihan kosa kata, kemampuan membuat outline, pemahaman mengenai gagasan utama, berbagai jenis tulisan, serta pengetahuan lain yang bersifat teknis. Sedangkan mental penulis merujuk pada kondisi psikologis atau batin si penulis itu sendiri.

Untuk mental seorang penulis menurut Ditta sedikitnya ada 5 :

1.     Siap konsisten

2.     Siap Dikritik

3.     Siap Belajar

4.     Siap Ditolak

5.     Siap menjadi “unik”

Semua itu sudah dirangkum dalam sebuah outline atau mind map berikut

Sebelum membahas mental penulis perlu diketahui dahulu 4 jenis tipe penulis :

1. Dying writer

2. Dead man

3. Sick people

4. Alive

Penjelasannya :

Tipe pertama adalah Dying Writer atau penulis yang sekarat. Termasuk dalam kategori ini adalah mereka yang lemah secara teknik pun lemah mentalnya sebagai seorang penulis.

Seolah hidup segan mati tak mau. Misalnya ikut pelatihan menulis setengah hati (lemah mental) dan tidak berkarya membuat tulisan (yang bisa jadi karena lemah teknik, tidak tahu bagaimana harus menulis, mendapatkan ide, dsb)

Tipe ini bukan berarti tak mampu membuat tulisan. Hanya saja, diperlukan upaya ekstra agar orang-orang ini "mau" hidup sehat kembali untuk menulis.


Tipe kedua adalah Dead Man. Sesuai namanya, tulisan dari kategori ini "mati". Tidak diketahui keberadaannya. Terkubur di folder laptop. Terbungkus lembaran diary. Atau notes yang ada di hp. Belum terpublish.

Tekniknya ada (sudah mampu menulis), hanya mentalnya masih lemah (malu, takut dikritik dsb) sehingga tidak berani mempublish tulisan. Belum berani membuat buku atau artikel. Padahal ilmu tentang kepenulisannya sudah mumpuni.


Tipe ketiga adalah Sick People. Orang-orang dalam kelompok ini adalah yang masih lemah teknik menulisnya namun sudah cukup memiliki mental seorang penulis sehingga sudah berani mempublish tulisannya.

Mereka sudah siap jika ada yang mengkritik, mengomentari tulisan mereka dan sejatinya sadar masih terdapat kekurangan dalam tulisannya.

Misal typo, penggunaan kata yang sama berulang kali, paragraf yang terlalu panjang, dsb.

Obat bagi kategori ini tentu saja terus menulis. Tingkatkan jam terbang dalam menulis. Insya Allah dengan sendirinya akan sembuh.

Karena semakin banyak menulis, semakin banyak review, semakin banyak baca, sehingga bisa meminimalkan kesalahan dalam penulisan karya.


Terakhir tentu saja kategori terbaik, yaitu Alive, yaitu penulis yang tulisannya hidup dan senantiasa berkarya seperti jantung yang terus berdetak saat pemiliknya bernyawa. Orang-orang dalam kelompok ini sudah bisa dikatakan "ahli" menulis (kuat teknik) serta kuat mentalnya. Cirinya mudah. Meski tingkatan ahli ada pemula, menengah dan sangat ahli, tapi secara umum kita bisa mengenali mereka.

 

Misal saat menulis sudah seperti kebutuhan primer seperti makan. Ibaratnya, jika tak makan akan lapar. Begitu pula mereka yang hidup dalam menulis. Akan lapar menulis bahkan jika sehari saja tak membuat tulisan. Ciri yang paling kentara dari kelompok ini tentu saja seperti juara lomba menulis, bukunya tembus di jurnal nasional, di media massa, dsb.

Kelompok Alive ini termasuk kategori pembelajar sejati. Selalu berproses. Mampu hadapi tantangan menulis (meski puasa tetep nulis, walau sibuk menyempatkan nulis, dsb)  Omjay, Mr. Bams, Bu Kanjeng, Pak H. Thamrin, moderator hebat kita kali ini Bu Aam, bahkan Bapak dan Ibu yang selalu bisa membuat resume bisa dikatakan dalam kategori ini. Apakah kita bisa menjadi alive? TENTU BISA! Yang penting terus aktif menulis dan pupuk mental penulisnya.

Bapak dan Ibu yang mengisi kuesioner pasti tahu bahwa salah satu pertanyaan saya adalah "Apa yang Anda takutkan ketika menulis/mempublish tulisan?"

Ternyata dari 30 jawaban yang masuk, sebagian besar bisa dikategorikan menjadi 2 macam ketakutan, yaitu :

1. Takut terkait teknik penulisan (misal takut tidak sesuai kaidah penulisan, tidak sesuai aturan penerbit, alur dan pesan tulisan yang masih belum tampak, serta ketakutan lain yang sejenis)

2. Ketakutan yang berhubungan dengan (penilaian) dari orang lain. Misalnya takut dicemooh, diejek, tidak dibaca, dsb.

Sedangkan 3 orang lainnya menyatakan tidak memiliki ketakutan. Nah inilah yang patut kita contoh.

Teknik menulis akan membaik jika kita sering berlatih menulis. Mental penulis akan terbentuk ketika kita terus melatih diri mempublikasikan tulisan kita untuk dibaca oleh orang lain. Jika mau jadi penulis hebat, kita harus mau meningkatkan teknik dan mental menulis kita.

Nah, masuk ke bahasan kedua tentang Naluri Penulis, saya akan berangkat dari pengertian naluri menurut KBBI online.

na·lu·ri n 1 dorongan hati atau nafsu yang dibawa sejak lahir; pembawaan alami yang tidak disadari mendorong untuk berbuat sesuatu; insting; 2 Psi perbuatan atau reaksi yang sangat majemuk dan tidak dipelajari yang dipakai untuk mempertahankan hidup, terdapat pada semua jenis makhluk hidup;

Penulis sejati berangkat dari keresahannya. Membuatnya berbuat melalui "tulisan". Ia mengubah dunia dengan tulisan. Mengubah orang-orang melalui goresan tintanya.

Orang yang memiliki naluri penulis, akan mengoptimalkan seluruh inderanya sehingga bisa menghasilkan karya berupa tulisan. Ada banjir yang melanda, dilihat di depan mata banyak orang mengungsi dsb, kemudian tergerak membuat tulisan.

Itu adalah contoh sosok yang memiliki naluri penulis.Ada lagu syahdu yang bisa menjadi renungan, ia tuangkan dalam bentuk tulisan. Ini pun contoh naluri  penulis.

Kenali diri Anda dan lingkungan Anda, lalu buatlah tulisan. Maka karya karya yang kita hasilkan akan mengasah naluri penulis dalam diri kita. Nah, ini ada oleh oleh dari saya terkait hasil kuesioner yang mungkin bisa jadi bahan renungan untuk kita semua.

Berbicara mengenai sikap mental menulis perlu diupgrade terus seperti harus memasang target waktu capaian dll. Saran saya upgrade niat/target menulisnya. Membuat resume di pelatihan ini kan tidak dibatasi waktu. Itulah enaknya pelatihan ini. Artinya, jika belum sempat menulis hari ini, kita masih bisa menulis resume esok atau lusa. Meski baiknya di hari yang sama agar materinya masih hangat di kepala.

Agar tidak cepat down, buat target yang lebih besar. Misal jika mulanya hanya ingin membuat resume, upgrade jadi membuat buku dari resume. Maka, meski telat, insya Allah kita akan tetap semangat membuat resume karena punya target yang lebih besar. Semakin detail tujuan/target semakin bagus. Catumkan saja kapan buku resume akan dicetak, penerbit mana, berapa halaman, dsb. Insya Allah memotivasi untuk selalu menulis.

Nah untuk Bapak/Ibu yang sibuk, tapi masih ingin menulis, saran saya selalu bawa catatan atau alat untuk mencatat sesuai kenyamanan bapak/ibu. Ide bisa datang dari mana saja toh? Seperti Omjay yang bahkan sedang antri pun masih bisa membuat tulisan.

Kalau kita membawa catatan, setiap ada ide, minimal tuliskan garis garis besarnya. Pikiran pokok yang akan kita tuangkan. Bisa di buku catatan, hp, atau laptop (sesuai nyamannya bapak/ibu). Bisa juga dengan merekam suara bapak dan ibu. Yang penting, pokok atau ide idenya dituangkan dulu.

Kalau sudah ada ide pokoknya, maka di waktu luang bisa kita kembangkan menjadi tulisan.

Bagus sekali cerita tentang mental penulis dan teknisnya. Ternyata dua hal itu sangat berhubungan. Karena  kasusnya ada yang seseorang sudah down duluan dalam menulis karena tidak menguasai teknik menulisnya. Intinya seorang penulis yang sukses harus mempunyai mental baja. Seperti apa mental baja itu berikut saya kutipkan artikel om Jay di bulan Ramadhan tahun 2021 ini.

Puasa Ramadhan hari kesebelas membuat saya termenung sejenak. Menjadi seorang penulis itu harus memiliki mental baja. Tidak cepat putus asa untuk mendapatkan mahkotanya.

Buku adalah mahkota seorang penulis. Tidak mudah meraihnya bila anda tidak fokus mengerjakannya. Saya mencicilnya dengan cara menulis setiap hari. Atau membuat resume dari pakar yang sudah berpengalaman dalam dunia tulis menulis.

 Puasa di hari kesebelas ini, membuat saya yakin akan semakin banyak guru yang akan menjadi penulis hebat. Mereka mau belajar bersama dan mampu mengalahkan dirinya untuk tidak malas dalam menulis. Teruslah bekerjasama dalam jaringan guru-guru hebat Indonesia. Saya temukan mereka di acara HUT PGRI bersama presiden Jokowi.

Jangan keluar dari barisan. Ikuti aba-aba para mentor menulis yang baik hati. Jadilah makmum yang baik. Ikuti perintah imam agar tidak salah dalam mengerjakan tugasnya. Mereka mengajar dengan hati dan itulah yang membuat mereka menjadi orang besar.

Dulu saya belajar kepada para penulis hebat. Saya menjadi murid mereka. Tidak bisa mengerti materinya, saya banyak bertanya. Hasilnya banyak buku yang sudah saya terbitkan. Baik di penerbit mayor maupun di penerbit indie.

Kalau nanti sudah menjadi penulis ternama, jangan lupa untuk berbagi ilmunya. Jangan seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Sebab di atas langit ada langit. Tidak ada orang hebat dan sukses yang bekerja sendirian.

 Teruslah berbagi ilmu dan pengalaman. Teruslah menjadi orang yang rendah hati dan mau berbagi. Tanggalkan baju kesombonganmu dan kosongkan gelasmu untuk menambah ilmu. Isi selalu pikiranmu dengan pikiran yang positif supaya hasilnya positif.

Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Mereka adalah pembaca yang lahap. Teruslah membaca karya tulis orang lain. Manfaatkan bulan Ramadhan ini dengan aktivitas yang mendekatkan dirimu kepada Allah. Jadilah guru tangguh berhati cahaya. Guru yang tak mudah mengeluh dengan berbagai ujian dan cobaan.

Hari kesebelas puasa di bulan Ramadhan membuat saya menjadi lebih sabar dan bijaksana. Tidak mudah marah dan menyalahkan orang lain. Banyak hikmah yang saya dapatkan dari hasil membaca tulisan orang lain. Saya pun mengucapkan selamat hari buku internasional. Kelak buku digital akan menjadi buku yang akan semakin banyak dibaca orang banyak dan ada dalam ponsel pintal masyarakat digital.

 Mental seorang penulis akan diuji dengan karya terbaiknya. Biarkan tulisanmu menemui takdirnya. Proses tidak akan pernah mengkhianati hasil. Sebab proses selalu menemani dalam suka maupun duka. Kesabaran dan komitmen adalah kunci untuk meraih kesuksesan.

Hari kesebelas di bulan Ramadhan sudah kita lalui. Perjalanan menuju takwa baru sepuluh langkah pertama. Masih ada 2 langkah lagi menuju kemenangan di hari yang Fitri. Taklukan dirimu dan taklukan hawa nafsumu dari kesombongan dan kepongahan.

 Ingatlah selalu ilmu padi. Kian berisi kian merunduk. Seperti para ulama yang berilmu dan beradab. Mereka selalu belajar untuk menjadi orang yang Sholeh

Demikianlah resume kali ini semoga bermanfaat. Aamiin.

 

Blitar, 29 April 2021

By. Hariyanto

 

Resume ke  : 9 gelombang ke 18

Nara sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd, Gr

Disampaikan : Jumat, 23 April 2021 jam 13.00 – 15.00 WIB

Tehnik Memasarkan Buku

 



Resume kali ini putaran ke 10 dengan topik  “Tehnik Memasarkan Buku” yang disampaikan oleh pegiat literasi menulis Om Jay. Julukan untuk guru di Lab School bernama Wijaya Kusumah, M.Pd

Meski beliau  seorang guru tetapi beliau telah menghasilkan puluhan karya buku sekaligus memasarkannya dengan baik. Buku fenomenalnya antara lain ,”Menulislah Setiap Hari & Buktikan Apa yang Terjadi .”(2011) banyak mengispirasi penulis baru. Buku ini bahkan telah disebarkan dalam bentuk pdf secara gratis di blognya. Motto Hidup :Kejujuran Kunci Keberhasilan dan Kesuksesan.  Beliau dikenal dari banyak sisi seperti biodatanya : Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis.

Karenanya membahas apa pun apalagi mengenai pemasaran buku, jelas sudah menjadi ladangnya, karena beliau mengalaminya.

Mengawali kuliah hari ini beliau menuturkan bahwa penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Kita akan mengetahui sebuah buku bernilai bagus setelah selesai membacanya. Maka cara mengikat peminat untuk membaca buku adalah dengan ‘promosi’. Tentang hubungan membaca dan menulis ini penting tulisan dari Hernowo,” Mengikat Makna Untuk Remaja,” halaman 4 :

"Menurut ahli linguistik, Stephen D. Krashen, dalam buku hebatnya, The Power of Reading, kamu baru bisa menjalankan kegiatan membaca secara efektif (ada efek bagi perkembangan dirimu) jika mau melanjutkan kegiatan tersebut dengan menuliskan apa -apa yang kamu baca (yang kamu pahami). Dan, kamu baru dapat menjalankan kegiatan menulis secara efektif jika kamu membaca banyak buku."

Dalam menerbitkan buku Om Jay memaparan bahwa sebelum memasarkan buku, kita harus mencari  editor yang mampu membuat buku yang kita  terbitkan menjadi enak dibaca. Semua buku yang beliau cetak di penerbit indie selalu ada editornya dan beliau tak pernah merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah mengapa isi buku yang beliau terbitkan selalu laku di pasaran. Sebab sudah diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya. Namun, beda halnya apabila  kita menerbitkan buku di penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca negara bila bagian marketing nya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.

Menurut Om Jay, berteman dengan kecanggihan teknologi, media sosial merupakan jurus jitu dalam memasarkan buku. Memasarkan buku bisa kita lakukan lewat WAG, Fb, IG atau media digital lainnya.

Langkah pertama, adalah memasarkan buku lewat WAG.  Gambar buku dibawah ini adalah buku yang hari kemarin Om Jay post di WAG Pelatihan Menulis Gelombang 18. Mudah sekali bukan? Ternyata memasarkan buku ala Om Jay adalah ‘semudah klik and share’.




 

Langkah Kedua, adalah memasarkan buku lewat IG seperti yang pernah dilakukan oleh anaknya Om Jay yang bernama Intan. Intan memasarkan produknya dengan metode story telling. Wah, ternyata metode storry telling tidak hanya ad di mata pelajaran bahasa Inggris saja. Bahkan Intan berhasil memasarkan buku AL Quran yang berbahan kertas bagus,

Langkah Ketiga, Om Jay menuturkan bahwa memasarkan buku bisa dengan media Youtube. Dikemas dengan bahasa sederhana yang natural tidak mengurangi nilai buku yang dipasarkan. Memasarkan buku lewat kanal youtube lebih mudah dan terperinci. Kita bisa mendeskripsikan isi buku dengan pemaparan yang luas.

Langkah Keempat, Om Jay melakukan tehnik promosi buku lewat dunia blognya. Beliau lanjut menuturkan sehebat apapun kita berselancar di media sosial namun hal yang paling harus kita lakukan adalah berkolaborasi.  Inti dari memasarkan buku adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara dapat dengan mudah mereka kuasai. Selain itu, inovasi juga menjadi penunjang dalam mempromisikan buku seperti Penerbit Andi Yogyakarta mereka berinovasi dengan cara melakukan acara webinar dan bersertifikat.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan mengeluh. Itulah yang saya lakukan ketika mengalami beberapa kali gagal dalam memasarkan buku terbaru saya. Pada akhirnya saya menemukan hal hal baru yang membuat saya mencari momentum untuk menerbitkan buku terbaru saya.

Saya belajar dari almarhum Hernowo Hasim. Beliau sangat produktif sekali menulis. Namun dari ratusan bukunya, hanya sedikit yang menjadi buku best seller. Salah satunya adalah andaikan buku sepotong pizza.

Harus diakui, buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor lebih banyak pembelinya. Mereka selain punya tenaga pemasaran yang berpengalaman, juga memiliki media sosial yang bagus. Wajar saja bila buku buku yang diterbitkan selalu banyak pembacanya

Salah satu Penerbit buku mayor yang selalu melakukan inovasi adalah penerbit Andi Yogyakarta. Saya banyak belajar dari pengalaman para pengelola penerbit ini. Seharusnya siang ini kita dapatkan ilmunya dari pak Agus. Namun beliau berhalangan karena ada rapat di Yogyakarta. Saya mengambil inisiatif untuk menggantikan beliau setelah saya menghubungi narasumber lainnya tidak ada yang bisa. Hal yang saya suka dari penerbit Andi Yogyakarta adalah seringnya melakukan acara webinar dan bersertifikat. Anda bisa belajar dari Chanel youtubenya di tv Andi

Buku kawan kawan belajar menulis PGRI banyak dipasarkan dengan cara ini. Itulah mengapa kolaborasi itu penting agar buku yang diterbitkan laku dipasaran. Kita sebagai penulis jangan juga hanya diam saja. Penulis harus ikut memasarkan bukunya. Dengan begitu bukunya akan laku dan banyak dibeli orang banyak.

Kalau sudah seperti itu, jangan kaget bila anda menerima royalty buku sampai ratusan juta rupiah karena adanya kolaborasi.

Bagi saya yang sudah menikmati royalty buku dari penerbit mayor maupun penerbit indie, saya akan selalu melakukan inovasi. Sebab inovasi yang tiada henti akan membuat buku buku yang kita tuliskan sampai ke tangan pembaca.

Jangan lupa silahturahmi. Sebab silahturahmi atau silahturahim juga sangat membantu kita dalam memasarkan buku. Pada akhirnya teknik memasarkan buku akan kita temui dari adanya silahturahmi ini. Kekuatan silahturahmi ini dahsyat. Akan banyak rezeki yang akan mengikutinya.

Untuk membuat kolaborasi dan membuat terkenal perlu proses. Untuk bisa menjadi orang yang Percaya diri itu perlu proses. Itulah mengapa kita perlu berkolaborasi. Saya sendiri awalnya seperti itu. Perlu waktu 15 tahun untuk membangun personal branding. Tidak ada yang instan. Nikmati prosesnya dan kita akan menemukan kepercayaan diri seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan sesama penulis. Saya banyak belajar dari kawan kawan penulis lainnya.

Untuk membuat buku kita laku kita harus yakin bahwa buku yang dicetak akan menemui takdirnya. Oleh karena itu kita harus berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas sampai tuntas. Itulah mengapa buku yang saya cetak laku terjual.

Bila masih belum terjual, kita tunggu moment yang tepat. Akan tiba saatnya buku itu laku. Contoh buku blogger ternama yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Buku tersebut baru laku keras setelah setahun buku itu terbit. Jadi nikmati prosesnya. Biasanya proses tidak akan mengkhianati hasil. Saya selalu melakukan inovasi agar buku saya laku.

Semoga bermanfaat 

Blitar, 26 April 2021

By. hariyanto

 

Resume : Ke-10

Drs. Hariyanto

Tema : Tehnik Memasarkan buku

Narasumber : Wijaya Kusumah, M.Pd

Rabu, 28 April 2021

Mengenal Penerbitan Mayor

 


Hari ini Rabu 28 April 2021 merupakan putaran ke 11 pelatihan belajar menulis gelombang ke 18. Materi yang dibawakan adalah  Penerbit Mayor. Kali ini sebagai nara sumbernya adalah  Edi S. Mulyanta, S. Si., M.T. Beliau menjabat sebagai Publishing Consultant dan E-book Development pada perusahaan Andi Publisher. Beliau kelahiran Yogyakarta pada tanggal 24 Mei 1969. Beliau memiliki banyak pengalaman kerja dan karya tulis buku yang sudah diterbitkan. Beliau mempunyai web blog yang sangat dibutuhkan saati ni yaitu  Weblog : http://bukudigital.my.id http://ebukune.my.id. Berbekal pendidikan dengan gelar Magister S2 bidang Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta 2006 maka riwayat pekerjaan dan karya tulisnya tidak jauh dari tehnologi.

Inilah riwayat pekerjaannya :

1. Staff LitBang Komputer PT. Wahana Semarang 1994-2000 2. Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001 3. Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2001-2002 4. Dosen Tamu Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta 2002 5. Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika Yogyakarta 2002 6. Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2003-2004 7. Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019 8. Publishing Consultant & E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang 9. Founder Pasar Buku Digital ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 - Sekarang

Sementara karyasudah  tulisnya dalam bentuk buku antara lain :

1.How to make money in BIG DATA, 2021 2. Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019 3. Teknik Modern Fotografi Digital 2007 4. Pengolahan Digital Image 2007 5. Menyusun Karya Tulis Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006 6. Special Workshop: Teknik Airbrush Menggunakan Photoshop 2005 7. Menjadi Desainer Layout Andal dengan Adobe InDesign 2005 8. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005 9. Kupas Tuntas Ponsel Anda 2003 dll

Menurut pak Edi, dulu beliau adalah seorang penulis lepas yang hidup dari menulis buku sampai akhirnya bergabung di Penerbit Andi. Beliau sudah 20 tahun bergabung di penerbitan di Andi Publisher. Tentunya banyak pengalaman beliau yang bisa dijadikan inspirasi bagi kami selaku peserta.

Masa pandemi yang melanda dunia sejak setahun yang lalu ternyata juga berimbas pada dunia penerbitan buku. Akan tetapi, sejak bulan Maret 2021, industri perbukuan sudah mulai bangkit kembali. Namun, ada berbagai tantangan baru yang masih harus dihadapi oleh para pengusaha di bidang ini. Tentunya bukanlah hal yang mudah untuk dilalui dan diselesaikan dalam jangka waktu pendek.

Dunia penerbitan (mayor maupun minor) merupakan dunia bisnis yang selalu bermuara pada keuntungan finansial. Tentu saja, setiap penerbit memiliki idealisme di dalamnya berupa visi dan misi perusahaan yang tidak sama dengan penerbit lainnya. Adapun outlet utama bisnis ini adalah pasar toko buku meskipun tetap tidak bisa terlepas dari pasar di luar toko buku.

Mengenai sistem perbukuan di Indonesia telah diatur dengan sangat rinci dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017. Menurut Undang-undang tersebut, sistem perbukuan merupakan tata kelola perbukuan yang dapat dipertanggungjawabkan dan terpadu, mencakup pemerolehan naskah, penerbitan, pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penyediaan, dan pengawasan buku.

Ada beberapa masalah dalam distribusi buku yaitu untuk meningkatkan daya bisnis disamping dapat meningkatkan literasi baca di Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Demikian arti makna menurut UU No 3 - 2017

Dilain pihak tugas penerbit adalah mendapatkan -Naskah- yang tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat secara umum.

Jadi, ada perbedaan antara naskah buku dengan buku dan ini digambarkan dalam UU tentang perbukuan. Tugas penulis adalah menghasilkan naskahbuku sesuai kriteria penerbit. Sementara penerbit mencari naskah buku tersebut. Penerbit lalu menerbitkannya dalam bentuk buku atau digital sesuai perkembangan zamannya.

Ada perbedaan antara naskah buku dan buku seperti dijelaskan dalam UU perbukuan. Yaitu

1. Naskah buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

2. Buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang diterbitkan secara tidak berkala.

Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh Undang-undang sebagai syarat untuk memenuhi kewajiban Aparatur Sipil Negara (ASN). Diantaranya adalah untuk kenaikan pangkat guru, dosen, maupun ASN di instansi pemerintahan. Semakin banyak karya tulis yang dipublikasikan (termasuk buku), maka ASN tersebut akan semakin cepat mencapai pangkat dan golongan yang lebih tinggi. 

Hal tersebut termaktub dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 2012 pasal 46 ayat 2. Selanjutnya, diatur dalam Permenpan Nomor 26 tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, ada di pasal 11 ayat c-2 mengenai publikasi buku ber-ISBN. Adapun manfaat ISBN dapat dilihat pada gambar berikut. 1) Identitas sebuah buku, 2) Sarana promosi, 3) Alat pelancar arus distribusi, 4) Sarana temu kembali informasi, 5) Mendapatkan AK bagi guru dan dosen.

Mengingat begitu pentingnya ISBN bagi sebuah buku, maka semua penerbit baik Mayor maupun Minor mempunyai tugas dan kreativitas untuk mengebangkan buku ber ISBN.

Setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi penerbitannya.

Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications Element Number.

Lebih jelasnya perbedaan skala produksi inilah berpengaruh pada seri number ISBN dan inilah sesungguh yang menjadikan perbedaan selama ini antara penerbit mayor dan minor, yaitu kekuatan distribusi sekaligus skala produksi dan tergambar di ISBN . Sedangkan untuk visi dan misi penerbitan semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di dalamnya.

Aturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja.

Bahkan di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran). Hal ini tentunya ke depan akan semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital.

Beliau saat ini juga sedang mengembangkan penerbitan digital di perusahaan kami, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata terlihat arahnya ke depan. Bapak ibu dapat melihat percontohan buku digital dan proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id  . Ini adalah proyek percontohan pengembangan buku digital kami dan proses pemasarannya

Penerbit kami saat ini sedang mencoba memperbaiki proses distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku, Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan dalam bisnis buku saat ini.

Silakan mencoba bertransaksi buku digital, supaya kita tidak ketinggalan zaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi untuk meningkatkan literasi bangsa ini.

Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini, mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi sangat terhambat pandemi. Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga kami membuka saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di perbukuan.

Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Kami mencoba mengembangkan channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy, untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui penerbitan buku.

Bapak ibu dapat mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit, karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka lebar. Yang menyulitkan adalah proses produksi dan pemasarannya..

Semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat. Bapak ibu kami sarankan tetap mengirimkan usulan naskah ke penerbit-penerbit baik skala mayor maupun minor. Karena peluang itu akan selalu ada.

Ingat kembali bahwa sebagai guru. Bapak ibu dituntut untuk menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang ber ISBN, supaya ilmu bapak-ibu tidak hilang ditelan zaman.

Seluruh penerbit di Indonesia memiliki wadah tersendiri yang merupakan hasil bentukan pemerintah. Nama organisasinya adalah IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia). Setiap penerbit diberi nomor keanggotan dari IKAPI. Nah, Andi Publisher juga memiliki nomor tanda keanggotaan seperti di bawah ini  


Kriteria yang harus dipenuhi untuk menerbitkan buku di penerbit mayor dijelaskan dengan sangat detail oleh Pak Edi. Penulis terlebih dahulu harus membuat proposal ke penerbit yang berisi harus besat tulisannya. Lalu penerbit akan melihat tema, judul utama, outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, dan positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dan lain-lain). 

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.

Beliau menyatakan bahwa sesama penerbit mayor itu tidak terlalu bersaing saat di pasar sebab mereka tidak saling tumpang tindih dalam memilih materi terbitannya. Buku-buku yang telah diterbitkan oleh penerbit Andi kebanyakan dari buku Perguruan Tinggi dan buku-buku SMK yang masih sangat kurang di pasaran. Selain itu, mereka juga tetap menerbitkan buku-buku di luar tema pendidikan seperti buku fiksi maupun non fiksi dengan tema umum.

Sejujurnya disampaikan oleh Pak Edi bahwa di masa pandemi ini penerbit Andi juga terus berusaha survive. Caranya, dengan mengandalkan media-media sosial online, bekerjasama dengan sekolah, kampus, institusi, maupun pemerintahan untuk teta mempertahankan terbitannya.

Penanya keenam menanyakan tentang defenisi buku yang baik sehingga bisa lolos dan diterbitkan oleh penerbit mayor.  Pak Edi langsung memberikan sebuah gambar sebagai jawaban dan memberikan penjelasan yang rinci.



 

Sebuah buku yang baik menurut pak Edi adalah buku yang dipersiapkan naskahnya oleh penulis. Adapun kesatuan penyajian dan pembahasaannya dibantunoleh pihak penerbit. Dalam hal ini harus ada kerjasama dan komunikasi yang baik antara penulis dengan penerbit. 

 

Sebisa mungkin penulis melakukan penyuntingan mandiri terhadap draf naskahnya. Mulai dari segi tipografi, kesalahan bahasa, kesalahan data dan fakta, dan pelanggaran legalitas dan norma. Sangat disarankan dan penting untuk diingat adalah hindari plagiarisme atau copas (copy and paste). Selain itu, materi yang ditulis harus memiliki keunikan tertentu yang telah dak dimiliki oleh penulis lainnya.

Buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll).

Untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidak ada perantara, bisa langsung ke penerbit yang bersangkutan. Akan tetapi penerbit kami biasanya mempunyai group2 penulis yang selalu memberikan perancangan tulisan yang akan diusulkan. Terkadang group penulis ini cukup baik dalam hal pemenuhan judul perencanaan dan eksekusinya, sehingga terjadi kesepakatan secara ekslusif untuk diterbitkan.

Kualitas terbitan skala minor dan mayor itu menurutnya sama, tidak ada bedanya. Terkadang penerbit mayor mempunyai team Riset dan Development, sehingga lebih fokus pemilihan materi sampai ke eksekusi pemasarannya.

Hal ini lah yang membedakan penerbit mayor dan minor, penerbit mayor mempunyai tool-tool pemasaran yang lebih banyak, tool Riset dan Development yang fokus pengembangan materi.

Tentang kriteria naskah sesuai dengan visi misi penerbit. Penerbit Andi adalah penerbit buku untuk pengayaan pendidikan dari dasar hingga perguruan tinggi. Hampir 70% buku yang diterbitkan adalah dengan tema tersebut, sisanya adalah tema umum 30%. Apabila kans untuk dapat terbit tentunya mengikuti kebijakan penerbit tersebut yaitu buku pengayaan pendidikan 70%.

Caranya adalah kirimkan usulan atau sampel buku beserta dengan bagaimana perencanan distribusi menurut penulis sehingga penerbit akan dapat mempunyai gambaran ke mana buku tersebut dapat disalurkan. Kepada siapa sasaran buku itu ditulis, market mana yang diinginkan penulis untuk menjaring pembacanya.

Statement narasumber diakhri acara adalah : Saat pandemi tampaknya seperti saat gelap yang tidak ada akhir, akan tetapi kami heran mengapa naskah begitu membanjir di tempat kami sehingga kami kewalahan untuk menggarapnya. Artinya apa.. semangat penulis dalam meninggalkan jejak itu tidak akan sirna .. walaupun badai ganas sedang di dapan kita. Bapak ibu tetap wajib menuliskan jejak-jejak yang dialami ibu dan bapak, dengan media apapun .. dan buku akan tetapi menjadi keabadian yang akan merekam jejak penelururan petualanan bapak ibu di dunia ini.. untuk akan cucu kita besuk di kemudian hari... Yogyakarta 28 April 2021...

Blitar, 28 April 2021

By. hariyanto

 

 

Waktu kegiatan: Rabu, 28 April 2021

Resume ke: 11

Tema             : Penerbit Mayor

Narasumber: Edi S. Mulyanta

Penuis            : Drs, Hariyanto

Gelombang: 18

 

Hasil Baca Tanggal 26 dan 27 April 2021 : Kelas 4 Masih Sempatkan Diri Membaca, Walau Puasa

 SALAM LITERASI

Salut buat anak-anak SDN Turi 1 Kota Blitar yang masih rajin membaca di tengah menjalankan aktivitas puasa Ramadhan 1442 Hijriyah. Puasa memang berat, menahan lapar dan dahaga sehari  siang hingga tenggelam matahari. Badan lemah, namun patut diacungkan jempol  masih banyak siswa yang masih mau menyempatkan diri membaca buku cerita. Semoga semua itu bermanfaat. Aamiin.

Terlihat beberapa kelas 2 dan kelas 4 yang aktif membaca. Beberapa faktor siswa tidak membaca antara lain. lupa, atau tidak sempat karena ada tugas sekolah banyak. Sebagian lagi karena bersamaan kegiatan pondok Ramadhan yang merasa kegiatan membaca sudah tidak perlu lagi.

Ada  juga yang  kesulitan menggunakan HP karena dipakai orangtuanya.

Membaca hari-hari ini dan seterusnya adalah tahap pengembangan, sehingga setiap membaca selalu dianjurkan menuliskan kata-kata yang baik misal kata bersyukur. Atau karya sendiri misal puisi , cerita dan lainnya.

Nah dalam laporan kegiatan membaca ini kita semua bisa melihat M. Bintari masih mampu menuliskan beberapa karyanya dalam cukup panjang. Ini patut ditiru anak-anak. Karena setelah membaca mestinya kita semua bisa menuliskan hal-hal yang sudah dibaca. Pengetahuan hasil membaca menjadi bertambah dan akhirnya menambah kosa kata dan pembendahaaraan ilmu baru dan wawasan baru.

Tetap semangat membaca ya.......

SALAM LITERASI


GLS Turi Berseri

Ketua

Drs. Hariyanto

Minggu, 25 April 2021

Syukur Melihat Cucu

 



Puisi Darik SYUKUR

Syukur

Tiada halangan

Batas hilang

Begitulah rasa ikhlas

Menjadi pertanda terima

Akan apa adanya

Allah Yang Maha Pencipta

Telah ada cucu dihadapanku

Begitu sempurna Bak ayahnya

Gerik langkah tawa tangisnya

Alhamdulillah

Begitu Indah

Begitu Bahagia

Tatkala rasa penuh

Sulit dieja kata

Terpadu dalam dada

Penyedap pandangan mata indah

Penebar senyum tulus lepas

Pecah tangis mengiba lucu

Tawa lepas satukan rindu


Blitar, 25 April 2021

by.hariyanto


Sabtu, 24 April 2021

Wow MULTILITERASI ?

 

 




Mungkin perlu diingatkan kembali kepada khalayak bahwa istilah literasi kini berdampingan dengan istilah multiliterasi. Dalam kurikulum 2013 disekolah kita juga sudah diadopsi adanya tujuan dari muliterasi tersebut. Istilah terakhir mucul dari Forum Ekonomi Dunia tahun 2016 yang direkomendasikan kepada banyak negara untuk segera melakukannya termasuk Indonesia.

Pengertian Literasi dalam Wikipedia adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa. 

Dalam bahasa latin disebut sebagai literatus yang berarti orang belajar. Kemudian, di dalam kamus online Merriam – Webster, dijelaskan bahwa literasi adalah kemampuan atau kualitas melek aksara dimana di dalamnya terdapat kemampuan membaca, menulis dan mengenali serta memahami ide-ide secara visual.

Intinya adalah pengertian literasi merujuk kepada adanya pembelajaran yang mengarah kepada kemampuan membaca dan menulis untuk pemahaman suatu ide.

Dalam perkembangannya pengertian ke arah membaca dan menulis dianggap istilah terlalu sempit sehingga muncul istilah literasi digital, literasi numerasi, literasi finansial dll. Seperti Sebagai contoh, PISA (Programme for International Student Assesment) yang dikoordinasikan oleh OECD telah mengategorikan literasi menjadi (a) literasi keilmu-alaman (scientifical literacy), (b) keberaksaraan matematis (mathematical literacy), dan (c) literasi membaca (reading literacy). Sedangkan  UNESCO menyatakan adanya literasi informasi dan literasi media.

Di Indonesia menerapkan adanya  5 jenis  Literasi dasar yang terdiri atas baca tulis, numerasi, sains, digital, finansial, budaya dan kewargaan merupakan bagian dari kecakapan abad XXI. Bersama dengan kompetensi dan karakter, ketiga hal tersebut akan bermuara pada pembelajaran sepanjang hayat.

Di Indonesia, pada awalnya literasi dimaknai 'keberaksaraan' dan selanjutnya dimaknai 'melek' atau 'keterpahaman'. Pada langkah awal, “melek baca dan tulis" ditekankan karena kedua keterampilan berbahasa ini merupakan dasar bagi pengembangan melek dalam berbagai hal. Pemahaman literasi pada akhirnya tidak hanya merambah pada masalah baca tulis saja, bahkan sampai pada tahap multiliterasi.

Apa yang dimaksud multiliterasi ?

Multiliterasi dimaknai sebagai keterampilan menggunakan beragam cara untuk menyatakan dan memahami ide-ide dan informasi dengan menggunakan bentuk-bentuk teks konvensional maupun bentuk-bentuk teks inovatif, simbol, dan multimedia (Abidin, 2015)

Menurut Word Economic Forum (2016), peserta didik memerlukan 16 keterampilan agar mampu bertahan di abad XXI, yakni fondasi literasi atau literasi dasar (Kemendikbud T. D., 2019) Ke 16 ketrampilan telah dirangkum dalam kurikulum sekolah gabungan antara 3 hal : Literasi, Kompetensi abad 21, dan Karakter.

Keenambelas ketrampilan selengkapnya  ;

Dari Literasi Dasar : 1) Literasi Baca Tulis, 2) Numerasi, 3) Litrasi IPA, 4) Literasi TIK, 5) Literasi Finansial, 6) Literasi Budaya dan Bermasyarakat.

Dari aspek Kompetensi : 7) Berpikir Kritis, 8) Kreatif, 9) Komunikasi, 10) Kolaborasi.

Dari Aspek Karakter : 11) Rasa Ingin tahu, 12) Inisiatif, 13) Gigih, 14) Adaptif, 15) Kepemimpinan, 16 Kepekaan sosial dan budaya.

Secara ringkas ke 16 ketrampilan itu dapat dilihat di tabel berikut : (Kemendikbud T. D., 2019)


Sementara untuk pembentukan budi pekerti dan karakter GLS juga diarahkan kepada nilai-nilai Pancasila, disamping 16 nilai yaitu; Religius, Nasionalis, Mandiri, Gotong Royong, Integritas

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah digulirkan sejak 2015 oleh Kemendikbud merupakan salah satu pilar gerakan literasi bangsa ini disamping Literasi Keluarga dan Literasi Masyarakat.

 

 

 

Blitar, 24 April 2021

By.hariyanto