Senin, 30 November 2020

Guru Indonesia Merdeka Berkarya

 


Dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional (HGN) 2020, panitia Temu Nasional Guru Penulis (TNGP) MediaGuru mengadakan lomba menulis buku untuk guru. Temanya Guru Indonesia Merdeka Berkarya. Hal  Itu dilaksanakan di awal bulan November 2020 lalu proses pengumpulan naskahnya dan setelah melalui proses penjurian, alhamdulillah panitia telah menetapkan 150 pemenang. Pengumuman pemenangnya dirilis tanggal 29 November 2020 oleh Mohammad Ihsan, CEO MediaGuru dan Gurusiana.

Dari  tema menarik “Guru Indonesia, Merdeka Berkarya,” maka bertebaranlah judul-judul menarik yang melukiskan kisah perjuangan dan harapan guru dalam pembelajaran baik dalam situasi Pandemi Covid 19 ini mapun dalam kisah kreatif guru lainnya.

Selamat. Di bawah ini daftar para pemenang yang disusun berdasar urutan abjad awalan nama berserta judul yang diangkatnya. ( Catatan: Saya kutip lengkap nama penulis dan judul tulisan  dari no 1 – 50, selebihnya nama penulis saja)

 

1.     Abdul Latif Rusdi _ Mengajar Tanpa Bahan Ajar

2.     ABDURRAUF _ Mencipta Komunitas, Memetik Kreatifitas

3.     Ade Kurniawati _ Pandemi Covid-19 Melanda, Guru BK Merdeka Berkarya

4.     Adrianus Yudi Aryanto _ Guru Merdeka, Inovasi Tiada Henti

5.     Agus Winarto _ Guru Berkarya Pilar Kemajuan Bangsa

6.     Ali Harsojo _ Merdeka Berkarya: Mewujudkan Pembelajaran Berbasis ABCD hingga GMB

7.     Ali Mokhamad _ Ragam Inovasi Guru, Merdeka Berkarya Untuk Berjaya

8.     Anita Herlina Setianti _ Wayang Dami Berbasis Kearifan Lokal, Manifestasi Guru Merdeka Berkarya

9.     Arbanur Orbita _ Meningkatkan Minat Belajar Siswa Lewat Karya dan Lomba

10.  Aris Surjanti _ Merdeka Belajar Merdeka Berkarya

11.  Arsiah _ Mewujudkan Indonesia Emas dengan Guru Berkarya

12.  Arya Wisata Fitri _ Merancang Game Edukatif Berbasis Android Untuk Pembelajaran  di Tengah Situasi Pandemi

13.  Asmin Adi Purna _ Tiga Pilar Penyangga Program SEMARAK KAPULAGA

14.  Asril _ Jadilah Guru Kaya Guru Berkarya

15.  Bahar Sungkowo _ MERDEKA BERKARYA : DENGAN PRINSIP KAPAL API HINGGA LAHIR SEKOCI  DALAM PJJ PANDEMI COVID-19

16.  Bambang Herru Istiyanto _ Merdeka Berkarya, Suguhan Cireng Terasa Istimewa

17.  Burhani _ Merdeka Berkarya bersama Elearning Sekolah

18.  Chusniyah Noor _ Guru Merdeka, Berkarya Menembus Batas

19.  Cicik Rahayu Any Siswoyo _ SMART DALAM MERDEKA BERKARYA

20.  Danang Margono _ Guru Merdeka Berkarya Melalui 4R

21.  Defi Yuslia _ Guru Mulia Karena Karya

22.  Deni Yulia _ Guru Indonesia Merdeka Belajar: Bak Cendawan Tumbuh di Musim Hujan

23.  Djuni Posma Rouli _ Pandemi Covid-19 Kesempatan Berkarya

24.  Donni Saputra _ Peran Kepala Sekolah Mensupport Guru Berkarya

25.  Edit Kadila _ Saatnya Guru "Buka Helm"

26.  EKNUL KHOFIYAH _ Karya Model Pembelajaran Di Masa Pandemic Covid-19

27.  Ela Rahmah Laelasari _ Cogito ergo sum Dalam Bingkai Guru Indonesia Merdeka Berkarya

28.  Eliyarni _ 3 AKSI PENERAPAN GURU MERDEKA BERKARYA

29.  Elyta Eparlina _ KEBEBASAN EKSPRESI SEBAGAI BENTUK MERDEKA BERKARYA

30.  Emy Putri Alfiyah _ Meniti Karya dari Buku Bekas dan Buku Diari

31.  Endang Ayu Patrianingsih _ MERDEKA BERKARYA BERSAMA FILOSOFI KI HAJAR DEWANTARA

32.  Eny Khusnul Hartati _ Berkarya Demi Anak Bangsa

33.  Ernawati _ Guru Merdeka Berkarya Membuat Sejahtera

34.  Esti Munafifah _ Dahsyatnya Mengikat Ilmu dengan Lagu

35.  Eti Herawati _ Profesional Talk Menjamin Guru Merdeka Berkarya

36.  Fatatik Maulidiyah _ Merdeka Berkarya Dengan Memperbanyak Skill

37.  Fatima Zahro _ Yang Terucap Akan Kandas, Yang Ditulis Akan Berbekas

38.  Fitria Nur Rosyidah _ Siswa Berdaya, Guru Berkarya, Kepala Sekolah Berjaya

39.  Fitriany Febby Adiana Gustariny _ GURU INDONESIA MERDEKA, KONSISTEN BERKARYA

40.  Fransisca Setyatun _ MENANTANG DIRI MENJADI INSPIRASI

41.  Gusnidawati _ Guru Merdeka Berkarya dari Rumah

42.  Handayani _ DARI YOUTUBER DADAKAN, BEST PRACTICE, TERBIT BUKU HINGGA KE NOVEL

43.  Hanum Habibah _ Pancasila dalam Nada

44.  Hariyanto _ Guru Merdeka Adalah Guru Kreatif bagi Siswanya

45.  Harlis Purwaningsih _ Berkaryalah dengan Berbudaya

46.  Heri Trianingsih _ Guru Berkarya Melalui Me3

47.  Herita Puji Astuti _ Guru berkarya dengan buku

48.  Ilham Wahyudi Silaen _ Berawal Dari Kelas Mengaji

49.  Illah Nafilah _ Merdeka Berkarya Bermula dari Sagusabu

50.  Ilma Wiryanti _ Memaknai Merdeka Berkarya dalam Bingkai Ibadah

51.  Indriyati _ 52.  Irmayulis _ 53.  Isnawati Miladiyah _ 54.  Iso Suwarso _ 55.  Iwan Berri Prima _ 56.  Januardi _ 57.  Junaidah _ 58.  Kharirotus Sakdiyah _ 59.  Kur Asriatun _ 60.  Lenti Yudarna _ 61.  Lili Herawati _

62.  Lili Priyani _63.  Lily Yovita _ 64.  M. Maghfur Qumaidi _ 65.  M. Rasyid Nur _ 66.  Mahdawina _ 67.  Maimuna _ 68.  Maria Agusta _ 69.  Martin _

70.  Marwati _ 71.  MATROKHIM _ 72.  Melti Amrius _ 73.  74.  Muh. Maksum 75.  Muhammad Ardian Fithriansyah _ 76.  Muhammad Sultan _ 77.  Nani Yuliani _ 78.  Nany Susilawati _ 79.  Nelfia Nofitri _ 80.  Ni'matul Khoiroh _ 81.  Ni'matuz Zahroh _ 82.  Niswati Handayani _ 83.  Nora Vitaria _ 84.  Nur Amaliah _ 85.  Nuriana Yulianti _ 86.  Nurmariana _ 87.  Nurrohmah Puji Mastuti _ 88.  Nurul Jumardiana 89.  Nurzaitun _ 90.  Rahmadi 91.  Ramadhianty _ 92.  Renita _ 93.  Rezi Rahmat _94.  Ria Yusnita _

95.  Riayatul Ma'rifah _ 96.  RIDWAN _ 97.  Ridwan Djaudjali _ 98.  Rifni Hayati _ 99.  Rini Sulastri _ 100.  Robingah _ 101. Ruminten Supadmi _ 102. Rusman _ 103.SAEFUL HADI _ 104.  Samsiati _ 105. Samsimar _ 106 Sanria Elmi _ 107  Sasra Ermida _ 108.  SISWANDI 109. SITI IRMANI KASAN _ 110. Siti Jamiatu Sholihah 111. SITI MUTAWARRIDAH  112 SITI NURBAYA AZ _ 113. Siti Sriyatun _ 114. Siti Suharni Simamora _ Dreams Without Limits

115.Sofia Nur Fadhilah _ 116. Sofwan Munawar _ 117. Sri Hastuti _ 118. Sri Purwanti _ 119.  St. Chadidjah _ 120  St. Muanifah _ 121 Suhaimi _ 122.Suhud Rois _ 123.  Sukadi _ 124.Sulastri 125.  Sunindio _ 126. Suryani Isnoel 127.  Susi Purwanti _ 128. Sutarti _ 129. Suwarni _ 130. Syafriadi _

131 Tasrif _ 132.Teti Asmarni _ 133.Timbul Amar Hotib _ 134. Utik Kaspani _ 135. Uzlifatul Rusydiana _ 136.Valeria Sonata _ 137. Wahyu Utami _

138. WARSONO _ 139.  WIWIK PUSPITASARI _ 140.  Yasni Marlis _ 141.  Yayah Rokayah 142. Yenni Afrita _ 143. Yenti Sustina _ 144. Yessy Hasni _ 145. YONA EVASAR _ 146. Yulfia Afaz _ 147. Yulma Refianti _

148. Yuria Kasmita _ 149.  YUSMAINI _ 150. Yusrin

 

Selanjutnya, kumpulan tulisan para pemenang ini akan diterbitkan dalam bentuk buku antologi oleh Media Guru. Hasil bukunya didistribusikan secara luas untuk mendukung gerakan literasi nasional, khususnya di kalangan para guru.

Jadwal peluncuran dan ketentuan distribusinya insyaAllah akan diumumkan segera di Grup Facebook Media Guru Indonesia. 

Sekali lagi selamat sahabat guru penulis dari seluruh Indonesia. Mudah-mudahan guru penulis hebat ini dapat berhimpun lagi dalam tulisan antologi bertema menarik lainnya.  Aamiin.

 

Blitar, 30 November 2020

Sabtu, 28 November 2020

Pentigraf : Ketika Parto Ikut Rapat



Pagi-pagi Parto sudah berdiri di tepi jalan dekat rumahnya. Dia ingin sekali melihat kesibukan pagi hari setelah matahari terbit beberapa menit lalu. DIa ingin tahu seberapa banyak orang lalu lalang di pagi hari. Sekira satu jam lamanya berdiri , dia manggut-manggut sepertinya menemukan satu kesimpulan yang sangat berarti.

Ya, dia baru saja menemukan satu kesimpulan uniknya bahwa jalanan di depan rumahnya layak diperhitungkan sebagai jalan raya, layaknya jalan tengah kota. Satu jam dia mengamati , sudah mencatat lebih seratus orang mondar-mandir dari arah yang saling berlawanan. Sepeda motor lewat lebih dari 20. Dan mobil pengangkut sayuran lebih dari 5 . Kok banyak sekali orang lewat,  bahan untuk rapat RT nanti sore, batinnya.

Malam hari, dia sudah mantap dengan usulannya. Ketua RT yang memimpin rapat  mulai masuk ruang diskusi. Dari beberapa usulan sudah ditampung. Ada usul listrik masuk gang, penyemenan gang, ada usulan tempat sampah setiap rumah dll. Tiba giliran Parto yang dengan semangatnya mengusulkan pengaspalan jalan depan rumahnya. Alasannya jalanan sudah mulai ramai dan ditambah  data catatannya hari ini. Spontan saja semua peserta rapat pada tertawa, Parto menjadi kikuk dan salah tingkah. Pak RT pun mengingatkan, “ Betul Parto, hari ini memang hari pasaran.” Parto langsung terdiam, sambil menepuk jidatnya.

 

Blitar, 28 November 2020

 


 

Jumat, 27 November 2020

Filosofi Memberi Pancing atau Memberi Ikannya ?

 

gambar : kabar gembira.id

Di masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) seperti ini seorang guru atau orangtua yang saat ini juga menjadi guru di rumah masing-masing sering mengajari putra-putrinya bahkan ikut menyelesaikan PR dan tugasnya. Ada orangtua yang terlalu “sayang” dengan mengambil alih seluruh tugas, hingga menuliskannya jawabnya. Ada juga yang dengan telaten orangtua memberikan bimbingan sekedar, sambil memantaunya dari jauh. Kedua pilihan mempunyai imbas yang baik menurut versi masing-masing.

Bagi orangtua tipe proteksionisme, sangat melindungi putranya dengan cara mengajari penuh sampai jawabannya lengkap. Harapannya agar putranya mendapatkan nilai sempurna, tidak jelek amat. Bagi tipe lainnya orangtua akan memberikan kesempatan kepada putranya untuk menggali potensinya lebih jauh dengan cara mengerjakan sendiri dan baru dibimbing jika anak menemui jalan buntu. Itupun dengan sekedarnya, harapannya si anak akan tergugah dan selalu belajar lebih jauh. Mungkin tipe ketiga adalah membiarkan bebas putra-putrinya di rumah. Belajar sendiri tanpa diawasi walaupun pegang HP Android. Orangtua sibuk bekerja atau punya kegiatan lainnya.

Kembali kepada masalah memberi kepada orang lain, diibaratkan memberi pancing atau ikannya ? Ini sesuai dengan prinsip awalnya konon berasal  dari Lao Tzu yang populer: “Give a man a fish, feed him for a day. Teach a man to fish, feed him for a lifetime”, yang artinya kurang lebih berikan seseorang ikan maka itu akan cukup mengisi perutnya untuk satu hari dan ajarkan ia untuk memancing maka akan dapat memberinya makan seumur hidup.

Untuk pilihan begini, jika menemui zaman seperti saat ini jawabnya akan sangat kondisional. Artinya harus sesuai konteks, bahkan sesuai dengan kecerdasan. Atau sesuai kebutuhan yang ada. Amat sangat relatif.

Begini perumpamaan sebuah anekdot dari blog yang saya sadur dan menurut penulisnya dari grup WA dikutip seutuhnya. ( catatan : kalau saya saya sesuaikan dengan tidak merubah isi dan maksudnya).

Seorang pegawai Kedubes Indonesia di Beijing moodnya kurang baik, lalu dia coba pergi meditasi ke gunung Songshan di Henan, tempat sebuah Kuil Shaolin berada di kaki gunung tersebut.

Ada seorang biksu senior  bertanya sama dia,

 "Kalau anda disuruh pilih, mau pilih alat mancing atau milih ikan 500 kg?"

Dia jawab, "saya pilih ikan 500kg."

Si biksu geleng-geleng kepala sambil ketawa,  katanya,

"Anda jauh dari kebijaksanaan,  apakah anda tidak tahu bahwa 500 kg ikan bisa habis dimakan sedangkan alat mancing bisa memancing ikan terus menerus selamanya."

Dia menjawab,

"Anda yang terlalu naif. 500 kg ikan kalau dijual seharga Rp 50 ribu/kilo ... berarti hampir Rp 25 juta,  sedangkan alat mancing harganya hanya sekitar Rp 500 ribu, beli 10 set hanya sekitar Rp 5 juta. Saya bisa bayar Rp 5 juta untuk menggaji 10 orang untuk memancing ikan bagi saya. Dan bisa ambil Rp 5juta untuk bersedekah. Sisa uang bisa dibuat hal lain-lain misalnya mengajak teman-teman untuk  berburu. Bahkan sambil main catur bisa menjaga orang-orang yang memancing ikan. Ikan hasil mancing bisa saya jual lagi. Nah,  hobi mancing saya tersalurkan,  bisa bersedekah, bisa bersosialisasi, bisa membuka lapangan pekerjaan, dapat untung pula."

Biksu, "Kamu orang mana ?"

Dia jawab, "Orang Padang."

Biksu, "Onde mande... "

Kesimpulan : Memberikan sesuatu dalam konteks untuk kebaikan, lakukan saja dengan setulus hati. Apalagi memberikan “pembelajaran” kepada putra-putrinya. Jika memberikan pembelajaran itu membuat anak manja tentu tidak harus diteruskan, jika membuat mandiri maka lakukan. Karena jika pilihan membiarkan misalnya sang putra belajar dengan HP internet dengan penuh kebebasan, ibarat melepaskan sang anak berjalan jauh dengan membiarkan berjalan sendiri. Tegakah kita sebagai orangtua.

Memberikan dalam konteks materi kepada orang lain, juga amat bergantung pada keadaan, seberapa jauh sangat membutuhkan. Sesuai prioritas. Tulus dan mendidik, itu idealnya. Semoga bermanfaat .. aamiin.

 

Blitar 27 November 2020

 

 

 

Kamis, 26 November 2020

#Pentigraf : Tahu Saja Kau

 



gambar : Gue Sehat.com

Parto punya kebiasaan unik yang mungkin jarang diketahui  oleh teman lainnya. Sejak kecil dia selalu mempunyai kebiasaan unik dalam hal minum air. Tidak seperti anak seusianya. Minum air ambil gelas, atau kendi, angkat, tuang air ke mulut lalu glek glek selesai. Bagi Parto tidak demikian. Minum air artinya semacam kenikmatan tersendiri yang harus dijalani. Tidak boleh ada orang yang mengganggunya.

Begini biasanya. Jika haus sudah datang. Parto harus mencari posisi yang nyaman untuk tempat duduk. Entah itu batu, atau “dingklik” semacam tempat duduk terbuat dari kayu pas untuk satu orang. Dan di tempat yang ….sepi. Lalu diambilnya gelas ukuran jumbo diisi air lalu duduk dan minum. Seperti orang mencari ide, Parto kecil melakukannya dengan pelan sekali menyedot setetes air demi air, sampai habis. Tahu akibatnya ? Bisa makan waktu lebih setengah jam untuk menghabiskan air segelas besar itu. Kebiasaan unik ini dilaluinya sampai dia besar menjelang masuk SMP. Tidak banyak yang tahu kecuali Parmin saudaranya.

Ketika dewasa Parto berkenalan dengan seorang wanita idamannya sebelum menjadi isterinya. Tentu saja perkenalan itu tidak sampai menemukan “rahasia" minum si Parto. Sampai akhirnya ada acara makan bersama di rumah “calonnya” Parto karena ada hajat kecil. Dalam situasi makan bersama tiba-tiba kebiasaan Parto muncul mendadak, minum air tidak seperti biasa. Minum menjadi luar biasa. Tiba-tiba Parto seperti kebingungan dan mendadak hilang keseimbangan. Parmin kebetulan di dekatnya  segera menuntunnya ke belakang dapur sambil memberikan kursi plastik  dan segelas besar air putih. “ Tahu saja kau Parmin, Saudaraku “ dengusnya sambil melihat Parmin mengipas-ngipaskan kardus bekas sekat air gelas Aqua ke wajahnya. “Akhirnya bisa sadar juga,” Parmin membatin

 

 

Blitar, 26 November 2020

 

 

Rabu, 25 November 2020

Membuat Puisi dari Pidato Menteri





Membuat puisi biasanya dilakukan dengan cara mencari ide segar, baik dari petualangan di alam indah pegunungan, lautan, lembah-lembah. Pun juga dilakukan dari hasil perenungan akan pengalaman hidupnya selama ini.

Setelah cukup pemahaman atas ide yang berupa gagasan tentang satu hal, maka dituangkanlah ide tersebut dalam kalimat-kalimat yang terpilih. Dengan batasan irama, diksi, maupun jumlah bait dan baris tertentu, kalimat pun tersusun dalam susunan bait-bait. Kalau aturan ketatnya ada satu bait, ada dua bait dst, namun puisi saat ini bebas menentukan berapa bait yang mau dibuat. Sementara dalam satu bait tersusun dari beberapa baris, itupun juga menjadi hak prerogative penulisnya. Jika mengikuti aturan pantun, atau sajak kuarten, maka isi tiap bait pasti 4 baris, dan semua menjadi pilihan penyairnya.

Mengubah puisi menjadi prosa lebih dikenal dengan istilah paraphrase. Dengan aturan tertentu puisi bisa diubah dalam bentuk prosa yang memang tidak menjadi bait-bait puisi. Isinya lebih terjabar.

Kali ini saya mencoba menyadur dari pidato Mendikbud Nadiem M, Makarim pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 25 November 2020 menjadi sebuah puisi. Isinya mungkin tidak bisa menyeluruh, tetapi semangatnya untuk menggambarkan perjuangan guru dibantu oleh semua pihak dan termasuk jajaran Kemendikbud itu yang ingin saya sampaikan melalui puisi tersebut.

Sementara teks pidato dimaksud dapat diunduh pada link berikut :

https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/73d85143d254132

Dalam teks pidato disampaikan pada 25 November 2020 tersebut, tertuang kalimat bahwa Mas Nadiem percaya bahwa selalu ada hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Peristiwa Pandemi Covid 19, membuat beberapa pilihan antara menyerah dan berjuang. Ternyata guru , orangtua dan seluruh komponen bangsa ini memilih berjuang pantang menyerah untuk tetap menyelenggarakan pembelajaran dengan segala keterabatasannya.

Semua pihak bahu-membahu, bergotong-royong demi mengatasi kompleksitas situasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Syahdan, Mas Nadiem juga menyoroti peran orang tua dalam mendampingi anaknya terkait pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Mereka juga menjadi guru di situasi seperti ini. Persis dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan kita bahwa kita semua adalah guru.

Kata kuncinya ialah, sikap positif, semangat pantang menyerah, gotong-royong, dan keteladanan.

Lebih dari itu, dalam isi pidato Mendikbud untuk Hari Guru Nasional 2020, Mas Nadiem juga berharap agar seluruh insan pendidikan menjadikan situasi pandemi sebagai laboratorium bersama untuk menempa mental pantang menyerah serta mengembangkan budaya inovasi.

Lagi-lagi bisa kita katakan bahwasannya pandemi adalah momentum, momentum bagi setiap pelaku pendidikan untuk bangkit, memetik pelajaran berharga, meninggikan kolaborasi, serta mengakselerasi sistem pendidikan demi melakukan lompatan dengan tujuan menghasilkan SDM unggul.

Apakah harapan ini realiastis? Saya kira demikian. Hadirnya pandemi seakan telah memaksa masing-masing pelaku pendidikan untuk segera beradaptasi mengejar digitalisasi.

Sebelum datangnya pandemi, kita mungkin cukup ambyar melihat hasil alias capaian skor PISA yang rendah. Maka dari itulah, pembelajaran jarak jauh yang mulai akrab dengan teknologi dalam beberapa waktu ke depan akan memberikan dampak yang cukup signifikan.

Banyak program terobosan dibuat di masa pandemic ini Sebut saja seperti kebijakan bantuan kuota internet, fleksibilitas penggunaan Dana BOS, bantuan subsidi upah untuk PTK non-PNS, program guru belajar, laman guru berbagi, kurikulum darurat, program belajar dari TVRI, Seri Webinar di masa pandemi serta kebijakan lainnya sudah cukup untuk menjelaskan bahwasannya Kemendikbud bersama Mas Nadiem juga bekerja keras.

Guru yang bekerja keras, berjuang bersama, gotong royong, berbagi dan berkolaborasi, sangat diapreasiasi oleh Mendikbud, Mereka ada pelukis peradaban di masa depan, Yang menyiapkan generasi unggul untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Mudah-mudahan pandemi segera berakhir, mudah-mudahan pemerintah bisa terus memperjuangkan hak maupun kesejahteraan para pendidik secara lebih baik lagi, dan mudah-mudahan para guru selalu diberikan kesehatan serta keikhlasan dalam melukis masa depan.

"Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa."

Selengkapanya puisi dari saduran dari pidato Mendikbud Nadiem Anwar Makarin sebagai berikut :

Hari Guru Nasional 2020 dan Pesan Mendikbud

 

Jangan pernah menyerah, ketika bersua  Pendemi ini

Bangkitlah untuk selalu melangkah maju ‘tuk anak cucu

Walau  susah payah langkah, bak keong berlari

.

Tetaplah bersama, bersatu, mencari  cahya

Orangtua pun menjadi guru, semua guru Ki Hajar berpesan

Pantang menyerah, gotong royong panutan anak cucu

.

Pandemi mengajarkan mendidik adalah tugas bersama

Membangun generasi perlu kolaborasi

segenap hati dan sepenuh asa

.

Pandemi mengajarkan bahwa tehnologi harus digali

Demi anak cucu maju , berhati baja

arungi lautan , sungai lompati gunung, susuri lembah

.

Pandemi ajarkan nilai mulia

Semangat bersama, pantang menyerah, terus belajar

Berbagi dan berkolaborasi

.

Langkahnya adalah guratan kokoh hari ini

tertoreh pada lukisan abadi  masa depan

Di antara gunung lembah dan lautan berpasir putih bernyiur hijau.

.

Hari ini guru  melukis peradaban

Yang tak terulang lagi mengkanvaskan

Indahnya Indonesia di masa depan.

 

# Selamat Hari Guru Nasional 2020

 

Blitar, 25 November 2020

  

Senin, 23 November 2020

Mau PTM di Awal 2021, Begini Panduannya di Sekolah

 


Bapak Ibu Guru dan seluruh siswa seluruh Indonesia, jika ada pernyataan atau pertanyaan mau PTM (Pembelajaran Tatap Muka ) di awal 2021 nanti ?  Mungkin serentak jawabannya mauuu…..

Itu terjadi setelah berbulan-bulan semua orang termasuk guru siswa mengalami situasi pandemi Corona 19, dan telah memaksa merubah budaya dan perilaku baru dalam situasi dan jangka waktu yang belum bisa ditentukan.

Dalam bidang tertentu seperti ekonomi, pasar-pasar dan mall dibuka dengan harapan roda ekonomi berputar kembali. Dalam bidang pariwisata, beberapa spot wisata dibuka, tempat-tempat ibadah pun mulai ramai kembali.

Pada 20 November 2020 kemarin dalam bidang pendidikan juga akan mengikuti jejaknya untuk dibuka pada awal semester genap Januari 2021 nanti dan diserahkan kewenangannya kepada Pemerintah Daerah. Pemberian izin pembelajaran tatap muka dapat dilakukan secara serentak dalam satu wilayah kabupaten/kota atau bertahap per wilayah kecamatan dan/atau desa/kelurahan. “Pengambilan kebijakan pada sektor pendidikan harus melalui pertimbangan yang holistik dan selaras dengan pengambilan kebijakan pada sektor lain di daerah,” terang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, pada pengumuman SKB Empat Menteri tersebut, secara virtual, Jumat (20/11/2020).

Ya, alternative Pertemuan Tatap Muka (PTM) akan dibuka kembali. Suasana kerinduan sekolah akan segera terobati. Situasi keramaian di sekolah akan kembali pulih. Benarkah demikian ?

Dalam situasi khusus seperti ini maka kegiatan PTM pun akan dilangsungkan secara ketat mematuhi protokol kesehatan.

Mendikbud menyatakan prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 tidak berubah. Kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat tetap merupakan prioritas utama.

Begini Panduan Pembelajaran Tatap Muka Semester Genap 2020/2021

Untuk lebih detailnya, kita bisa mengunduh panduan dalam bentuk PDF di laman Kemendikbud. Panduan pembelajarannya secara garis besar akan saya tuangkan di sini:

Pertama, Perubahan Kebijakan yang Tertuang dalam Siaran Pers Kemendikbud Nomor: 368/sipres/A6/XI/2020 akan Mulai Berlaku Tahun Depan.

Tepatnya berlaku mulai semester genap tahun ajaran dan tahun akademik 2020/2021, yaitu bulan Januari 2021.

Kedua, Pemberian Izin Pembelajaran Tatap Muka Bisa Dilakukan Secara Serentak Maupun Bertahap

Izin secara serentak yaitu pemerintah daerah memberikan izin kepada semua kecamatan, desa, atau kelurahan yang berada dalam sebuah kabupaten untuk menggelar pembelajaran tatap muka.

Sedangkan izin secara bertahap ialah izin yang diberikan oleh pemda tidak langsung untuk semua melainkan mengutamakan daerah tertentu yang dinilai butuh dan sudah siap untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka.

Pada dasarnya, jumlah tahapan pemberian izin akan bergantung pada penilaian pemda yang meliputi aspek kondisi, kebutuhan, hingga kapasitas satuan pendidikan di setiap jenjangnya.

Ketiga, Syarat untuk Satuan Pendidikan Agar Dapat Melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi sekolah untuk bisa menggelar pembelajaran tatap muka. Syarat tersebut dimulai dari penentuan pemberian izin oleh Pemda/Kanwil Kemenag, dilanjutkan pemenuhan daftar periksa kesiapan sekolah, persetujuan komite/perwakilan orang tua, hingga persetujuan dari orang tua.

Lebih dari itu, sebagaimana yang telah dijelaskan di awal tulisan ini, tumbuh kembang siswa dan kondisi psikososial ikut menjadi bahan pertimbangan pembukaan sekolah.

Keempat, Daftar Periksa yang Wajib Dipenuhi oleh Sekolah

Pertama, tiap-tiap satuan pendidikan wajib menyediakan sarana sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih, tempat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, hingga hand sanitizer dan disinfektan.

Kemudian, sekolah juga memiliki akses fasilitas layanan pendidikan seperti puskesmas, klik rumah sakit, dan sejenisnya.

Sedang di lingkungan sekolah, ada kesiapan untuk area wajib masker, mempunyai thermogun, serta memiliki pemetaan warga yang terkait dengan kondisi medis, akses transportasi, hingga riwayat perjalanan.

Terakhir, satuan pendidikan juga wajib mendapat persetujuan komite sekolah/ perwakilan orang tua wali terkait kebolehan menggelar pembelajaran tatap muka.

Kelima, Penyelenggaraan Pembelajaran Tatap Muka

Pada intinya, pelaksanaan pembelajaran tatap muka nantinya dilakukan dengan tetap mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Dalam FAQ panduan Pembelajaran Tatap Muka dari Kemendikbud, tertuang aturan sebagai berikut:

  • Kondisi kelas harus memenuhi jaga jarak minimal 1,5 meter. Jumlah maksimal siswa per ruang kelas jenjang PAUD sebanyak 5 orang, jenjang pendidikan dasar dan menengah sebanyak 18 orang, dan Sekolah Luar Biasa (SLB) sebanyak 5 orang.
  • Terkait jadwal pembelajaran, bisa dilakukan dengan sistem bergiliran rombongan belajar (shifting) yang mana, jadwal pelajaran dapat ditentukan oleh masing-masing satuan pendidikan.
  • Satuan pendidikan menerapkan perilaku wajib seperti menggunakan masker, cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir atau menggunakan hand sanitizer, menjaga jarak minimal 1,5 meter, tidak berkontak fisik, serta menerapkan etika batuk/bersin.
  • Warga di satuan pendidikan dalam keadaan sehat, alias tidak memiliki gejala Covid-19.
  • Kantin belum diperbolehkan untuk dibuka selama masa transisi dua bulan pertama.
  • Kegiatan olahraga, ekstrakurikuler, serta kegiatan lain selain pembelajaran tidak diperbolehkan selama masa transisi. Sedangkan kegiatan belajar di luar lingkungan satuan pendidikan diperbolehkan dengan menerapkan protokol kesehatan.

Demikianlah panduan pelaksanaan pembelajaran tatap muka untuk semester genap 2020/2021 yang akan bergulir pada Januari 2021 nanti. Semoga semua pihak terkait, Sekolah, Guru ,Siswa Orangtua, Pemkot dan Pemda , Stgas Covid 19 segera berbenah mempersiapkan diri dengan baik.

Semoga kasus Pandemi ini akan segera selesai, korban terinveksi segera berkurangan, vaksin segera ditemukan. Dan tentu saja dengan tetap berdoa  berharap  semoga Allah akan segera mencabut wabah Corona 19 ini. Untuk informasi lebih lanjut seperti tuangan siaran pers Kemendikbud dan panduan penyelenggaraan pembelajaran tatap muka, silakan kunjungi website resmi Kemendikbud pada link berikut ini:

www.kemdikbud.go.id

Blitar, 23 November 2020

Jumat, 20 November 2020

Resume Jumat Malam

 Hari ini Jumat malam alhamdulillah berhasil menulis resume belajar menulis lewat WA asuhan Om Jay. Topiknya menghadirkan narasumber seorang blooger sekaligus penulis buku yang berhasil. Ibu Rita Wati yang juga seorang guru kelahiran Tanjung Pinang dan kini menetap di Bali. Termasuk finalis blogger guru dalam lomba blog Tingkat Nasional dalam rangka Hari Kemerdekaan RI 2020 kemarin, Termasuk peserta belajar menulis Om Jay gelombang 10 Keiinginan menulis sudah sejak 2001, kemudian sejak 2005sampai menulis novel 80 halaman. Tetapi karena kurang PD tulisan novel itu disimpan di latop dan di password agar tidak dibaca orang. Di tahun 2005 juga beliau berhasil membuat blog dan mengisinya dengan beberapa tulisan sebelum akhirnya bosan lagi karena malas pergi ke Warnet untuk akses internet. 

Anehnya, di tahun 2011  bisa bangkit lagi membuat blog dengan sekali lagi membuat beberapa tulisan artikel , sebelum akhirnya lagi-lagi menjadi terabaikan. Hingga  2013 blog terabaikan kemudian mulai dilirik lagi setelah mengikuti lomba menulis essay berbahasa Inggris  karena tergugah dengan adanya kurikulum 2013 yang menghapuskan mata pelajaran TIK. Sebagai mahasiswa TIK beliau galau dan ikut lomba itu walaupun dengan bahasa Inggris minim. Anehnya saat itu beliau PD saja yang penting bisa mengeluarkan uneg-unegnya. Tak disangka tulisannya masuk dalam finalisnya. Tetapi episode malas kembali lagi, setelah dua tulisan muncul di blog , menjadi terakhir saat itu .Blog kembali dibiarkan penuh sarang laba-laba, tidak terurus lagi. Hingga Pandemi Corona 2020 memaksanya memulai menulis lagi di Blog. Itu pun lagi-lagi bertahan 3 tulisan sebelum penyakit malas kembali.

Di tengah kegalauan itulah beliau kenal dengan program belajar menulis Om Jay , dengan tugas uniknya membuat resume setiap selesai materi. Ikut lomba Blog juga dipelopori Om Jay, berhasil menjadi 8 finalisnya. Sambil berjalan ternyata bakat menulisnya tumbuh lagi luar biasa bisa menghasilkan karya buku tunggal 2 buku. Dan calon terbit bareng Prof, Eko. Ada 5 buku Antologi dimana 3 buku Antologi beliau yang menjadi kuratornya yaitu Senandung Guru jilid 1 dan 2. Pengalaman luar biasa mengikuti kelas menulis Om Jay antara lain bisa menulis buku hanya dalam 3 minggu saja. 


Hariyanto, Blitar, 20 November 2020

Rabu, 18 November 2020

K e r u m u n a n

 

        sumber gambar : Tempo.co

Pandemi Covid 19

Di tahun dua ribu dua puluh Corona

makna kerumunan lalu lebih istimewa

.

Kerumunan tidak lagi  bak semut di sekitar gula

Pabrik-pabrik keluarkan surat PHK

Memisahkan segalanya

.

Shaf-shaf sholat pun berongga kini

Agar angin mengusir Corona

Yang bersembunyi di balik karpet yang sudah hilang

.

Kerumunan pun menjadi momok

Diantara kluster dan rumah pesakitan

Yang siap memangsa kurbannya

.

Kerumunan meneror pejabat berjatuhan

Bersama debu di antara gemuruh ribuan orang

Terbang liar ke langit biru lalu pekat hitam

.

Kerumunan simbul guyub kerukunan

Berubah menjadi simbul kematian

Entah sampai kapan ?

.

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh

Berjarak kini pun tangguh, bersatu melawan Corona

Entah sampai kapan ?

.

Andai Corona tampakkan diri

Pastikan pesannya nyaring bernyanyi sendu

Kembalilah kerumuman, kembalilah kebersamaan

Rengkuhlah bersama kebaikan

Jaga warisan nenek moyangmu

Bersih lahir batin.

.

Blitar, 18 November 2020

 

Senin, 16 November 2020

Logo HGN Itu Akhirnya Muncul






Setelah sempat mengalami kontroversi plagiat, akhirnya logo HSN 2020 muncul juga, diumumkan pemenangnya oleh Kemendikbu pada 12 November 2020 lalu. Padahal sebelumya akan diumumkan tanggal 10 November 2020. Logo yang diduga plagiat itu telah dianulir karena mirip dengan simbul pada acara tertentu  di luar negeri.

Seorang pengguna Twitter, mengunggah sebuah logo dari sebuah acara Gereja di Brazil, yang sama persis dengan logo pemenang sayembara logo  HGN. Secara grafis, nyaris tidak ada perbedaan pada keduanya. 

Logo menurut wikipedia merupakan suatu gambar atau sekadar sketsa dengan arti tertentu, dan mewakili suatu arti dari perusahaandaerahorganisasiproduknegaralembaga, dan hal lainnya membutuhkan sesuatu yang singkat dan mudah diingat sebagai pengganti dari nama sebenarnya.

Logo harus memiliki filosofi dan kerangka dasar berupa konsep dengan tujuan melahirkan sifat yang berdiri sendiri atau mandiri. Logo lebih lazim dikenal oleh penglihatan atau visual, seperti ciri khas berupa warna dan bentuk logo tersebut.

Logo memiliki 5 unsur yang harus dipenuhi. Yaitu:

1.     Kesatuan (berhubungan)

2.     Dominasi (daya tarik)

3.     Irama (berkesinambungan)

4.     Proporsi (enak dipandang)

5.     Keseimbangan (sama)

Logo yang baik bisa mewakili produk atau perusahaan dan juga mudah diingat.

Sehubungan dengan peringatan Hari Guru Nasional Kemendikbud baru-baru ini mengadakan sayembara logo untuk maskot HGN. Karena bertemakan kegiatan seorang guru maka pemenangnya adalah logo yang berkaitan dengan pembelajaran jarak jauh seperti situasi kondisi saat ini.

Kemendikbud mengapresiasi masukan berbagai pihak mengenai sayembara logo Hari Guru Nasional (HGN) 2020. Dengan mengedepankan prinsip transparansi, independensi, akuntabilitas, dan orisinalitas dalam proses penjurian, dengan ini panitia mengumumkan pemenang Sayembara Logo HGN 2020.

Pemenang Sayembara Logo HGN 2020 adalah Teguh Prasongko E. (DKI Jakarta).

Makna Logo

Logo menggambarkan semangat belajar yang tetap menyala di tengah kondisi pandemik saat ini. Elemen-elemen desain yang terdiri dari figur pak guru, ibu guru, serta siswa dan siswi yang digambarkan sedang memakai masker, tampak dinamis dan ceria dalam menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).

Pemanfaatan teknologi digambarkan dengan simbol-simbol wi-fi, laptop, telepon seluler, serta aplikasi telekonferensi, yang memiliki relevansi kuat dengan kondisi aktual saat ini sebagai alat penunjang kegiatan belajar mengajar.

Sementara bentuk hati, menggambarkan seluruh komponen pendidikan mulai dari guru, murid, hingga orang tua, yang bersinergi menciptakan semangat belajar yang merdeka dan penuh cinta guna memberikan hasil yang terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia.

Empat peserta yang mendapatkan apresiasi dalam Sayembara Logo HGN 2020 adalah sebagai berikut:

1. Asep Wawan Suwandana (Jawa Barat)

2. Ramandhika Septa Yoga (Jawa Timur)

3. Reni Nur Safitri (Bengkulu)

4. Syamsul Fajri (Sulawesi Selatan)

Logo

 

Sumber : https://gtk.kemdikbud.go.id

Blitar, 16 November 2020