Senin, 08 Agustus 2022

Refleksi Mengatasi Kebuntuan dalam Implementasi Kumer

 


Oleh ; Hariyanto

            Menjelang 1 bulan implementasi Kurikulum Merdeka ( IKM) pasti banyak hambatan yang ditemui di lapangan. Apalagi pembaharuan kurikulum yang minim sosialisasi. Ibarat perjalanan di hutan hanya berbekal sebuah kompas, bagi mereka yang terbiasa jalan di tempat belukar, akan mampu menembusnya dan sampai tujuan. Namun jika seseorang belum terbiasa, bisa jadi semak belukar mengurungkan perjalanan yang sebenarnya baru dimulai.

            Sungguh peluncuran kurikulum merdeka (kumer) kali ini memerlukan jalan khusus yang harus ditanggapi dengan “cekatan.”  Jati diri seorang guru yang profesional benar-benar sangat diperlukan, disamping kompetensi pribadi dan sosialnya. Kata belajar mandiri yang sering diberikan kepada siswanya; justru saat ini harus dipraktikkan oleh seorang guru untuk mempelajari “kumer.” Belajar Mandiri dari sebuah aplikasi Platform Merdeka Mengajar.

Di saat pembaharuan kurikulum di mulai, hal yang tidak pernah dilupakan adalah kelengkapan dari standar proses dan isi meyangkut bahan ajar, dan perangkat ajar. Buku guru dan buku siswa harus sudah tersedia. Dalam platform PMM memang sudah disediakan buku digitalnya. Namun di lapangan buku siswa sering tidak ada. Hal seperti ini ibarat semak belukar di tengah belantara. Hal yang bisa membuat bingung baik bagi guru maupun (apalagi) siswa dan terutama orangtuanya.

Seorang guru yang masih terpaku pada keberadaan materi, sering terjebak kepada buku yang harus sesuai dengan kurikulumnya. Hal tersebut tentu bisa merugikan diri seorang guru. Karena menimbulkan kepanikan dan akhirnya merasakan jalan buntu akan materi pembelajaran. Idealnya kumer saat ini adalah guru segera menyelesaikan masalah materi pembelajaran dengan “membuat dan meracik” materi sesuai Capaian Pembelajaran yang sudah dicanangkan dalam kumer. Namun kebuntuan pemikiran ke arah itu membuat seorang guru sering menempuh jalan pintas mencari LKS yang sering dijual di pasaran. Akibatnya lagi-lagi seorang guru harus membelajarkan siswa menuruti urutan materi di LKS.

Kondisi ini semakin diperparah dengan sikap guru yang tidak mau belajar “mandiri” sepanjang hayat. Padahal sebenarnya jika saja ada kemandirian belajar dengan cara mendayagunakan buku-buku yang sudah ada sebelumnya, juga buku perpustakaan, atau bahkan buku digital dari internet; semua materi itu bisa diramu dengan sengat baik. Langkah ini akan semakin ideal jika ada kolaborasi antar guru dalam menyiapkan materi yang sesuai dengan kondisi geodrafisnya.  Hal ini sesuai dengan kesesuaian materi dengan siswa, yang menurut Ki Hajar Dewantara dasar pendidikan sang anak itu berhubungan erat dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Jadi anak akan mudah belajar jika sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya, sedangkan kodrat zaman, sang anak akan membawa sifat atau karakter masing-masing. Jadi berkaitan dengan penyiapan meteri belajar, kedua hal tersebut sangat diperhatikan. Sehingga buku atau LKS sebagus apa pun, harus tetap memperhatikan lingkungan anak dan karakternya.

Berikut saya tampilkan tulisan Bapak Marzuki, beliau sudah tidak asing lagi di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Timur (dulu LPMP) yang sering menjadi narasumber di berbagai satuan pendidikan. Tulisan yang menyimpulkan beberapa materi pokok yang dibutuhkan satuan pendidikan, dan saran jalan keluar mengatasi “kebuntuan” dalam implementasi kumer. Selengkapnya di bawah ini :

MATERI WORKSHOP IKM 2022

Materi Workshop IKM selama dua bulan terakhir yang digandrungi satuan pendidikan seperti berikut ini:

1. Bedah Konsep IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) jalur Mandiri

2. Penyusunan TP, ATP, Prota, Prosem

3. Penyusunan Modul Ajar/RPP

4. Penyusunan KSOP

5. Penyusunan Modul Projek P3

6. Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen

7. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Asesmen

8. Pengolahan Hasil Asesmen

9. Merancang Aktivitas Belajar Pencapaian P3

10. Merancang Pembelajaran Berbasis AKM

11. Merancang Lembar Kerja yg Berdiferensiasi

12. Pelaporan Kemajuan Belajar

13. Pelaporan Hasil Asesmen

Ke-13 materi tersebut memungkinkan KKGTK, KKG, MGMP di masing-masing sekolah atau di tingkat gugus, kabupaten, kota dapat menyusun sendiri atau mengembangkannya. Hal tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang untuk menghasilkan perangkat sendiri.

Tantangan dan peluang tersebut segera dapat diambil agar Implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan mulus. Jika ada kesulitan perlu pendampingan dari orang yang telah sukses menerapkannya atau dapat juga melibatkan orang yang dianggap pakar atau ahli.

Idealnya sebelum pendampingan dapat dilakukan Workshop atau IHT (In House Trainibg). Jika sekolah mengadakan Workshop atau IHT dapat mengambil 2-3 materi per hari. Sekolah/madrasah secara merdeka, mandiri memilih dan menentukan kompetensi dan materi yang dianggap mendesak.

Mengapa sekolah perlu memilih? Agar sekolah mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak sedikit sekolah/madrasah yang kecewa karena isinya tidak seperti yang diharapkan. Setiap sekolah memiliki ekspetasi atau harapan yang tinggi. Sekolah juga secara mandiri bebas memilih Fasilitator/Narasumber yang dianggap dapat mengungkapkan kompetensi PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) di satuan pendidikan

Semoga semua Ikhtiar Kepala sekolah, K3TK, PGTK, IGTK, MKKS, Korwas, Korwil, Dindik Kabupaten kota dapat berjalan lancar sesuai harapan

Dari tulisan beliau ini bisa disimpulkan, bahwa untuk menjalankan kumer saat ini, sebisa mungkin seorang guru menyiapkan materinya sendiri, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Cara yang ditempuh bisa melalui KKG, MGMP, KKGTK, melalui workshop atau pun pendampingan oleh yang sudah berpengalaman.  Jalan seperti ini perlu ditempuh sesegera mungkin, agar berbagai masalah yang ada sesegera mungkin dapat terpecahkan.

Pertanyaannya sudahkah kita semua siap menghadapi langkah seperti itu. Jangan-jangan masih berharap dan selalu menunggu adanya pelatihan dan workshop yang intensif seperti pada Kurikulum sebelumnya. Padahal di PMM sudah disiapkan “pelatihan” mandiri.

 

Blitar, 8 Agustus 2022

Hariyanto

Sabtu, 06 Agustus 2022

Assesmen dalam Kumer

 


Oleh : Hariyanto

            Berdasarkan Keputusan Mendikbudristek Nomer 262/M/2022 tentang  Perubahan Atas Keputusan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Nomor 56/M/2022 Tentang Pedoman Penerapan Kurikulum Dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.  Selain memuat Beban Belajar siswa juga memuat Beban seorang guru yang melaksanakan kumer antara lain :1.)  merencanakan pembelajaran atau pembimbingan; 2.) melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan; 3.) menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan; 4.) membimbing dan melatih peserta didik; dan  5.) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaankegiatan pokok sesuai dengan beban kerja guru.Kegiatan pokok melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan harusmemenuhi beban kerja guru paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per-minggu dan paling banyak 40 (empat puluh) jam tatap muka per-minggu.

            Khusus Point 3) menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan saat ini istilah dalam kumer adalah assesmen. Masalah assesmen ini sangat penting bagi seorang guru. Bagi guru yang sudah berpengalaman tentu bukan menjadi masalah dengan assesmen, namun penerapan di lapangan maalah ini sering jadi persoalan. Bukan karena adanya berbagai macam assesmen, namun ketrampilan menggunakan assesmen sesuai dengan tujuannya itu juga penyebabnya.

Untuk membantu para guru, khususnya bagi guru yang melaksanakan kumer pada kelas 1 dan 4 saat ini harus mengetahui berbagai istilah penilaian. Penilaian yang disebut assemen ini perlu dipahami sekaligus dipratikkan dengan benar, agar pembelajaran dan pelaporan hasil belajar siswa sesuai sasaran. Berikut beberapa penjelasan tentang assesmen.

Asesmen Formatif dan Sumatif

Sesuai dengan tujuannya, asesmen dapat dibedakan menjadi asesmen formatif dan asesmen sumatif.

 

Definisi Asesmen Formatif

Penilaian atau asesmen formatif bertujuan untuk memantau dan memperbaiki proses pembelajaran, serta mengevaluasi pencapaian tujuan pembelajaran. Sesuai dengan tujuannya, asesmen formatif dapat dilakukan di awal dan di sepanjang proses pembelajaran.

Melalui asesmen ini, guru dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid, hambatan atau kesulitan yang mereka hadapi, serta untuk mendapatkan informasi perkembangan murid. Informasi tersebut kemudian dijadikan umpan balik baik bagi murid maupun guru.

Bagi murid, asesmen formatif berguna untuk berefleksi, dengan memonitor kemajuan belajarnya, tantangan yang dialaminya, serta langkah-langkah yang perlu ia lakukan untuk meningkatkan terus capaiannya. Hal ini merupakan proses belajar yang penting untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Bagi guru, asesmen formatif berguna untuk merefleksikan strategi pembelajaran yang digunakannya, serta untuk meningkatkan efektivitasnya dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Asesmen ini juga memberikan informasi tentang kebutuhan belajar muridnya.

Agar asesmen dapat bermanfaat bagi murid dan guru, beberapa hal yang perlu diperhatilan guru dalam merancang asesmen formatif di antaranya adalah sebagai berikut:

Asesmen formatif tidak berisiko tinggi (high stake). Asesmen formatif dirancang untuk tujuan pembelajaran dan tidak seharusnya digunakan untuk menentukan nilai rapor, keputusan kenaikan kelas, kelulusan, atau keputusan-keputusan penting lainnya.

Asesmen formatif dapat menggunakan berbagai teknik dan/atau instrumen. Suatu asesmen dikategorikan sebagai asesmen formatif jika tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas proses belajar.

Asesmen formatif dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga asesmen formatif dan pembelajaran menjadi suatu kesatuan.

Asesmen formatif dapat menggunakan metode yang sederhana, sehingga umpan balik hasil asesmen tersebut dapat diperoleh dengan cepat.

Asesmen formatif yang dilakukan di awal pembelajaran akan memberikan informasi kepada guru tentang kesiapan belajar murid. Berdasarkan asesmen ini, guru perlu menyesuaikan/memodifikasi rencana pelaksanaan pembelajarannya dan/atau membuat diferensiasi pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan murid.

Instrumen asesmen yang digunakan dapat memberikan informasi tentang kekuatan, hal-hal yang masih perlu ditingkatkan oleh murid, serta mengungkapkan cara untuk meningkatkan kualitas tulisan, karya, atau performa yang diberi umpan balik. Dengan demikian, hasil asesmen tidak sekadar sebuah angka.

 

Definisi Asesmen Sumatif

Penilaian atau asesmen sumatif pada jenjang pendidikan dasar dan menengah bertujuan untuk menilai pencapaian tujuan pembelajaran dan/atau Capaian Pembelajaran (CP) murid, sebagai dasar penentuan kenaikan kelas dan/atau kelulusan dari satuan pendidikan. Penilaian pencapaian hasil belajar murid dilakukan dengan membandingkan pencapaian hasil belajar murid dengan kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran.

 

Sementara itu, pada pendidikan anak usia dini (PAUD), asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui capaian perkembangan murid dan bukan sebagai hasil evaluasi untuk penentuan kenaikan kelas atau kelulusan. Asesmen sumatif berbentuk laporan hasil belajar yang berisikan laporan pencapaian pembelajaran dan dapat ditambahkan dengan informasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

 

Asesmen sumatif dapat dilakukan setelah pembelajaran berakhir, misalnya pada akhir satu lingkup materi (dapat terdiri atas satu atau lebih tujuan pembelajaran), pada akhir semester, atau pada akhir fase. Sementara khusus pada akhir semester, asesmen sumatif bersifat pilihan.

Asesmen sumatif bisa dilakukan pada akhir semester jika guru merasa masih memerlukan konfirmasi atau informasi tambahan untuk mengukur pencapaian hasil belajar murid. Sebaliknya, jika guru merasa bahwa data hasil asesmen yang diperoleh selama 1 semester telah mencukupi, maka tidak perlu lagi dilakukan asesmen pada akhir semester. Hal yang perlu ditekankan, untuk asesmen sumatif, guru dapat menggunakan teknik dan instrumen yang beragam, tidak hanya berupa tes, namun dapat menggunakan observasi dan performa (praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio).

Umpan balik dari asesmen hasil akhir ini (sumatif) dapat digunakan untuk mengukur perkembangan murid, untuk memandu guru merancang aktivitas pada pembelajaran berikutnya.

Pada Kurikulum Merdeka, guru diharapkan untuk lebih banyak mengutamakan asesmen formatif, untuk mendapatkan umpan balik dan mengetahui perkembangan murid. Namun, asesmen sumatif juga tetap digunakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.

 

Teknik Asesmen

Setelah tujuan dirumuskan, guru memilih dan/atau mengembangkan instrumen asesmen yang sesuai.

 

Instrumen asesmen dapat dikembangkan berdasarkan teknik penilaian yang digunakan oleh guru. Berikut adalah beberapa contoh teknik asesmen yang dapat diadaptasi untuk melakukan asesmen formatif maupun sumatif:

 

Observasi

 

Penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku secara berkala. Observasi dapat difokuskan untuk semua murid maupun per individu. Observasi juga dapat dilakukan dalam tugas atau aktivitas rutin/harian.

 

Kinerja

 

Penilaian yang menuntut murid untuk mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuannya ke dalam berbagai macam konteks sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Asesmen kinerja dapat berupa praktik, menghasilkan produk, melakukan projek, atau membuat portofolio.

 

Projek

 

Kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan, yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu.

 

Tes tertulis

 

Tes dengan soal dan jawaban yang disajikan secara tertulis, untuk mengukur atau memperoleh informasi tentang kemampuan murid. Tes tertulis dapat berbentuk esai, pilihan ganda, uraian, atau bentuk-bentuk tes tertulis lainnya.

 

Tes lisan

 

Pemberian soal/pertanyaan yang menuntut murid untuk menjawabnya secara lisan, dan dapat diberikan secara klasikal (dilakukan untuk seluruh kelas/kelompok besar) ketika pembelajaran.

 

Penugasan

 

Pemberian tugas kepada murid untuk mengukur pengetahuan, serta memfasilitasi murid memperoleh atau meningkatkan pengetahuan.

 

Portofolio

 

Kumpulan dokumen hasil penilaian, penghargaan, dan karya murid dalam bidang tertentu, yang mencerminkan perkembangannya secara menyeluruh (holistis) dalam kurun waktu tertentu.

            Demikian penjelasan singkat tentang assesmen dalam kumer. Semoga dengan pengetahuan ini bisa membantu guru untuk melaksanakan assesmen lebih variatif.

 

Sumber : Platform Merdeka Mengajar, (PMM)

 

Blitar, 1 Agustus 2022

Hariyanto