Minggu, 11 Desember 2022

RESENSI BUKU RESITAL MUSIM

 

Oleh : Hariyanto

Judul Buku               : Resital Musim Kitab Puisi Tiga Bait

Penulis                      : Komunitas Putiba Indonesia

Editor                          : Tengsoe Tjahjono

Penerbit                     : DELIMA, Sidoarjo,  cetakan 1 ,2022

Kode QRSBN           : 62-1263-0813-963

Jumlah halaman      : xviii + 288 halaman

Harga Buku              : Rp,85.000

            Buku dengan judul Resital Musim kali ini adalah sebuah buku antologi puisi yang dikumpulkan oleh pecinta puisi di bawah asuhan Tengsoe Tjahjono. Pemilihan kata “musim” ada kaitannya erat dengan tema yang disajikan yaitu “kalender” yang bisa diartikan pertukaran musim, pertukaran waktu, baik detik, jam, hari  maupun bulan dan tahun. Sedang kata Resital menurut wikipedia berarti pertunjukan musik yang biasanya ditunjukkan karena seseorang atau suatu grup musik telah mempelajari beberapa lagu baru dan ingin menunjukan kebolehannya di publik. Lagu yang dimainkan bisa lagu ciptaan sendiri maupun lagu ciptaan orang lain.

            Membaca buku kumpulan puisi seperti ini memang harus dipahami dulu jenis puisi yang ada di dalamnya. Sub Judul buku ini merujuk katagori puisinya Kitab Puisi Tiga Bait, yang dikenal dengan akronim putiba. Buku ini dihimpun dari 92 penulis dan  lebih dari 200 puisi tersaji di dalamnya.Buku ini langsung dieditori oleh Tengsoe Tjahjono, penyair, budayawan, dosen dan sekaligus pendiri Komunitas Teras Putiba Indonesia.

            Dalam buku,”Berumah dalam Sastra 3” karya Tengsoe Tjahjono dijelaskan bahwa putiba adalah merupakan kependekan dari puisi tiga bait. Putiba merupakan jenis puisi modern yang memiliki bentuk ucap yang bebas, baik cara membangun irama dan kata-kata yang dipilih. (hal. 98) Lebih lanjut dijelaskan ada dua variasi  yaitu putiba bebas dan putiba tiga.  

Ciri putiba bebas adalah : 1) Terdiri atas 3 bait, 2) Jumlah baris dalam setiap bait tidak dibatasi, 3) Setiap bait mengandung satu ide pokok, 4) Unsur diksi, irama, dan bentuk harus hadir secara baik. Menilik ciri putiba bebas ini tentu lebih luwes dalam penulisannya. Dan ini merupakan ciri puisi modern yang tidak terlalu terikat akan aturan semisal jumlah baris dalam satu bait, maupun irama di akhir baris. Jadi penulis (termasuk calon penulis puisi) dibebaskan berekspresi dalam bentuk karya puisi asalkan berjumlah 3 bait, tentu saja dengan tetap memasukkan unsur diksi dan irama. Syarat demikian akan memudahkan menulisnya.

Berdasarkan kemudahan syarat putiba variasi bebas itu “agak longgar” dapat ditebak hampir 99 % karya puisi putiba termasuk jenis ini.

            Sementara ciri putiba tiga : 1) Terdiri 3 bait, 2) Setiap bait terdiri atas 3 baris, 3) Setiap baris terdiri atas 3 kata, 4) Setiap bait mengandung satu ide pokok, 5) Unsur diksi, irama, dan bentuk harus hadir secara utuh dan padu. Ciri ini lebih memberikan batasan agak ketat terkait jumlah baris dan jumlah kata. Karena adanya batasan “agak ketat” ini maka dalam buku Resital Musim yang memuat lebih 200 puisi hanya saya temukan 6 judul saja yang murni menulis puisi variasi putiga tiga. Tercatat karya Evy Christ  ( hal 80-83)  dan Lucia Nucke Idayani (hal 133-136), Coba kita lihat bersama dan kita nikmati puisinya karya Lucie Nucke Idayani versi putiba tiga.

OKTOBER

Daun menguning satu

Berbisik tanpa kata

Aku bertambah tua

 

Sebentar lagi bersemi

Menunggu perintah hujan

Kepada bulan di peraduan

 

Oktober selalu berlalu

Satu daun kuning jatuh

Terbang teretangkap hujan

 

Begitu ketatnya tiga bait tersusun rapi dalam tiap baitnya ada 3 kata. Dalam setiap bait menyiratkan kesatuan makna yang bagus. Dan jika ditangkup dalam tiga bait menjadi kesatuan makna yang begitu dalam. Semua kata dipilih dengan makna yang tepat, diksinya apik dan susunan irama dalam satu baris begitu sering kentara. Lihatlah pada baris kedua : berbisik tanpa kata / beradu irama dengan kata “tua.” Sementara di bait kedua  : Lagi bersemi  / huruf i dengan i    dan hujan dengan bulan dan peraduan. ....semua tersusun indah. Apakah pembaca juga merasakannya ?

Dengan adanya pilihan dua variasi putiba maka penulis dan calon penulis putiba bisa menentukan pilihannya dalam berkarya.

 

            Sampai disini saya hanya ingin menggaris bawahi putiba ini mempunyai ciri khusus pada sisi jumlah baitnya ada tiga. Titik. Dalam prespektif lain dalam buku Resital Musim ini saya juga menemukan puisi sangat pendek berjumlah 3 baris saja. Puisi itu ternyata juga digagas oleh Tengspoe Tjahjono yaitu putibar. Salah satu contoh di buku tersebut karya Abi Utomo berjudul “Tangga Kematian” :

Kubunuh aku yang dahulu

Untuk tumbuh aku yang baru

Menyemai aku, aku dan zaman baru.

 

Betapa ringkasnya puisi ini, namun betapa dalamnya makna yang dikandungnya. Dari  sini disamping ide gagasan yang bagus, juga dibangun dengan tehnik pengulangan dan rima.

            Cak Inin juga menyuguhkan satu karya putibar di buku Resital Musim berjudul  “BATANG USIA.”

 

Lima dasa warsa berlalu

Gigi tanggal mata kabur putih rambutmu

Belum cukupkah tengara itu ?

 

Disini Cak Inin seperti menggambarkan dirinya yang sudah menginjak usia 50 tahun lebih. Makna yang sebenarnya menuju kepada semua manusia pada umumnya tentang adanya ciri penuaan yang tidak bisa tidak mesti dilalui, dan harus dijadikan peringatan untuk kebaikan dirinya.

 

            Ada catatan bahwa buku ini ditulis oleh 92 penulis yang lolos kurasi dengan berbagai latar belakang sangat beragam. Ada yang berprofesi guru atau dosen ( mayoritas ) , ada orang biasa, ada ibu rumah tangga, ada dokter ada doktor, ada kyai ada biarawan dan biarawati, mereka semua menulis.  Siapa pun mereka, dengan berbagai profesi, mereka menulis bukan untuk menjadi “penyair” , “sastrawan.” atau “pujangga.” Bagi kita menulis berarti berbagi cinta, empati dan solidaritas di tengah-tengah masyarakat material dan hedonis dewasa ini.. Menulis adalah kerja kemanusiaan. Demikian Tengsoe Tjahjono menegaskan.

            Buku ini cukup tebal untuk sebuah antologi puisi. Terdiri dari 18 halaman depan dan 288 halaman isinya, Membacanya cukup membuat bahagia, jika kita bisa menikmati. Dan karena tebal dan banyak puisinya maka ada istilah keren kita nikmati saja “ngemil” nya. Sedikit-sedikit sambil diresapi maknanya.

            Sungguh tidak rugi memiliki buku ini, karena ada berbagai keuntungan. Pertama puisinya dijamin mempunyai nilai lebih karena melalui proses “kurasi” yang ketat dari seorang penyair Tengsoe Tjahjono. Kedua, dengan membaca puisi yang ada sekaligus pembaca bisa belajar membuatnya dengan  cantik dan indah.

            Buku ini jika kita cermati dari setiap judul dan isinya kita akan segera paham bahwa ada tema tertentu yang diangkat yaitu KALENDER.  Tema kalender yang diajukan merujuk pada waktu penanggalan yang bisa diangkat menjadi sebuah ide pokok tertentu. Uniknya walau pun bertemakan kalender, namun jarang sekali isinya ada kata “kalender.”  Ada beberapa yang mengangkat sebagai judul kata tersebut, namun sebagian besar tidak ada kata kalender yang tersemat disana.

Mari kita cermati salah satu karya Ellis P Hermananingsih berjudul “SANDYAKALA”

 

Senja merona

Bumi berputar

Lari berpacu dengan tanggal

 

Oh, kau tanggal merah

Merahmu terhenti dalam hirukpikuk nafsu duniawi

Tawa lepas pelaku aktivitas

 

Tanggal-tanggal hitam

Terisi caci maki dari mulut-mulut pemalas

 

Dalam tubuhnya, tema kalender digantikan dengan  kata “tanggal.” Coba kita bandingkan dengan karya Cak Inin yang ada di buku ini berjudul “Batang Usia.”

 

Lima dasa warsa berlalu

Gigi tanggal mata kabur putih rambutmu

Belum cukupkah tengara itu ?

 

Putibar Cak Inin ini mengandung kata Lima dasa warsa untuk mengganti kata “kalender,” Terakhir kita cermati karya Usdhof berjudul MOTOR TUA (hal.241)

 

Suara kasar mengggelagar dari corong buntutnya

Memecah kesunyian di panas terik

Ada apa ?

 

Rodanya mermbat di atas pematang

Menggonceng dan menggendong setumpuk karung

Masih kuatkah ?

 

Corong buntutnya masih mengepul

Rodanya masih kuat melintas pematang

Hingga September menjerit

Bensin tak terbeli.

 

Karya beliau ini indah dan penuh makna yaitu perjuangan hidup petani yang hidupnya di bawah miskin yang sangat rentan terhadap daya beli “bensin” untuk sehari-hari. Hal ini bisa diartikan sebagai makanan pokok, sedang tak terbelinya bisa jadi karena kebijakan kenaikan harga. Penafsiran arti seperti ini boleh saja berbeda dengan pembaca lainnya. Dan berbagai penafsiran dengan logika yang benar membuat puisi semakin bermakna. Disini sekali lagi kata “kalender” tidak nampak namun diganti dengan kata “September” sebagai bagian dari kalender.

           

            Dari buku ini kita bisa belajar banyak, seperti penggalian tema yang bisa dikembangkan dengan berbagai kata lain yang memiliki arti serupa atau sejalan dengan tema pilihan. Tema “kalender” yang ditetapkan oleh Tengsoe Tjahjono sebagai pihak panitia ternyata sudah dijabarkan dengan sangat baik oleh 92 penulis puisi yang ada di buku ini.

            Kita juga bisa belajar misalnya tentang menulis puisi yang baik. Pedomannya singkat saja. Semua mudah dibaca bahkan dipahami. Puisi terdiri dari 3 bait misalnya, maka syarat itu memang yang harus dituruti. Mudah kan ? Putiba memang menjadi salah satu pilihan menulis puisi dalam bentuk sederhana dan ringkas. Eka Budianta dalam Prolog di buku Resital Musim ini  menjawab pertanyaan bagaimana menulis puisi istimewa ?

            Jawabnya akan muncul setelah kita membaca, menyerap informasi sebanyak-banyaknya, menghayati kehidupan serta menerima semua masukan dengan hati yang tulus,pikiran yang terbuka dan jiwa yang merdeka, demikian papar Eka Budianta seorang sastrawan nasional dan biographer.

 

            Jika ingin memiliki buku ini harus memesan khusus ke editornya, bisa melalui penulis puisi seperti Cak Inin dan Bung Usdhof. Selamat menulis puisi bagi semua pembaca. Nikmati ngemil buku semacam, insya Allah menjadi bahagia. Aamiin.

 

Blitar, 11 Desember 2022

Hariyanto

 

 

 

 

 


Sabtu, 19 November 2022

Kopdar 1 RVL 2022 Meraih Mimpi dan Harapan

 Oleh : Hariyanto

Kopdar RVL 1 berhasil dengan sukses digelar di kota Yogyakarta pada tanggal 21- 23 Oktober 2022 lalu. Bertempat di Balai Besar Guru Penggerak, dihadiri lebih 100 orang pegiat literasi.

            Kopdar 1 RVL yang mengambil tema “Berliterasi Membangun Negeri,”ini tergolong sangat sukses.. Bukan hanya mendapat sambutan baik dari banyak kalangan namun juga menjadi ajang pertemuan silaturahmi antar penulis, baik dari kalangan anggota maupun dari luar. Hasil pertemuan semacam ini akan memberikan spirit yang besar bagi yang hadir saat itu. Sedangkan spirit tersebut juga sangat dirasakan oleh anggota RVL yang tidak sempat hadir. Karena dengan mengikuti cerita yang diunggah di grup. Salah satu bukti positip sebagai kelanjutan Kopdar 1 RVL adalah  workshop kepenulisan oleh RVL  pada November 2022 di Makasar. Hal itu menandai bahwa virul literasi sudah masuk di Pulau Sulawesi.

            Kopdar 1  RVL ini  merupakan  langkah strategis, karena kegiatannya sangat bermanfaat dan berhasil diliput oleh media massa.Kegiatan ini juga dihadiri pejabat tinggi  Plt Dirjen GTK Kemendikbud Prof. Nunuk Suryani dan mendapat apresiasi positip. Semua itu seolah menegaskan bahwa kegiatan RVL sudah pada jalur yang benar berliterasi memajukan negeri. Kegiatan Bazaar buku dengan menghadirkan lebih 300 judul buku dan 185 diantaranya adalah karya anggota RVL. Workshop kepenulisan juga digelar di Kopdar 1 tersebut dilengkapi dengan pemberian hibah puluhan buku kepada Perpusda Yogyakarta,

            RVL adalah sebuah nama yang unik dari Rumah Virus Literasi. Beberapa anggota baru masuk sering heran dan mempertanyakan kata “virus” tersebut. Bagi saya kata “virus” itu sudah tidak mengagetkan lagi, karena sewaktu kuliah telah dikenalkan  teori N-Ach, Mc. Clelland. Menurut teorinya “virus” berkonotasi baik hati. Virus need for achievement disingkat dengan virus n'ach, merupakan cerminan kualitas hidup seseorang berupa karakter yang harus dimiliki untuk pencapaian tujuan pendidikan dan menentukan kemajuan peradaban suatu bangsa. Nah jika virusnya bernama literasi bagaimana ?

            Komunitas RVL ini kini tumbuh menjadi sebuah komunitas penuh kekeluargaan yang penuh kesadaran saling belajar dan berkarya pada diri setiap anggotanya. Sesuai perkembangannya, kini di RVL juga diwajibkan mengikuti beberapa event, seperti menulis artikel sebulan sekali, dan juga tantangan menulis buku dalam kurun waktu tertentu. Anggota grup juga diharapkan memberi komentar sesama anggota. Pada sisi ini emosi dan spirit menulis anggota tumbuh dengan baik. Bang Emcho selaku penggagas RVL sangat piawai menjaga iklim grup dengan seringnya memberikan komentar dan mengugah artikel-artikel barunya.

            Pada Kopdar 1 RVL 2022 kemarin  saya melihat kehadiran  para senior telah  benar-benar menjadi magnet kami. Mereka tampil menyuguhkan praktik literasi dengan memberikan teladan merawat spirit bersama dalam menulis. Prof. Ngainun Naim guru besar UIN Tulungagung misalnya memberikan materi dan tips menjadi penulis yang disiplin. Menulis untuk kemajuan hidup. Rita Audriyanti memberikan tips menulis buku harian dan travelwriting. Dr. Wijaya Kusumah yang terkenal dengan semboyan ,”menulislah setiap hari. Buktikan apa yang terjadi.” Mengisahkan menulis buku dalam waktu singkat, Bu Kanjeng atau dikenal dengan Ratu Antologi menjelaskan seluk-beluk buku dan proses editing. Cak Inin Mukminin yang juga penulis ‘” Jurus Jitu Menjadi Penulis Andal Bersama Pakar.” Memberikan pengalamannya menerbitkan sebuah buku. Beliau juga memiliki usaha penerbitan Kamila Pers Lamongan.

            Kopdar I RVL 2022 telah memertemukan penulis untuk merajut harapan dan mimpi baru ke depan. Dari kopdar 1 RVL yang dihadiri sejumlah penulis dengan berbagai latar belakang berpotensi menciptakan harapan besar di masa depan. Mereka anggota RVL bervariasi, dari dosen guru sampai pada praktisi lainnya. Genre tulisan mereka juga bervariasi. Skil tambahan lainnya seperti desain, termasuk latar belakang seorang penerbit, apalagi pengusaha yang berliterasi; jika berkelindan menjadi satu potensi luar biasa. Jadilah RVL mempunyai nama besar, sekaligus mimpi besar dan karya besar.

            Bagaimana kekuatan sebuah mimpi jika dituliskan. Maka mampi itu lambat laun menjadi kenyataan. Bagaimana Kopdar 1 RVL telah menyatukan mimpi-mimpi baru dan merajut harapan baru, seolah telah menjadi SOP untuk setiap anggotanya.  Menulis dan menulis, berkarya dan berkarya, belajar dan saling belajar, menerbitkan buku dan jurnal ? Kok jurnal....siapa tahu jurnal juga menjadi salah satu mimpinya.

            Ada beberapa gagasan yang layak dijadikan mimpi atau mungkin sudah menjadi kenyataan. Jika RVL sudah memiliki IG, @rumahvirusliterasi; tiktok @RumahVirusLiterasi, twit : @RVLmediainfo dan @t.me/RVLMediainfo selebihnya bisa ditambahkan adanya mimpi-mimpi seperti @e-majalah Virus Literasi, @ web : RVL Berliterasi ; @Penerbit Virus Literasi Pers; @ChannelYTVirus Literasi dan @VirusLiterasishop; @devisi Pelatihan dan Workshop RVL. Semoga menjadi kenyataan. Aamiin.

            Bagaimana sahabat ?

 

Blitar, 19 November 2022

Hariyanto


Kopdar 1 RVL Yogyakarta : Moment Kebangkitan Penulis (Berliterasi)

 Oleh : Hariyanto


Kopi darat atau Kopdar RVL 1 berhasil dengan sukses digelar di kota Yogyakarta pada tanggal 21- 23 Oktober 2022 lalu. Acara yang diadakan di tempat yang representatif itu, juga membuat RVL semakin keren. Betapa tidak, tempat itu adalah Balai Besar Guru Penggerak, merupakan tempat pelatihan para guru untuk berinovasi. Tempatnya para pendidik melatih diri dan mengembangkan potensi hal yang identik dengan RVL, sebuah wadah penulis menggembleng diri seperti temanya saat itu ,” Berliterasi Membangun Negeri ”.

            Gaung acara ini benar-benar bergema tatkala “CEO RVL” Bung M Khoiri mengundang pers dan menuliskannya di media massa. Sehingga semakin menyebarlah beritanya bahwa RVL hadir di Yogyakarta untuk membuat sejarah dengan menampilkan 185 judul buku hasil dari 17 penulis anggota RV L di acara bazar buku dan workshop kepenulisan, Acara yang juga dihadiri 100 pegiat literasi dari seluruh Indonesia disaksikan Plt. Dirjen GTK Prof Nunuk Suryani yang mengapresiasi acara tersebut.

            Acara yang juga menyambut bulan bahasa tahun 2022 ini RVL berkesempatan memberikan hibah  48 kepada Perpusda Yogyakarta. Disamping itu RVL sebagai komunitas para penulis, penggerak literasi melakukan perekutan anggota baru. RVL merupakan wadah penulis yang saling mengasah diri, mengembangkan diri dan karyanya untuk berliterasi ikut membangun negeri. Karenanya anggota RVL dituntut untuk selalu menulis dan mengembangkan karyanya bersama anggotanya.

            Kopdar 1 RVL ini tergolong sangat sukses.. Bukan hanya mendapat sambutan baik dari banyak kalangan namun beberapa negosiasi dan pertemuan silaturahmi memberikan hasil sangat positip. Buktinya adalah kelanjutan workshop kepenulisan oleh RVL berlangsung pada November 2022 ini di Makasar.

            Sebagai salah satu anggota RVL dan sudah setor buku solo di acarfa Kopdar 1 kemarin, namun saya tidak sempat ikut dalam acara yang membanggakan ini. Walau pun tidak ikut kami anggota RVL juga mendapatkan materi workshop kopdar 1 melalui grup WA  RVL,  Kami juga bisa mengikuti laporan sahabat yang hadir di sana melalui tulisan-tulisannya. Dari sana kami ikut merasakan semangat dan kegembiraan semua peserta kopdar, dengan berbagai hikmahnya.

            Komunitas RVL ini memang tumbuh menjadi sebuah komunitas penuh kekeluargaan. Hal ini saya rasakan ketika membaca berbagai tulisan dan kpomentar di grup WA, saling memberi semangat, saling mengomentari dan saling berkarya. DI samping itu ada program secara periodik workshop kepenulisan dalam berbagai genre. Mochamad Khoiri sebagai pimpinan dan pendiri komunitas RVL tidak bosan-bosan memberikan kopmentar di grup, disamping rutin menayangkan karya artikel-artikel terbarunya. Ada beberapa kewajiban di dalam grup RVL ini salah satunya adalah menulis karya buku, baik buku antologi maupun buku solo. Karenanya suasana grup menjadi lebih dinamis, seperti satu nada , satu irama, satu visi bersama.untuk.berkarya dan selalu berkarya. Berliterasi untuk negeri demikian motivasi dan motto Bung Emcho.

            Saya sendiri sudah berkarya satu buku solo kumpulan puisi berjudul ,” Merakit Asa, kumpulan Puisi 2.0.” yang memuat sekitar 200 karya puisi pendek yang disebut puisi 2.0. Puisi yang dibangun dengan jumlah kata tidak lebih 20 kata. Puisi ini digagas oleh Dr. Endang Kasupardi seorang dosen , Pemerhati Budaya dan Sastra serta penyair di Ciamis.  Jawa Barat. Saya bertemu beliau di dunia maya dalam sebuah grup WA guru di Jawa Barat, dan dalam proyek penulisan puisi 2.0 saya banyak belajar langsung dengan beliau (lewat WA). Dari sana beberapa teman juga sudah membukukan kumpulan puisinya.

            Di RVL ini saya juga mendapatkan bimbingan dari Bung Emcho tentang penulisan puisi. Beliau sempat mengirimkan beberapa tulisan dan pedoman menulis puisi dari beberapa tinjauan. Dari beliau pula kami mendapatkan ilmu dan dorongan motivasi untuk terus berkarya berbagai genre, termasuk puisi. Di RVL pula kamu berjumpa beberapa sahabat menulis puisi seperi Cak Inin Mukminin, Bung Dhofar dan beberapa lainnya setidaknya dalam genre puisi ini. Kami sempat bertemu pula di grup Tengsoe Tjahjono dalam “Rumah Putiba.” dan “Sastra 3’” dalam kepenulisan pentigraf. Karenanya banyak sahabat penulis di RVL yang sama genre tulisannya membuat grup ini seperti rumah satu keluarga. Begitu nyaman dan menyenangkan.

            Kopdar 1 kemarin seperti sebuah memontum kebangkitan RVL menjadi lebih besar lagi. Karena terbukti jumlah anggota menjadi semakin bertambah, menjadi semakin banyak tulisan dari berbagai genre dan dari berbagai daerah. Cakupan anggota sudah mulai merambah ke Makasar Sulawesi. Dengan dukungan semangat dan motivasi setiap anggotanya dipandu oleh pimpinan RVL maka insyaAllah grup RVL ini akan menjadi besar dan menghasilkan karya-karya besar. Karena kita tahu di RVL ini anggotanya adalah para penulis berpengalaman, bahkan penulis banyak buku. Sebagaian besar mereka guru dan dosen yang tidak diragukan lagi pasiionnya dalam berliterasi. Semangatnya teruji dan menggelora. Dibalik semua itu ada para dosen doktor dan profesor dan praktisi lainnya yang selalu  memberikan contoh karya tulisan yang enak dibaca dan mendalam bahasannya.  Anggota RVL sungguh sangat dimanjakan dengan atmosfir yang ada di grup ini. Sungguh saya merasakannya hal ini.

            Entah kebetulan atau memang takdirnya seperti ini, saya melihat di RVL ini adalah kumpulan orang yang energik menempuh satu tujuan dan visi misi sama, menulis dan berliterasi, Ada potensi yang luar biasa di dalamnya, karena ada yang mewakili pakar : dari kalangan dosen dengan gelarnya Profesor dan Dr. Ada pihak penerbit, ada pegiat literasi tingkat nasional, penulis profesional, pelatih narasumber  guru, dan berbagai kalangan (stokeholder literasi) yang semua itu menjadi potensi luar biasa. Sebagai contoh dalam acara Kopdar 1 kemarin, Bu Telly yang memfasilitasi di Balai Besar GP Yogyakarta. Bukankah BPGP juga mempunyai visi sama dalam bidang literasi. Sehingga bersambung ke Makasar. Om Jay di Jakarta juga bersama PGRI. Bu Kanjeng juga bersama penulis Antologi se tanahair. Kesamaan visi dan kekayaan sdm anggota RVL inilah menjadikan kekuatan besar untuk berkembang lebih maju lagi.

            Saya yakin dengan bertemunya penulis, pakar,praktisi dan penerbit, di RVL ini menjadikan iklim semakin nyaman dan mudah untuk menerbitkan buku. Tinggal ditunggu saja karya tulisan dan buku dari para anggotanya.

 

Blitar, 19 November 2022

Hariyanto

 

BIODATA :

 

Drs. Hariyanto.   Pernah   menjadi guru SD di Papua, yaitu Timika pada tahun 1992-2010; Pada  tahun 2010  pulang kampung di kota Blitar. Saat ini menjadi guru  di SDN Turi 1 Kota Blitar Pengalaman menulis beberapa buku bareng /antologi .  Karya buku  pertamanya  Antologi “ PPDB  Zonasi; Dilema Pendidikan Indonesia” (2020) Buku kedua antologi “Elearning   Menyenangkan   Tanpa Takut Corona” dan buku Antologi Pentigraf   bersama KPI (Kampung Pentigraf Indonesia) antara lain  :   Hanya Nol Koma Satu,” (2020) ; “Nama-Nama yang Dipahat Di Batu Karang,”    dan   terbaru  3  Sekian Jalan Menuju Pasar  (2021)
Di tahun 2021 menulis buku tunggal “ Menggerakkan Literasi   Sekolah   Mengangkat Martabat    Siswa.”     dan .” Kiat Sukses Menulis Buku, Belajar dari Para Guru.” Buku “Kisah 40 Hari Menulis Pentigraf’” adalah buku solo ke 3.  Sedang buku ke  4, “Seri Guru Menulis; 100 PENTIGRAF  KLASTER BICARA.” Buku ke 5 ini kumpulan Puisi 2.0,” Merakit Asa.” (2022)

Email   : Hariyanto.sentul1@gmail.com 

WA  ; 089518958898

Fb   : Hariyanto

Blog   : https://hariyanto17.blogspot.com

 


Rabu, 26 Oktober 2022

Menyambut 50 Tahun Om Jay : Pendekar Literasi Indonesia, Penebar Semangat Guru Berliterasi

Oleh : Hariyanto

 


            Siapa yang tak kenal Om Jay julukan dari Dr. Wijaya Kusuma, M.Pd  , penulis kondang dari Betawi yang saat ini (tahun 2022) merayakan hari kelahirannya yang ke 50 tahun. Hari kelahiran yang sangat bersejarah  yakni bertepatan peringatan Sumpah Pemuda 28 Oktober. Sebuah momentum sejarah bangsa Indonesia yang sangat penting bersatunya tekad Pemuda  atas nusa bangsa dan bahasa dalam kebhinnekaan. Mungkin tanggal sejarah itulah menjadi anugerah tersendiri bagi Om Jay yang baru saja meraih gelar doktornya.

            Saya mengenal beliau melalui blognya yang melegenda di tahun 2005 an yaitu http://wijayalabs.wordpress.com , termasuk yang versi blogspotnya.  Saya juga sangat  berkesan dengan sebuah buku beliau berjudul Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi,” Buku ini sangat mempengaruhi jiwa kepenulisan saya, sehingga bangkit menulis kembali setelah vakum beberapa lama. Judulnya saja sudah sangat motivatif. Buku itu juga diunggah di blog beliau dan bisa didownload secara gratis.

            Judul buku beliau benar-benar mencerminkan pribadinya, seolah menegaskan hendaknya semua guru Indonesia pintar menulis. Kenapa mesti guru ? Karena beliau adalah juga seorang guru, seorang pendidik di Labschool Bekasi Jakarta. Mengapa fokus guru karena gerakan beliau memang banyak ditujukan kepada para guru, walaupun saat ini milik semua orang, karena menulis di Kompasiana, sebuah web yang menampung tulisan dari berbagai profesi. Di Kompasiana pula beliau  berhasil menjadi seorang penulis paling produktif dan sering mendapatkan hadiah dan apresiasi.

            Deretan tulisan beliau selalu menginspirasi banyak orang. Buku beliau juga bertebaran, baik tentang kisah belajar di negeri Cina, Belajar di masa Pandemi, Kisah menjadi Guru Penggerak, dan berbagai buku bertemakan IT dan kepenulisan. Puncak prestasinya pernah menjadi Guru terfavorit pilihan Koran Kompas, dan juga Guru Berprestasi tingkat Nasional Kemendikbud serta berjumpa Presiden Jokowi.

Semangat menulisnya yang membara selalu digaungkan disetiap saat di mana pun berada, seperti dalam komunitas guru yang mengajak guru belajar menulis melalui WA bekerja sama dengan PGRI dan pihak lainnya, lalu mengajak guru belajar berbicara melalui WA, dan menjadi founder Komunitas Sejuta Guru Ngeblog (KSGN), Teacher Writing Camp (TWC), Ikatan Profesi Guru Indonesia (IPGI) saat ini mengembangkan website gurupenggerakindonesia.com.Berbagai jabatan di kelompok profesi Guru seperti PGRI dan IGI.

            Saya termasuk lulusan angkatan ke 18 kegiatan belajar menulis melalui WA oleh PGRI bersama beliau dan timnya .Saya telah lulus setelah meresume semua kegiatannya serta menerbitkan menjadi sebuah buku solo. Sangat surprise ketika beliau berkesempatan memberikan sambutan pada buku perdana saya berjudul : Menggerakkan Literasi Siswa, Mengangkat Martabat Siswa. Lalu saya juga sangat tersanjung ketika beliau juga berkenan memberikan sambutan di buku ke 2 saya berjudul : Kiat Sukses Menulis Buku Belajar dari Sang Guru. Buku ini merupakan tanda lulus dari pelatihan Om Jay untuk Guru Menulis melalui WA selama kurun waktu 3 bulan. Konon kabarnya pelatihan gratis itu masih berlangsung hingga sekarang, dan sudah pada gelombang ke 27.

            Beliau juga selalu menuliskan dibawah namanya “ Guru Blogger Indonesia,” dalam menuliskan pengantar buku. Istilah blogger inilah yang menjadi salah satu pemantik bangkitnya jiwa kepenulisan saya. Melalui beliau pula jiwa saya bangkit dan mulai menulis di blog kembali. Ini terjadi saat beliau berulangtahun ke 48 tahun 2020  mengundang guru untuk mengikuti seminar virtual dengan tema “ Seminar Nasional Guru Blogger PGRI, Membuat PJJ tidak lagi Membosankan.”  Om Jay bersama  PGRI, Penerbit Andi, IG TIK PGRI mengajak seluruh guru Indonesia untuk hadir dalam acara zoom, di tengah-tengah situasi Pandemi Covid 19.  Disana Om Jay mengumumkan adanya lomba Blog dalam rangka bulan Bahasa dan Sumpah Pemuda.  Saya pun dengan modal pas-pasan ikut serta lomba blog nasional tersebut. Inilah pengalaman pertamakalinya ikut lomba bertaraf nasional dalam, hal menulis blog. Saya pun memulai kembali menulis di blog pribadi setelah sekian lama vakum sejak 2017.  

              Kisah menulis buku pertama kalinya ber ISBN juga tidak lepas dari sentuhan Om Jay. Saya pun menemukan peluang  ketika  Om Jay melalui lomba blog untuk menulis buku di bulam Pebruari 2021. Lomba diselenggarakan oleh KGTI PGRI oleh Wijaya Kusumah bekerja sama dengan YPTD Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan yang bersedia menerbitkan buku secara gratis. Alhamdulillah melalui jalan itulah peluang menulis buku solo yang perdana berhasil saya dapatkan. Buku solo perdana saya terbit di  Maret 2021.

            Dari sekian banyak berkenalan dengan Om Jay melalui dunia maya ini, puji syukur saya bisa mengambil manfaat kebaikan beliau yaitu kebiasaan menulis, bahkan hingga menulis beberapa buku. Sampai saat ini alhamdulillah sudah ada 5 buku solo dan puluhan buku antologi. Saya yakin bukan hanya saya yang memperoleh manfaat seperti ini. Dan itu yang dinikmati oleh ratusan bahkan ribuan Guru Indonesia. Sampai hari ini kami masih sering bertemu ( lewat dunia maya) dalam berbagai event di kelompok grup kepenulisan seperti RVL ( Rumah Virus Literasi ), Lagerunal ( Cakrawala Blogger Guru Nasional) , Guru Penggerak , Penerbit YPTD dan lain-lain. Melalui grup tersebut saya selalu menikmati tulisan-tulisan beliau. Keuletan dan semangat beliau menulis setiap hari dan setiap saat tidak diragukan lagi. Semoga semangat Om Jay menebar Virus Literasi kepada Guru ini menjadi amal jariyah beliau. Aamiin. Happy Birthday Om Jay.

 

Blitar, 26 Oktober 202

Hariyanto


                 Biodata 

Pernah menjadi guru SD di Timika Papua, pada tahun 1992 -2010; Saat ini   menjadi guru di  SDN Turi 1 Kota Blitar merangkap KS. Penghargaan : Guru Berprestasi Kota Blitar 2015; KS Berprestasi 2021 dan 2022.  Pengalaman menulis buku bareng /antologi  yang pertama “ PPDB  Zonasi; Dilema Pendidikan Indonesia” 2020 Buku kedua antologi “Elearning Menyenangkan Tanpa Takut Corona” dan buku ketiga “Mudita Lega; Antologi 1234 Pantun Lebaran” . antologi Puisi, “ Samudera dan Langit Biru.” (2020)  Kharisma Bunda Mulia,”(2020) “,”Pesona Nusantara’”(2020) Buku Solo berjudul .” Menggerakkan Literasi Sekolah Mengangkat Martabat Siswa.” (Maret 2021)  Kiat Sukses Menulis Buku Belajar dari Para Guru “( Oktober 2021), “Kisah 40 Hari Menulis Pentigraf,” (2021) dan “ 100 Pentigraf Kluster Menjawab.” (2021) ; “Merakit Asa  Kumpulan Puisi  2.0,” (Februari 2022), Buku Antologi : “Artikel Best Practice Para Juara “ ( Agustus 2022)

Email   : Hariyanto.sentul1@gmail.com   WA; 089518958898

Blog   : https://hariyanto17.blogspot.com

Senin, 08 Agustus 2022

Refleksi Mengatasi Kebuntuan dalam Implementasi Kumer

 


Oleh ; Hariyanto

            Menjelang 1 bulan implementasi Kurikulum Merdeka ( IKM) pasti banyak hambatan yang ditemui di lapangan. Apalagi pembaharuan kurikulum yang minim sosialisasi. Ibarat perjalanan di hutan hanya berbekal sebuah kompas, bagi mereka yang terbiasa jalan di tempat belukar, akan mampu menembusnya dan sampai tujuan. Namun jika seseorang belum terbiasa, bisa jadi semak belukar mengurungkan perjalanan yang sebenarnya baru dimulai.

            Sungguh peluncuran kurikulum merdeka (kumer) kali ini memerlukan jalan khusus yang harus ditanggapi dengan “cekatan.”  Jati diri seorang guru yang profesional benar-benar sangat diperlukan, disamping kompetensi pribadi dan sosialnya. Kata belajar mandiri yang sering diberikan kepada siswanya; justru saat ini harus dipraktikkan oleh seorang guru untuk mempelajari “kumer.” Belajar Mandiri dari sebuah aplikasi Platform Merdeka Mengajar.

Di saat pembaharuan kurikulum di mulai, hal yang tidak pernah dilupakan adalah kelengkapan dari standar proses dan isi meyangkut bahan ajar, dan perangkat ajar. Buku guru dan buku siswa harus sudah tersedia. Dalam platform PMM memang sudah disediakan buku digitalnya. Namun di lapangan buku siswa sering tidak ada. Hal seperti ini ibarat semak belukar di tengah belantara. Hal yang bisa membuat bingung baik bagi guru maupun (apalagi) siswa dan terutama orangtuanya.

Seorang guru yang masih terpaku pada keberadaan materi, sering terjebak kepada buku yang harus sesuai dengan kurikulumnya. Hal tersebut tentu bisa merugikan diri seorang guru. Karena menimbulkan kepanikan dan akhirnya merasakan jalan buntu akan materi pembelajaran. Idealnya kumer saat ini adalah guru segera menyelesaikan masalah materi pembelajaran dengan “membuat dan meracik” materi sesuai Capaian Pembelajaran yang sudah dicanangkan dalam kumer. Namun kebuntuan pemikiran ke arah itu membuat seorang guru sering menempuh jalan pintas mencari LKS yang sering dijual di pasaran. Akibatnya lagi-lagi seorang guru harus membelajarkan siswa menuruti urutan materi di LKS.

Kondisi ini semakin diperparah dengan sikap guru yang tidak mau belajar “mandiri” sepanjang hayat. Padahal sebenarnya jika saja ada kemandirian belajar dengan cara mendayagunakan buku-buku yang sudah ada sebelumnya, juga buku perpustakaan, atau bahkan buku digital dari internet; semua materi itu bisa diramu dengan sengat baik. Langkah ini akan semakin ideal jika ada kolaborasi antar guru dalam menyiapkan materi yang sesuai dengan kondisi geodrafisnya.  Hal ini sesuai dengan kesesuaian materi dengan siswa, yang menurut Ki Hajar Dewantara dasar pendidikan sang anak itu berhubungan erat dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Jadi anak akan mudah belajar jika sesuai dengan lingkungan alam sekitarnya, sedangkan kodrat zaman, sang anak akan membawa sifat atau karakter masing-masing. Jadi berkaitan dengan penyiapan meteri belajar, kedua hal tersebut sangat diperhatikan. Sehingga buku atau LKS sebagus apa pun, harus tetap memperhatikan lingkungan anak dan karakternya.

Berikut saya tampilkan tulisan Bapak Marzuki, beliau sudah tidak asing lagi di Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Jawa Timur (dulu LPMP) yang sering menjadi narasumber di berbagai satuan pendidikan. Tulisan yang menyimpulkan beberapa materi pokok yang dibutuhkan satuan pendidikan, dan saran jalan keluar mengatasi “kebuntuan” dalam implementasi kumer. Selengkapnya di bawah ini :

MATERI WORKSHOP IKM 2022

Materi Workshop IKM selama dua bulan terakhir yang digandrungi satuan pendidikan seperti berikut ini:

1. Bedah Konsep IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) jalur Mandiri

2. Penyusunan TP, ATP, Prota, Prosem

3. Penyusunan Modul Ajar/RPP

4. Penyusunan KSOP

5. Penyusunan Modul Projek P3

6. Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen

7. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Asesmen

8. Pengolahan Hasil Asesmen

9. Merancang Aktivitas Belajar Pencapaian P3

10. Merancang Pembelajaran Berbasis AKM

11. Merancang Lembar Kerja yg Berdiferensiasi

12. Pelaporan Kemajuan Belajar

13. Pelaporan Hasil Asesmen

Ke-13 materi tersebut memungkinkan KKGTK, KKG, MGMP di masing-masing sekolah atau di tingkat gugus, kabupaten, kota dapat menyusun sendiri atau mengembangkannya. Hal tersebut merupakan tantangan sekaligus peluang untuk menghasilkan perangkat sendiri.

Tantangan dan peluang tersebut segera dapat diambil agar Implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan mulus. Jika ada kesulitan perlu pendampingan dari orang yang telah sukses menerapkannya atau dapat juga melibatkan orang yang dianggap pakar atau ahli.

Idealnya sebelum pendampingan dapat dilakukan Workshop atau IHT (In House Trainibg). Jika sekolah mengadakan Workshop atau IHT dapat mengambil 2-3 materi per hari. Sekolah/madrasah secara merdeka, mandiri memilih dan menentukan kompetensi dan materi yang dianggap mendesak.

Mengapa sekolah perlu memilih? Agar sekolah mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak sedikit sekolah/madrasah yang kecewa karena isinya tidak seperti yang diharapkan. Setiap sekolah memiliki ekspetasi atau harapan yang tinggi. Sekolah juga secara mandiri bebas memilih Fasilitator/Narasumber yang dianggap dapat mengungkapkan kompetensi PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan) di satuan pendidikan

Semoga semua Ikhtiar Kepala sekolah, K3TK, PGTK, IGTK, MKKS, Korwas, Korwil, Dindik Kabupaten kota dapat berjalan lancar sesuai harapan

Dari tulisan beliau ini bisa disimpulkan, bahwa untuk menjalankan kumer saat ini, sebisa mungkin seorang guru menyiapkan materinya sendiri, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Cara yang ditempuh bisa melalui KKG, MGMP, KKGTK, melalui workshop atau pun pendampingan oleh yang sudah berpengalaman.  Jalan seperti ini perlu ditempuh sesegera mungkin, agar berbagai masalah yang ada sesegera mungkin dapat terpecahkan.

Pertanyaannya sudahkah kita semua siap menghadapi langkah seperti itu. Jangan-jangan masih berharap dan selalu menunggu adanya pelatihan dan workshop yang intensif seperti pada Kurikulum sebelumnya. Padahal di PMM sudah disiapkan “pelatihan” mandiri.

 

Blitar, 8 Agustus 2022

Hariyanto