Oleh
; Hariyanto
Menjelang 1 bulan implementasi
Kurikulum Merdeka ( IKM) pasti banyak hambatan yang ditemui di lapangan.
Apalagi pembaharuan kurikulum yang minim sosialisasi. Ibarat perjalanan di
hutan hanya berbekal sebuah kompas, bagi mereka yang terbiasa jalan di tempat
belukar, akan mampu menembusnya dan sampai tujuan. Namun jika seseorang belum
terbiasa, bisa jadi semak belukar mengurungkan perjalanan yang sebenarnya baru
dimulai.
Sungguh peluncuran kurikulum merdeka
(kumer) kali ini memerlukan jalan khusus yang harus ditanggapi dengan “cekatan.” Jati diri seorang guru yang profesional
benar-benar sangat diperlukan, disamping kompetensi pribadi dan sosialnya. Kata
belajar mandiri yang sering diberikan kepada siswanya; justru saat ini harus
dipraktikkan oleh seorang guru untuk mempelajari “kumer.” Belajar Mandiri dari
sebuah aplikasi Platform Merdeka Mengajar.
Di saat pembaharuan kurikulum di
mulai, hal yang tidak pernah dilupakan adalah kelengkapan dari standar proses
dan isi meyangkut bahan ajar, dan perangkat ajar. Buku guru dan buku siswa
harus sudah tersedia. Dalam platform PMM memang sudah disediakan buku digitalnya.
Namun di lapangan buku siswa sering tidak ada. Hal seperti ini ibarat semak
belukar di tengah belantara. Hal yang bisa membuat bingung baik bagi guru
maupun (apalagi) siswa dan terutama orangtuanya.
Seorang guru yang masih terpaku pada
keberadaan materi, sering terjebak kepada buku yang harus sesuai dengan
kurikulumnya. Hal tersebut tentu bisa merugikan diri seorang guru. Karena
menimbulkan kepanikan dan akhirnya merasakan jalan buntu akan materi
pembelajaran. Idealnya kumer saat ini adalah guru segera menyelesaikan masalah
materi pembelajaran dengan “membuat dan meracik” materi sesuai Capaian
Pembelajaran yang sudah dicanangkan dalam kumer. Namun kebuntuan pemikiran ke arah
itu membuat seorang guru sering menempuh jalan pintas mencari LKS yang sering
dijual di pasaran. Akibatnya lagi-lagi seorang guru harus membelajarkan siswa
menuruti urutan materi di LKS.
Kondisi ini semakin diperparah
dengan sikap guru yang tidak mau belajar “mandiri” sepanjang hayat. Padahal
sebenarnya jika saja ada kemandirian belajar dengan cara mendayagunakan
buku-buku yang sudah ada sebelumnya, juga buku perpustakaan, atau bahkan buku
digital dari internet; semua materi itu bisa diramu dengan sengat baik. Langkah
ini akan semakin ideal jika ada kolaborasi antar guru dalam menyiapkan materi
yang sesuai dengan kondisi geodrafisnya. Hal ini sesuai dengan kesesuaian materi dengan
siswa, yang menurut Ki Hajar Dewantara dasar pendidikan sang anak itu
berhubungan erat dengan kodrat alam dan
kodrat zaman. Jadi anak akan mudah belajar jika sesuai dengan lingkungan
alam sekitarnya, sedangkan kodrat zaman, sang anak akan membawa sifat atau karakter
masing-masing. Jadi berkaitan dengan penyiapan meteri belajar, kedua hal
tersebut sangat diperhatikan. Sehingga buku atau LKS sebagus apa pun, harus
tetap memperhatikan lingkungan anak dan karakternya.
Berikut saya tampilkan tulisan Bapak
Marzuki, beliau sudah tidak asing lagi di Balai Besar Penjaminan Mutu
Pendidikan Provinsi Jawa Timur (dulu LPMP) yang sering menjadi narasumber di
berbagai satuan pendidikan. Tulisan yang menyimpulkan beberapa materi pokok
yang dibutuhkan satuan pendidikan, dan saran jalan keluar mengatasi “kebuntuan”
dalam implementasi kumer. Selengkapnya di bawah ini :
MATERI WORKSHOP IKM 2022
Materi Workshop IKM selama dua bulan terakhir yang
digandrungi satuan pendidikan seperti berikut ini:
1. Bedah Konsep IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) jalur
Mandiri
2. Penyusunan TP, ATP, Prota, Prosem
3. Penyusunan Modul Ajar/RPP
4. Penyusunan KSOP
5. Penyusunan Modul Projek P3
6. Prinsip Pembelajaran dan Prinsip Asesmen
7. Pembelajaran Berdiferensiasi dan Asesmen
8. Pengolahan Hasil Asesmen
9. Merancang Aktivitas Belajar Pencapaian P3
10. Merancang Pembelajaran Berbasis AKM
11. Merancang Lembar Kerja yg Berdiferensiasi
12. Pelaporan Kemajuan Belajar
13. Pelaporan Hasil Asesmen
Ke-13 materi tersebut memungkinkan
KKGTK, KKG, MGMP di masing-masing sekolah atau di tingkat gugus, kabupaten,
kota dapat menyusun sendiri atau mengembangkannya. Hal tersebut merupakan
tantangan sekaligus peluang untuk menghasilkan perangkat sendiri.
Tantangan dan peluang tersebut
segera dapat diambil agar Implementasi Kurikulum Merdeka dapat berjalan mulus.
Jika ada kesulitan perlu pendampingan dari orang yang telah sukses
menerapkannya atau dapat juga melibatkan orang yang dianggap pakar atau ahli.
Idealnya sebelum pendampingan dapat
dilakukan Workshop atau IHT (In House Trainibg). Jika sekolah mengadakan
Workshop atau IHT dapat mengambil 2-3 materi per hari. Sekolah/madrasah secara
merdeka, mandiri memilih dan menentukan kompetensi dan materi yang dianggap
mendesak.
Mengapa sekolah perlu memilih? Agar
sekolah mendapatkan apa yang diinginkan. Tidak sedikit sekolah/madrasah yang
kecewa karena isinya tidak seperti yang diharapkan. Setiap sekolah memiliki
ekspetasi atau harapan yang tinggi. Sekolah juga secara mandiri bebas memilih
Fasilitator/Narasumber yang dianggap dapat mengungkapkan kompetensi PTK
(Pendidik dan Tenaga Kependidikan) di satuan pendidikan
Semoga semua Ikhtiar Kepala
sekolah, K3TK, PGTK, IGTK, MKKS, Korwas, Korwil, Dindik Kabupaten kota dapat
berjalan lancar sesuai harapan
Dari tulisan beliau ini bisa
disimpulkan, bahwa untuk menjalankan kumer saat ini, sebisa mungkin seorang
guru menyiapkan materinya sendiri, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah.
Cara yang ditempuh bisa melalui KKG, MGMP, KKGTK, melalui workshop atau pun
pendampingan oleh yang sudah berpengalaman. Jalan seperti ini perlu ditempuh sesegera
mungkin, agar berbagai masalah yang ada sesegera mungkin dapat terpecahkan.
Pertanyaannya sudahkah kita semua
siap menghadapi langkah seperti itu. Jangan-jangan masih berharap dan selalu
menunggu adanya pelatihan dan workshop yang intensif seperti pada Kurikulum
sebelumnya. Padahal di PMM sudah disiapkan “pelatihan” mandiri.
Blitar, 8 Agustus 2022
Hariyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar