Judul buku
: Grasberg
# Penambangan Tembaga dan Emas di Pegunungan
Irian Jaya pada Endapan yang Paling Terpencil di
Dunia
Penulis : George A Mealey
Penerjemah Indonesia
: Rachman Wiriosudarmo
Penerbit : Freeport-McMoran Copper&Gold Inc. New
Erleans, LA
ISBN nomor :
0-9652890-1-x
Dicetak : PT. Jayakarta Agung Offset, Jakarta
Tebal buku : 384 halaman
Tahun
: 1999
Buku ini terbitan 1999, dan sangat lama yaitu 24
tahun jika dilihat dari tahun ini 2023.
Tetapi buku ini sangat istimewa. Buku Ekslusif yang pernah saya miliki dan saya
baca. Bukan hanya bentuk fisiknya dengan hard cover mewah, desain rapi , font yang berkelas, mirip buku zaman Hindia
Belanda dan kertas yang tebal berkualitas lebih 80 gram warna kekuningan. Bukan
karena usang kertasnya tetapi model kertas yang membuat mata sejuk jika
membacanya.
Buku ini tergolong langka. Buku hadiah pemenang Lomba Menulis Guru di tahun
2000 se Kabupaten Mimika. Seluruh peserta lomba diberikan hadiah buku tersebut
dan merupakan cetakan baru di Indonesia kala itu ( 2000 ) dari edisinya di
tahun 1999. Tidak sembarang orang dapat memilikinya. Buku ini diberikan kepada
para tamu terbatas di Perusahaan Freeport. Kami saat berserta sekitar 21 guru
diberikan kesempatan wisata Tambang dari Kota Timika menuju Kota Kuala Kencana
dan naik ke Tembagapura, lalu sempat diajak keliling di tempat penggalian
dengan truck raksasa, dan di tempat pengolahan batuan. Perjalanan kami ke area
tambang di Puncak Jaya Pegunungan Sudirman itu sangat nyaman karena menggunakan
Bus khusus dengan tenaga besar. Melewati punggung-punggung gunung yang jelannya
berkelok-kelok dihiasai jurang di kanan –kiri jalan yang kadang menyempit dan
melebar.
Perjalanan menuju Grasberg dan Ertsberg seperti saat
ini tidak sama dengan perjalanan Dozy pada tahun 1936 lalu; sang penemu “cebakan”
biji Ertsberg, sebuah kata dalam bahasa Belanda artinya “Gunung Bijih”. Oleh Dozy seorang geolog yang berhasil melakukan
ekspidisi ke Puncak itu dibuatlah sketsa dengan pensil , beliau juga
menyimpulkan bercah warna biru dan hijau pada dindingnya adalah biji tembaga.
Keberadaannya di puncak gunung yang tinggi ( sekitar 4900 dpl) dan juga
diliputi salju maka Dozy pun berkata ,” Saya menyadari tidak banyak yang dapat
dilakukan orang karena tidak ada jalan, tidak ada pelabuhan, dan juga tidak ada
pabrik. Eertsberg bagaikan gunung emas di bulan.”
Penemuan cebakan tembaga dan emas ini berada di
tempat yang sangat tinggi, dengan medan yang sulit dicapai, sehingga untuk
mencapai puncaknya saat itu harus melewati tebing dengan disandari pohon yang
ditalikan ke tebingnya. Bersama beberapa pembantunya orang Dayak yang akhirnya
membuat tangga kasar dari beresiko tinggi. Curah hujan hampir sepanjang tahun
membuat kesulitan berlipat untuk menaiki tebingnya. Kisah-Kisah penemuan
Etsberg dan pendakian puncak jaya ini ternyata menjadi bagian yang sangat
menarik dari buku ini. Sangat menegangkan dan menantang, persis dalam adegan
film-film petualangan arkheolog Indiana Jones. Karena ternyata rintisan jalan
dan sejarah penemuannya membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang luar biasa.
Buku ini cukup tebal untuk dibaca, namun jika sudah
membaca pada bab I seperti tersihir untuk terus membacanya sampai tuntas. Hal
yang menegangkan ada pada bagian I Penemuan Etsberg yang berdekatan dengan
Grasberg yang menjadi judul buku ini. Mengapa Ertsberg disebut lebih dahulu ?
Karena Ertsberglah ditemukan pertama kalinya dan ditambang sebelum akhirnya
menambang juga Gazberg.
Agar tidak membingungkan apa saja cakupan isi buku
ini berikut daftar isinya yang disusun seperti pasal-pasal hukum.
Bagian 1 Penemuan
dan Resiko
1. Freeport dan Irian Jaya
2.. Penemuan Ertsberg
3. Membangun tambang
Bagian 2 Krisis dan Ekspansi
4 Era bawah
tanah
5. Era Grasberg
6. Menuju 115.000 ton per hari
Bagian 3 Bisnis
Pertambangan
7. Menambang bijih tembaga
8. Eksplorasi
9. Penggunaan dan penjualan tembaga
Bagian 4 Sumber
Daya dan Masa Depan
10. Pengelolaan lingkungan
11. Hubungan Masyarakat
12. Timika dan Kota Baru
13. Masa Depan
Secara umum bahasan buku ini jika ditilik dari
daftar isinya, seperti laporan jurnal sebuah perusahaan. Mungkin hal ini bisa
dibenarkan untuk sebuah perusahaan Multi Nasional seperti Freeport McMoran yang
kini menjadi nama FI (Freeport
Indonesia). Tetapi jika dibaca pada bab 1 dan 2 makan buku ini bisa menjadi
buku referensi sejarah. Sejarah sebuah pendakian untuk penemuan cebakan (
kbbi = bahan tambang)
Erstberg dan Grasberg. Untuk saat ini kedua area inilah yang telah dan
sedang ditambang dengan seluruh kekuatan manusia melalui tehnologinya.
Bagaimana tidak dalam hitungan puluhan tahun saja
area Esrtberg dan Grasberg yang ditambang sejak tahun 1967 sudah meninggalkan
lubang menganga. Itu yang tampak dipermukaaan, tetapi ditahap selanjutnya penambangan itu terjadi di
bawah tanah. Jadi secara faktual sebenarnya Puncak Jaya itu sudah terpotong puncaknya
sekaligus seudah keropos dalamnya. Bagaimana ini bisa terjadi, tehnologilah
yang berbicara.
Peresmian pengolahan Esrtberg pada tahun 1973 oleh
Presiden Suharto sekaligus menandai beroperasinya tambang dan mulai
berproduksi.
Tambang dengan lokasi terpencil dan di atas gunung
adalah satu-stunya di dunia yang ada di Papua ini. Dalam sejarahnya lokasi ini
disebut wilayah New Guinea. Pulau yang besar ini terpisah menjadi dua di masa
kolonial, saat itu Jerman dan Inggris menguasai bagian Timur dan Belanda bagian
Barat. Ketika Indonesia menyatakan kemerdekaannya di tahun 1945 Belanda belum
mau melepaskan Irian Jaya atau New Guinea Barat, karena mengklaim etnis Papua
tidak sama dan bukan bagian dari Nusantara. Baru pada tahun 1963 Belanda
menyerahkannya ke Pemerintahan Indonesia setelah melalui referendum. Pada saat
Pemerintah terjadi peralihan presiden dari Sukarno ke Suharto, maka langkah
pragmatis membangun ekonomi Suharto adalah menandatangani kontrak karya I
dengan Freeport Mc Moran di tahun 1967, merupakan sejarah pertama kalinya
menerapkana Penanaman Modal Asing. Hal itu berlangsung sampai saat ini 2023. Kontrak
karya tahun 1991 diperbarui setelah ditemukannya Grasberg sehingga area
penambangan menjadi sangat luas dibanding sebelumnya. Dikabarkan kontrak karya
berakhir di tahun 2041. Kepemilikan saham pun saat ini diberitakan manjadi 51
persen melebihi porsi dari Mc Moran. Hal ini sangat jauh dibanding tahap awal
dulu kepemilikan saham Indonesia hanya 10 persen.
Begitulah cerita operasional tambang ada pada bagian
2 dan 3, Sementara pada bagian 4 adalah pengembangan kota dan sumber daya . Ada
capaian penting dalam kehadiaran Pt Freeport di Mimika yaitu adanya pembangunan
Kota Baru yang kemudian diubah namanya oleh Presiden Suharto pada peresmiannya
15 Desember 1995 menjadi Kuala Kencana. Kota ini unik yaitu dibangun dengan
tetap memeliharan keasrian lingkungan , di bawah pepohonan dan sebagian hutan,
serta aliran sungai yang alami. Bangunan dan peralatannya dibangun dengan
peralatan modern, jadilah Kuala Kencana sebagai Kota modern di tengah hutan.
Disana ada fasilitas pusat pembelanjaan modern, sampai sekolah bertaraf
internasional. Dukungan sarana kesehatan ada rumahsakit Internasional, Bandara
bertaraf International yang siberi nama salah seorang tokoh Moses Kilangin.
Flash Back ke bagian 1 dan 2, sejarah adanya
perusahaan raksasa Freeport yang mengolah dan menambang Tembaga Emas dan Perak
ini berawal dari keyakinan seorang geolog muda Jean Jaques Dozy dalam
ekspidisinya 1936 berhasil mendekati
kawasan Ertsberg dan membuat petanya pada ketinggian 3800 dpl. Cebakan Ertsberg
diyakini mengandung biji tembaga. Pada tahun 1959 seorang Amerika manager
eksplorasi Freeport Sulphur Forbes K Wilson menemuinya dan meyaikini atas
penemuan Dozy. Impian itu terwujud setelah Forbes K Wilson menjadi presiden
Freeport Mineral dan menambang temuan Dozy tersebut.
Peristiwa ini adalah bukti bahwa keyakinan atas ilmu
pengetahuan, bertemuan keyakinan dengan pengusaha dan pengalaman tambang di
berbagai belahan dunia di Cilli dll maka apa yang dianggap mimpi berhasil
terwujud. Potensi besar yang ditemukan Dozy digambarkan “. Eertsberg bagaikan gunung emas di bulan.” Karena
begitu sulitnya medan.
Banyak nama-nama berasal dari Belanda seperti Puncak
Carstensz merupakan puncak gunung Pegunungan Sudirman yang selalu bersalju di
tengah jalur khatulistiwa. Hal itu ditemukan oleh Kapten kapal laut Jan Carstensz
yang menyusuri Pantai Selatan New Gunie yang sering melihat pemandangan itu,
sehingga namanya diabadikan disana. Pemerintah Belanda saat itu juga
mendambakan kebanggaan bahwa seorang Belanda berhasil menjadi orang pertama mendaki puncak
bersalju itu. Akhirnya berhasilnya seseorang bernama Lorentz.
Pada tahun 1907 Belanda melakukan ekspidisi
besar-besaran untuk menyelidi lebih dalam bagian barat New Guinea. Karena itu
dikerahkan pasukan bersenjata berjumlah 800 orang dan memakan waktu 7 tahun
dengan memakan biaya 5,5 juta Golden. Keadaan di lapangan yang dihadapi sangat
ganas sehingga 79 orang meninggal.
Ekspidisi ini pada tahun 1915 menghasilkan peta New Guinea cukup telioti skala 1 ; 1 juta.
Pada tahun 1909 Lorentz bergabung dalam ekspiidisi
pemerintah berama J.W Van Nouhuys dan letnan D Habbema dan dikawal 61 tentara dan 82 orang Dayak dari Kalimantan
sebagai pembawa barang. Lorentz berhasil mendaki puncak Trikora (Wilhemina)
yang saat itu bersalju diketinggian 4730 meter.
Ekspidisi lainnya dilakukan oleh perkumpulan
Ornitologis( Ilmuwan Burung) dipimpin Walter Goodfellow dan ternyata gagal
mencapai puncak Kegagallan ekspidisi ini lebih banyak disebabkan hujan dan
banjir yang tiada hentinya, hujan lebat dan penyakit. Selain itu besarnya
rombongan sebanyak 400 orang menyebabkan kesulitan perbekalan. Dari 400 orang
hanya 15 orang yang mampu sampai berakhirnya akspidisi selama 15 bulan. Anggota ekspidisi yang terserang malaria,
beri-beri dan disentri atau pnemonia
dikirim pulang atau mati di lokasi.
Meskipun ekspidisi Inddris mengalami kegagalan,
namun disisi lain berhasil membawa pulang 2.200 kulit burung berasal dari 225
spesies, banyak diantaranya spesies baru dalam ilmu pengetahuan, berpeti-peti
penuh berisi contoh. reptil dan seranggga.
Rawling dan E Marshall juga berhasil membuat peta daerah setempat dengan skala
1 ; 250.000. Semua cerita ini menggambarkan
betapa gigihnya seseorng dengan dasar pengetahuannya. ( saat itu tahu
1910-1912)
Pada akhirnya penemuan Grasberg terjadi setelah 15
tahun kemudian diolah sejak ditemukannya Ertsrberg. Letaknya hanya 3 kilometer
saja. Menurut pandangan geologi konvensional Grasberg yang ditemukan Dozy 50
tahun lebih yang lalu hanya berisi endapan tembaga porifori berkadar rendah.
Namun di tahun 1996 ditemukan kenyataan bahwa Grasberg mengandung deposit sebesar
1,76 milyar batuab biji berkada 1,11 persen
tembaga, sedangkan lainnya kandungana emas tinggi sebanyak 49 juta troy
ons. Ini adalah permata paling besar dan
berkilau dalam mahkota Freeport ( hal.
137) .
Karena ini pula maka adalah menjadi pemandangan aneh
juga jika kita bisa melihat alat-alat berat bisa didatangkan di puncak gunung
dengan ketinggian di atas 400 meter. Roda truk yang berdiameter 3 meter, atau
mesin penggiiling batuan raksasa di sana, dan alat berat lainnya. Semua itu ada
karena kemajuan tehnologi. Dengan kondisi ini pula, pengiriman material hasil
tambang dikirim dari Puncak Gunung sampai pelabuhan melalui pipa. Dalam
material yang dihaluskan kemudian digelontor air dan diberi tekanan tertentu
sampailah di pelabuhan besar. Material
dalam bentuk konsntrat siap dikapalkan ke berbagai negara.
Di dalam buku
ini juga banyak disisipkan foto zaman dulu, seperti perahu ekspidisi, peta-peta
coretan Dozy, Foto pesawat Amerika yang pertama mendarat di lembah Baliem di
danaunya. Foto pesawat Siberkey yang membawa Dozy dkk berhasil melihat tonjolan
batuan yang kelak dinamakan Erstberg dan Gasberg di peta coretannya. Buku ini
secara keseluruhan menggambarkan betapa manusia sangat gigih mendapatkan
sesuatu dengan penuh keyakinan yaitu pengetahuan dan tehnologi.
Naskah tesis atau laporan Dozy yang sudah berdebu di
perpustakaan ditemukan oleh orang yang yakin dan bermodal hal itulah yang
mengantar berdirinya tambang multi nasional PT Freeport Indonesia. Cebakan biji
ini sebenarnya ada dalam perut bumi di sepanjang Pegungan Puncak Sudirman......bahkan dalam peta menyambung
dengan pegunungan di Papua Nugini. Bagaimana keadaannya setelah habis kontrak
tahun 2041 nanti. Inilah tantangannya bagi pemuda Indonesia.
Blitar, 11 Januari 2023
Hariyanto
Resensi yang bagus dengan rinci dijelaskan. Kita pun jadi ta Bu u gambaran buku tersebut. Salam
BalasHapusLuar biasa resensi bukunya.. sangat lengkap.. sangat jelas.
BalasHapus