oleh : Hariyanto
Puisi
adalah cara dalam mengungkapkan pikiran, perasaan seseorang tenatng satu hal.
Ungkapan itu biasanya dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa tertentu dan
pilihan kata untuk menciptakan keindahan dan kedalaman maknanya.
Puisi 2.0 memiliki ciri khusus
yaitu jumlah kata di dalamnya tidak lebih dari 20 kata, belum termasuk judul.
Jika ditulis kurang dari 20 kata tidak menjadikan masalah. Kesederhanaan bentuk puisi 2.0 ini dimaksudkan
bahwa puisi ini dapat dijadikan sebagai media pembelajaran, baik untuk
mengungkapkan sesuatu maupun untuk menulis puisi lebih panjang bentuknya. Hal
ini bisa diberlakukan untuk pelajar maupun non pelajar. Karena sesungguhnya,
sesederhana apa pun bentuk puisi, seperti puisi 2.0 ini menjadi tidak mudah
menuliskannya pada awalnya. Disinilah puisi 2.0 tampil sebagai media
pembelajaran, menjembatani kesulitan menulis menjadi kemudahan menulis puisi.
Puisi
2.0 adalah sama seperti jenis puisi lainnya, yang mungkin hanya berbeda dalam jumlah
puisinya. Namun, ada beberapa hal yang menjadikan puisi 2.0 ini yang agak
membedakan adalah dalam tehnik penulisannya. Seperti biasa tehnik penulisan ini
biasanya diatur oleh penggagasnya, dalam hal oleh Dr. Endang Kasupardi, seorang
pendidik dari Garut yang menggariskan antara lain : 1) Jumlah kata dibatasi
hanya 20 kata, 2) Memiliki satu fokus objek yang disusun menjadi puisi, 3) Menggunakan satu atau dua gaya bahasa yang jelas,
4) Penulis harus benar-benar mendudukkan dirinya dalam puisi, apakah
sebagai orang pertama, kedua, atau ke tiga. 5)
Mengutamakan 60% pikiran dan mengungkapkan 40% perasaan melalui objek nyata
yang dimanipulasikan. 6) Adanya data dan fakta sehingga dapat ditelusuri keberadaanya. 7) Isi puisi semua
menggunakan hurup kecil, karena kata
yang dipakai hanya sebagai kutipan dari kenyataan, kecuali judul semua
menggunakan huruf capital. 8) Topik.
Tema, puisi 2.0 diambil dari diri
penulis dan atau lingkungan penulisnya.
Ciri
lainnya yang menonjol adalah ; dalam puisi ini harus mempunyai fokus 1 obyek
dalam satu puisi. Satu sudut pandang. Sehingga diperlukan latihan untuk menulis
secara utuh dan konsisten seperti judulnya.
Seperti
dikemukakan oleh Dr. Endang Kasupardi puisi 2.0 mempunyai tingkatan tertentu,
yang menggambarkan fase tertentu, serta tingkatan konsentrasi penulisnya dalam
mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Ada 9 fase yang diperkenalkan beliau
dengan tujuan agar seseorang penulis puisi 2.0 tidak terjebak pada fase
tertentu saja, agar pembelajarannya bisa berpindah-pindah sesuai dengan variasi
yang ada. Fase tersebut adalah :
1) Fase
Individualis ; bagi penulis adalah cara ia mengungkapkan apa yang ada di dalam
pikiran/perasaan sendiri. Sifatnya subyektif.
Dia menulis yang dia rasakan/pikirkan tanpa memikirkan orang lain
menikmati atau tidak.
Contoh :
JANGAN MEMBENCI HUJAN
janganlah
membenci hujan
saat
debu hilang
dari muka
daun
janganlah
membenci huja
saat berja;lan
tanpa
payung
2. Fase Natural
Disebut juga fase
obyektif. Penulis hanya mengatakan apa
yang dilihat baik melalui pikiran, perasaan
yang terkait dirinya terhadap suatu peristiwa. Tulisannya banyak
berbentuk kalimat keterangan.
Contoh;
PINTU
ukiran sisi
melekat pada jati
ada kaca kecil
di sudut atas
tengah
dan
pegangannya
lupa
menyimpan
kunci
3. Fase TEAR/Ratapan
Puisi yang mengandung kesedihan
mendalam, kadang disertai dengan tangisan sambil terbata-bata mengisahkan
pengalaman nyata (fisik) dan abstrak (batin).
Contoh :
DUA MALAM
malam semakin
dingin
sejak embun
mulai nampak
di ujung daun
capung belum
beranjak
dari pusara
dan tanah
merah
(Bersambung)
Blitar, 1 Maret
2023
Hariyanto
Mantab dan keren
BalasHapus