Oleh: Hariyanto
Proyek menulis pentigraf di KPI
( Kampung Pentigraf Indonesia) menjadikan saya senang menulis cerpen 3
paragraf. Namun untuk mencatatkan diri sebagai yang terpilih dalam buku
antologinya tidak mudah. Setidaknya pada tahun 2022 di proyek akhir tahun dengan
tema pentigraf ruang saya belum berhasil lolos. Pada pengumuman 10 Januari
2023, karya saya tertanggal 27 September 2022 belum lolos. Itu artinya saya
harus belajar lebih cermat lagi. Ada beberapa hal yang bisa menjadikan karya
pentigraf tidak lolos kurasi. Tengsoe Tjahjono sang penemu pentigraf
menyebutkan antara lain :
1. Pada umumnya karya pentigraf
sudah bagus karena:
a. Sudah memenuhi format pentigraf.
b. Materi 'ruang' sudah dihadirkan secara
memadai sebagai latar konflik, sebagai pemicu lahirnya persoalan, dan sebagai
bagian yang tidak bisa dipisahkan dari alur.
2. Terdapat pula pentigraf yang
tidak berhasil sebagai karya sastra karena: a. Hanya bercerita (ada alur,
tokoh, latar, dan tema) tetapi tidak mampu melukiskan/ menggambarkan/
mengekspresikan secara artistik/ estetik, b. Tidak ada konflik yang terungkap
jelas, c. Tidak ada ketakterdugaan pada ending, dan d. Alur digarap secara
datar, dan e. Persoalan yang diangkat masih sangat sederhana.
Semoga catatan ini bermanfaat
untuk pembelajaran.
Terima ksh.
Salam 3 Jari
PENTIGRAF BUKAN SEKADAR CERITA
Pentigraf adalah karya sastra. Oleh karena itu
bahan pentigraf bukan hanya cerita. Seorang pentigrafis tidak cukup bermodalkan
alur, tokoh, latar, tema, dan sudut pandang saat menulis pentigraf. Jika hanya
bermodalkan unsur-unsur itu dapat dipastikan pentigrafnya akan monoton dan
membosankan.
Apa yang mesti dimiliki oleh seorang
pentigrafis? Selain unsur-unsur narasi itu, seorang pentigrafis harus lihai
mengemas, mengonstruksi, atau mengaransemen bahan-bahan itu.
Saya ambil contoh pentigraf Ken Agnibaya berikut
ini.
KATAK YANG MEMECAHKAN TEMPURUNG
Ibarat katak dalam tempurung, begitulah aku
selama ini. Kupuja suamiku seolah surgaku di telapak kakinya. Kulayani sepenuh
hati saat pulang kerja, kusiapkan hidangan pagi pun kecupan mesra sebelum
memulai harinya. Cukup sudah semesta bagiku menjadi ibu rumah tangga. Tak ingin
aku bekerja demi menuruti pinta belahan jiwa.
Sayang disayang, hari ini semua berbeda. Di
tengah malam buta aku ditelpon. Suamiku mengalami kecelakaan. Lukanya tak
parah, lecet-lecet saja. Namun deritaku yang tak terkira karena ada perempuan
lain bersamanya. Terungkap sudah. Aku sang katak memecah tempurungku,
memelototi dunia.
Tanpa banyak berucap, kutinggalkan suamiku yang
diam gagu. Tak ada pembelaan darinya karena semua terlalu nyata. Aku pulang ke
rumah, kukemas barang sekenanya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama
sekali. Kebahagiaanku masih bisa diselamatkan. "Mas, akhirnya kutemukan
alasan cerai," suara telponku memecah derai tawa lelaki di seberang sana.
Bujang abadi itu masih menungguku, setelah terpisahkan perjodohan
bertahun-tahun lalu.
Kampung, November 2021.
Sebenarnya bahan pentigraf itu sederhana:
seorang lelaki kecelakaan saat dengan perempuan lain yang tentu saja bukan
istrinya. Berita seperti sering kita baca di medsos atau kita tonton di
televisi.
Jika pentigraf disusun seperti cerita yang
terbaca di medsos tentu tidak akan menarik sebagai sebuah karya sastra. Ken
Agnibaya telah mengaransemennya sedemikian rupa. Paragraf pertama tentang istri
yang berbakti kepada suami. Terkesan sebagai istri yang sangat baik. Paragraf
kedua sang suami kecelakaan saat sedang dengan perempuan lain. Nah, yang
menarik terletak di paragraf ketiga. Kecelakaan itu memuluskan jalan istri
untuk bercerai, apalagi mantan pacar yang masih membujang setia menunggu. Akhir
yang tak terduga.
Nah, beberapa pentigraf yang dikirim ke Proyek
Pentigraf Ruang banyak yang hanya memiliki cerita namun lemah dalam
mengemasnya. Karena itu betapa pentingnya kita untuk terus membaca karya
pentigraf dari para pentigrafis lain. Dengan cara itu kita diam-diam belajar.
Selamat menunggu pengumuman Pentigraf Ruang
malam ini.
Salam 3 Jari
Tengsoe Tjahjono
Nah belajar dari catatan itu
saya mencoba merevisi karya saya yang tidak lolos, karena ada harapan dari
Tengsoe Tjahjono bahwa karyanya boleh dikirim kembali setelah direvisi dan
dikurasi ulang. Kesempatan emas inilah saya gunakan saat itu (Januari 2023)
untuk merevisi ulang. Hasilnya adalah saya menghubungi seorang pentigrafis
senior, berkonsultasi dan diskusi tentang beberapa kelemahan yang ada dan cara
merubahnya. Jrenggg... jadilah karya saya dengan berbagai sentuhan. Saya
berharap ketiga karya ini lolos semua mendampingi 100 pentigrafis yang sudah
lolos sebelumnya. Semoga , aamiin.
Dan dalam tulisan kali ini dengan
penuh rasa syukur saya memberitahukan bahwa semua karya saya revisi bisa lolos
ketiga-tiganya, Ini hal yang luar biasa dan Sejarah dalam hidup saya karena
biasanya dari 3 karya yang dikirim saya baru bisa lolos 1 atau 2 saja selama
ini.
Kisah inilah yang ingin saya
tuliskan ulang di sini agar bisa untuk pembelajaran, bahwa dalam kesempitan
selalu ada peluang jika kita berusaha. Semoga tulisan ini bisa menggugah calon
pentigrafis di Grup Penulis RVL maupun di mana saja berada. Aamiin.
Berikut karya revisi saya yang telah lolos ketiganya.
1. Dari Sebuah Laci dan Parfum Istriku
Oleh ; Hariyanto
Udara AC terasa lebih dingin dari biasanya. Badanku
menggigil. Ini pertama kalinya aku memasuki ruangan serba kaca. Baru aku
ketahui belakangan bahwa kaca itu tembus pandang dari sebuah sisinya. “ Bapak
santai dulu di sini, jika ingin minum teh atau kopi panas ada di meja sudut.
Kami akan tinggalkan Bapak untuk sementara waktu ....,” ucapan ramah itu
sedikit menghangatkan suasana.
“Ya
Allah, kuatkanlah hatiku, sabarku, dan bebaskan dari segala kesulitan .”
Seluruh ucapan dan doa sudah aku habiskan di ruangan penyidik KPK barusan.
Ucapan-ucapan untuk menjelaskan kebenaran sambil melawan dinginnya udara
ruangan.
Kupakai
baju orange dengan segunung malu dan sesal. Membiasakan diri dengan ruangan
sempit dan kumuh. Panas tanpa AC seperti rumah dan kantorku dulu. Rekaman
percakapan korupsi dana mega proyek di daerah tak lagi dapat kulawan. Kuakhiri
catatan harianku malam ini tentang peristiwa sepuluh tahun lalu itu. Aku
memandang langit-langit kamar sel, merindukan bau wangi parfum mahal istriku
yang selalu dimintanya, yang membuatku melakukan semuanya. Dia, tak
pernah menjengukku sedari awal dulu, 10 tahun lamanya.
Blitar, 11 Januari 2023
2. Sebuah Episode di Ruang Kelas
Oleh : Hariyanto
Sejarah pemberontakan Sudanco Supriyadi terhadap
Jepang menggema di kelasku . Anak-anak memperhatikan dengan serius seolah ikut
di dalamnya. “Peristiwa itu terjadi di sini anak-anak!” ucapku tegas dengan
telunjuk tangan mengarah ke lantai kelas.
Suasana kelas hening sejenak saat kuambil kapur di
meja. Tiba-tiba kesenyapan itu terpecah., “ Tidaaaak, lariii....” teriak Jupri
sambil tangannya menunjukkan ke atas. Ia pingsan.
Di ruang UKS Jupri menceritakan melihat
pasukan Jepang sedang mengejar pemberontak. Bunyi senapan dan mesiu Jepang
membuatnya histeris. Kejadian hari ini adalah kesekian kalinya, di dalam kelas
berbentuk bangsal rumah sakit, berplafon baja, berjendela kayu jati, dan
berjeruji besi. Di atas pintu tertulis 'Dibangun pada tahun 1911’ dalam bahasa
Belanda.
Blitar, 11 Januari 2023
--===o0o===--
3. Sesudut Senyum
Oleh : Hariyanto
“Sumi, keputusanku sudah bulat!”
kalimat-kalimatnya membuatku limbung dan hampir tak sadarkan diri. Talak adalah
sebuah kata menyakitkan yang membuatku kehilangan harga diri. Aku ditalak tanpa
kesalahan, hanya karena menikahi seorang gadis yang baru dikenalnya.
Puluhan tahun setelah peristiwa
itu, kuinjakkan lagi kaki ke lantai keramik yang kupilih dulu. Beberapa orang
pelayat memandangiku dan bersalaman. Sebagian lainnya
berbisik-bisik. Aku berusaha sedikit tersenyum sekedar menunjukkan
muka ramah. Ya, mereka tahu akulah ratu di rumah ini dulu.
"Maafkan dia ya, Sum,"
ucap mantan kakak iparku sambil berurai air mata. Dia menyilahkanku duduk di
samping jenazah yang tertutup kain putih. Aku diam. Masih tak kusangka ia
mengakhiri hidupnya dengan gantung diri setelah ditinggalkan istri mudanya.
Kisahnya tak seantik bisnis barang antik yang kami bangun bersama sebelum
akhirnya ia membuangku. Kupandang jenazah itu dengan sedikit tersenyum. Senyum
yang hanya Tuhan dan aku yang tahu maknanya.
Blitar, 11 Januari 2023
*) Artikel ini ditulis ulang pada
30 Juni 2023
Mantab dan keren cak Har sehat selalu
BalasHapusTerimakasih Cak Ini. Alhamdulillah sehat, terimakasih atas doanya
BalasHapus