Oleh: Hariyanto
Dua wanita muda berhijab melangkah tenang di
lorong kedatangan Bandara Soekarno-Hatta. Amira dan Salwa, sahabat sejak
kuliah, baru saja kembali dari Malaysia. Penampilan mereka rapi, senyum mereka
ramah, tak ada yang mencurigakan. Namun, petugas bea cukai yang jeli melihat
gelagat aneh saat mereka melewati pemeriksaan. Setelah pemeriksaan menyeluruh,
ditemukan paket kecil narkoba tersembunyi di bagian paling sensitif tubuh
mereka. Seketika suasana berubah. Amira gemetar, Salwa menangis tertahan.
Di ruang interogasi, cerita mereka mengalir
seperti luka yang dibuka paksa. Amira, seorang ibu tunggal, berjuang sendirian
membiayai pengobatan anaknya yang mengidap leukemia stadium lanjut. Salwa, yang
tak tahan melihat penderitaan sahabatnya, memutuskan ikut dalam rencana gila
itu. Mereka dijanjikan uang cukup untuk menutup seluruh biaya rumah sakit.
Hanya satu kali perjalanan, kata si perekrut. Mereka tahu ini salah, tapi
keputusasaan telah membutakan padangannya.
Saat penyidik menyampaikan kabar bahwa anak Amira
meninggal dunia dua hari sebelum mereka tiba, tubuh Amira ambruk. Ia menjerit,
memanggil nama anaknya, seolah berharap waktu bisa diputar kembali. Salwa
memeluknya, menangis bersamanya. Mereka tak sempat menyelamatkan nyawa yang
ingin mereka perjuangkan. Kini, yang tersisa hanyalah penyesalan dan jeruji
besi yang menanti.
Bagu Loteng, 4 Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar