Jumat, 04 Juli 2025

Pentigraf : Langkah Akhir Amira

 

Oleh: Hariyanto

 

Dua wanita muda berhijab melangkah tenang di lorong kedatangan Bandara Soekarno-Hatta. Amira dan Salwa, sahabat sejak kuliah, baru saja kembali dari Malaysia. Penampilan mereka rapi, senyum mereka ramah, tak ada yang mencurigakan. Namun, petugas bea cukai yang jeli melihat gelagat aneh saat mereka melewati pemeriksaan. Setelah pemeriksaan menyeluruh, ditemukan paket kecil narkoba tersembunyi di bagian paling sensitif tubuh mereka. Seketika suasana berubah. Amira gemetar, Salwa menangis tertahan.

 

Di ruang interogasi, cerita mereka mengalir seperti luka yang dibuka paksa. Amira, seorang ibu tunggal, berjuang sendirian membiayai pengobatan anaknya yang mengidap leukemia stadium lanjut. Salwa, yang tak tahan melihat penderitaan sahabatnya, memutuskan ikut dalam rencana gila itu. Mereka dijanjikan uang cukup untuk menutup seluruh biaya rumah sakit. Hanya satu kali perjalanan, kata si perekrut. Mereka tahu ini salah, tapi keputusasaan telah membutakan padangannya.

 

Saat penyidik menyampaikan kabar bahwa anak Amira meninggal dunia dua hari sebelum mereka tiba, tubuh Amira ambruk. Ia menjerit, memanggil nama anaknya, seolah berharap waktu bisa diputar kembali. Salwa memeluknya, menangis bersamanya. Mereka tak sempat menyelamatkan nyawa yang ingin mereka perjuangkan. Kini, yang tersisa hanyalah penyesalan dan jeruji besi yang menanti.

 

Bagu Loteng, 4 Juli 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar