Oleh : Hariyanto
Warung kopi Pak Ridwan mendadak jadi tempat
sidang rakyat. Para bapak duduk melingkar, membahas tragedi hajatan minggu
lalu: satu jendela rumah pecah, satu ayam mati mendadak, seorang kakek tertimpa
genteng tepat di kepalanya. Semua
gara-gara sound horeg yang disebut warga sebagai "kilat dalam bentuk
speaker". “Itu bukan hiburan, itu senjata sonik!” seru Bang Ujang sambil
menyeruput kopi hitam, tak sadar ampasnya nyaris masuk hidung.
Pakde Warto menimpali, “Kalau dulu hajatan cuma
bikin telinga berdenging, sekarang bikin genteng ikut joget!” Gelak tawa pecah.
Bahkan bocah-bocah yang mengintip dari luar ikut tertawa saat Pak Ridwan cerita
pelanggan kehilangan gigi palsu gara-gara getaran sound horeg.
Namun tiba-tiba sebuah peristiwa terjadi saat
bersamaa tawa mereda. Gelas-gelas di atas meja mulai bergoyang. Kopi tumpah,
kursi bergeser sendiri. Wajah-wajah panik berhamburan keluar warung pak Ridwan.
Bang Ujang teriak, “Sound horeg balik lagi!” Orang-orang pun pada berlarian
keluar rumah, sambil berteriak kepanikan. Lama mereka baru menyadari, setelah
terduduk lemas di tepi jalan bahwa telah terjadi gempa yang cukup keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar