Senin, 07 Juli 2025

Pentigraf : Nama Ayah dan Warisan yang Tak Kuhendaki

 


Oleh: Hariyanto

 

Sejak kecil, aku selalu bangga saat teman-temanku tahu ayahku seorang polisi. Di foto-foto lama, ia tampak gagah berseragam, menggendongku di depan rumah. Ibu sering bercerita bahwa ayah adalah orang yang tegas tapi penyayang. Tapi semua berubah saat aku berusia sepuluh tahun. Ayah menghilang. Ibu hanya bilang, “Ayahmu sedang menjalani hukuman.” Aku tak mengerti.

 

Saat remaja, aku mulai mencari tahu. Internet menyimpan lebih banyak kebenaran daripada yang ibu pernah ceritakan. Ayah bukan polisi. Ia hanya pria yang menyamar, menipu banyak orang termasuk ibu. Ia menikahi ibu dengan nama palsu, seragam palsu, dan janji-janji yang tak pernah nyata. Ibu tak pernah menikah lagi. Ia terlalu malu, terlalu hancur.

 

Kini aku dewasa. Di KTP-ku, kolom “ayah” tetap terisi namanya. Tapi setiap kali kutatap nama itu, aku tak tahu harus merasa apa. Marah? Malu? Atau kasihan? Yang kutahu, aku lahir dari kebohongan. Tapi aku bertekad hidup dengan kejujuran. Karena satu-satunya warisan yang kutolak adalah seragam yang tak pernah benar-benar ia miliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar