Rabu, 05 Januari 2022

BELAJAR DARING DAN UPAYA MENUMBUHKAN KREATIVITAS SISWA



Oleh. Hariyanto


Di Pertengahan Maret 2020 adalah awal pembelajaran yang dilakukan secara daring (dalam jaringan) dan Luring (luar Jaringan). Ini merupakan   sejarah baru bagi bangsa Indonesia. Bukan karena kita sudah menjadi bangsa yang mapan dalam penguasaan“high tech” tetapi kita dipaksa masuk dalam situasi darurat yang ditimbulkan oleh Pandemi virus Corona-19 yang melanda di banyak negara. Sehingga dunia pendidikan memberlakukan belajar secara daring ini.

             Salah satu ciri pembelajaran daring adalah menggunakan HP Android dan menggunakan bantuan listrik dan akses internet. Model pembelajaran daring ini adalah hal baru untuk sebagian besar guru dan siswa. Di awal masa Pandemi model daring ini dipadukan dengan model luring ( belajar di luar jaringan) seperti melalui TV atau radio, atau membaca buku. Keadaan ini memaksa guru dan siswa untuk mempelajari banyak hal baru, sekitar pemakaian tehnologi, aplikasi dan berbagai metode pembelajaran terpadu. Kondisi ini juga turut membuat orangtua menjadi “kebingungan” karena mendadak berperan menjadi “guru” di rumah menemani putra-putrnya belajar.

            Dalam praktiknya model pembelajaran daring banyak menemui hambatan di lapangan seperti keterbatasan kepemilikan HP Android. Keterbatasan pulsa dan listrik serta keterbatasan jaringan internet. Pemerintah pun memberikan bantuan pulsa bagi guru dan siswa. Keterbatasan penguasaan tehnologi pembelajaran pun akhirnya banyak dibantu dengan adanya webinar dari berbagai instansi untuk membantu guru dan orangtua.

            Masalah lainnya muncul adalah kebosanan dalam belajar yang dialami oleh para siswa. Penggunaan HP Android yang kurang terkontrol ,menyebabkan siswa menjadi lebih banyak bermain game, banyak melihat tayangan you tube atau menjadi tidak fokus belajar. Permasalahan ini tentu memerlukan pemecahan bersama terutama oleh orangtua dan guru.

            Bagi sebagian besar guru di sekolah kami pembelajaran daring masih menggunakan aplikasi WA sebagai alat utama berkomunikasi. Dengan berbagai cara para guru mencari model yang paling sesuai untuk pembelajaran bersama siswa, Pada tataran sederhana melalui WA grup para guru bisa menyampaikan pembelajaran melalui panggilan video (Video Call). Halini efektif untuk mengetahui perkembangan membaca siswa atau belajar mengaji untuk guru Pendidikan Agama Islam.

            Bagi beberapa guru juga memanfaatkan tehnologi HP untuk praktik membuat video pembelajaran, misalnya membuat video tutorial, atau menjelasakan sejarah virus Covid-19. Beberapa siswa ternyata sudah mampu membuat video. Di sekolah kami hal ini masih bisa dilakukan untuk kelas atas terutama di kelas 6. Dalam hal penggunaan aplikasi form untuk evaluasi, serta aplikasi zoom ini juga telah dilakukan terutama oleh guru-guru yang masuh muda.

            Semua model daring tersebut masih juga menemui masalah seperti siswa yang tidak mempunyai HP Android karena dipakai oleh orangtuanya bekerja. Masalah lainnya adalah kecenderungan siswa yang semakin “bosan” dalam belajar. Kondisi ini menjadi tantangan terutama bagi guru untuk menjadi  lebih kreatif. Sebagian guru pun akhirnya berkenalan dengan berbagai aplikasi seperti form, quizzy, zoom.

     Guru zaman Now (bukan Neng Omah Wae) harus banyak berkreasi dengan teknologi. Semua itu diharapkan  agar siswa dan orangtua menjadi ikut  kreatif. Disamping itu siswa juga bisa dilatih berbagai karakter selama stay at home dan belajar di rumah antara lain: dengan mengisi survei karakter, untuk mengetahui life skill yang dilaksanakan siswa selama di rumah. Aspek karakter yang bisa dinilai dan diberikan dalam bentuk tugas di rumah antara lain: karakter religius yaitu keaktifan beribadah di rumah dan aspek sosial yaitu menjaga jarak, memakai masker serta kepatuhan akan himbauan pemerintah; tolerasi, disiplin , kerja keras, kreatif, mandiri , demokratis, peduli lingkungan dan lain-lain.

Kenyataannya siswa yang selalu rutin dan patuh mengerjakan tugas Bapak Ibu Gurunya adalah siswa yang mendapat perhatian secara baik dari kedua orang tuanya. Sedangkan siswa yang tidak mempunyai orangtua dalam hal ini ikut paman atau nenek kakeknya, termasuk orangtua yang sibuk bekerja siang hari, sering abai terhadap pendidikan anaknya. Hal ini sangat memengaruhi keberhasilan Pembelajaran daring seperti saat ini.

Perhatian orang tua terhadap anaknya, termasuk dalam hal nilai kejujuran juga sangat berpengaruh. Karena masih banyak ditemukan kasus tugas dan pekerjaan tulis dikerjakan orang tua. Sementara banyak juga siswa yang membuat alasan palsu mengatas namakan orangtua, termasuk akibat lalainya orang tua mengawasi sang anak.

            Tatkala kondisi dan kebijakan Pemerintah menghadapi pandemi Covid 19 ini berubah, maka muncullah kebijakan seperti PPKM ( Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang bertujuan memberikan pembatasan orang agar tetap menggunakan protokol kesehatan, Kebijakan baru pun memunculkan istilah PTM terbatas yaitu Pembelajaran Tatap Muka Terbatas dengan menggunakan protokol kesehatan secara ketat. Ada istilah belajar dengan kapasitas 50 % adan 100 % tergantung level PPKM suatu wilayah. Jam pembelajaran pun masih sangat kondisional.

            Dalam kondisi PTM terbatas 50 % dengan keterbatasan waktu pertemuan kami pernah memberikan pembelajaran literasi di sekolah. Ada tahapan pembiasaan yaitu membangkitkan minat baca. Pada tahap ini kami erhasil melakukannya secara daring, yaitu membaca buku cerita anak secara digital, dan melaporkannya melalui form. Ini kami lakukan pada awal tahun 2021 sampai Juli 2021 dengan sangat baik. Praktik ini kami lakukan setiap hari Senin sampai Kamis secara on line. Siswa disediakan lebih 100 buku carita anak digital, dan siswa pun membaca serta melaporkannya jumlah halaman yang telah dibaca. Pada tahap pengembaangan siswa diberi tugas menuliskan hal baik disisi form rekap baca.

Pada tahap pengembangan berikutnya  siswa diarahkan untuk membuat pantun atau puisi pendek. Pembimbingan penulisan puisi pendek ini kami lakukan disela-sela PTM terbatas, selanjutnya siswa berkarya ditulis dibuku literasinya, dan ada saatnya dikkumpul jadi satu di form.

            Hasilnya beberapa karya tercipta, dan dengan berbagai arahan termasuk tidak menjiplak karya orang lain. Karya yang tercipta dari puisi pendek  seperti Puisi 2.0 { yang hanya mensyaratkan maksimal 20 kata) cenderung menjadi karya orisinil siswa, karena sulit mencari contoh di internet. Beberapa redaksi kita berikan arahan untuk membetulkannya. Dari kegiatan ini siswa selain belajar menciptakan puisi, juga langsung belajar memperkaya kosakata. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah menerbitkan karya siswa dalam bentuk buku ber ISBN terutama untuk kelas atas 4, 5, dan 6.  Saat ini sedang dalam proses editing naskah dan persiapan penerbitan bukunya.

            Keberhasilan  pembelajaran daring untuk menumbuhkan kreativitas siswa sesungguhnya akan tercipta jika ada kreativitas guru dan kerjasama yang baik bersama orangtua, Karena kreativitas guru dan orangtua sangat mempengaruhi munculnya kreativitas siswa.

 

Blitar, 4 Januari 2022

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar