Rabu, 02 Juli 2025

Pentigraf : Mimbar Terlarang




 Oleh : Hariyanto

Aku berdiri di mimbar itu bukan untuk mencari musuh, tapi untuk menyampaikan amanah. Ayat-ayat tentang keadilan dan tanggung jawab manusia atas bumi bukan sekadar bacaanitu peringatan. Maka aku bicara tentang tambang, tentang tanah yang digadai demi keuntungan segelintir orang, tentang rakyat yang kehilangan hak atas air dan udara. Aku tahu risikonya. Tapi diam adalah pengkhianatan.

 

Ketika mereka datang malam itu, aku sudah siap. Tak ada perlawanan, hanya doa dalam hati agar kebenaran tetap hidup. Di ruang tahanan, aku mendengar kabar: ceramahku menyebar, anak-anak muda mulai bertanya, masyarakat mulai bersuara. Aku tersenyum. Ternyata, mimbar yang mereka larang justru membuka lebih banyak ruang untuk suara-suara lain tumbuh.

 

Kini aku berceramah di teras rumah, di sawah, di warung kopi. Tak ada pengeras suara, tapi ada telinga yang lebih terbuka. Aku tak menyesal. Karena aku percaya, selama bumi masih berputar dan langit masih bersaksi, kebenaran akan selalu menemukan jalannya meski harus melewati jalan terjal.

Bagu Loteng, 2 Juli 2025

4 komentar: