Kamis, 21 Desember 2023

Belajar dari Kata Pengantar (1) Dari Buku Bu Kanjeng Mengenal Puisi 2.0



Oleh Hariyanto 

Pengantar dalam sebuah buku bisa menjadi sesuatu yang luar biasa. Penulis  sering menemukan banyak ilmu baru dan bahkan inspiriasi dari sebuah kata pengantar sebuah buku.  Di dalamnya selalu ada  motivasi maupun ilmu yang menyegarkan. Dalam hal ini Abah Moch Khoiri selaku founder RVL sering menuliskan pengantar buku yang sangat inspiratif.

Disini kita ingin mencoba mendapatkan hal luar biasa dalam contoh sebuah pengantar mengenai puisi 2.0 .

Sebuah pengantar dari Sang Penggagas Puisi 2.0 Dr. Endang Kasupardi yang diberinya judul “DIAM DALAM PENDAR SUNYI,” khusus untuk buku karya Bu Kanjeng berjudul “Pesona Cakrawala Aksara. Kumpulan Puisi 2.0 Bu Kanjeng.” (2023)

Dalam pengantar tersebut Sang Penggagas menjelaskan tentang Puisi 2.0 yang sejatinya berawal dari media pembelajaran untuk siswa dalam menulis puisi yang diartikan menuangkan pikiran dan perasaannya dengan kata dan bahasa indah. Jika dituntut harus sempurna, maka zaman yang serba cepat dan banyak orang tidak sempat membaca begitu panjang, tentu hal yang sulit. Orang tidak bisa lagi membaca puisi panjang maka dilahirkanlah puisi 2.0 yang bercirikan tidak lebih dari 20 kata .

Dengan merujuk pada karya sastra layaknya puisi maka penggunaan gaya bahasa, diksi, rima dsb tetap digunakan. Pengungkapan kata itu bisa lahir maupun batin. Riil maupun abstrak. Penulisan puisi yang biasa di tahap awal menggunakan objek nyata lambat laun mampu menuliskan hal abstrak. Sehingga dalam pembahasannya menulis puisi 2.0 mempunya 9 fase. Setiap fase menuju ke arah kompleksitas tinggi. Bagaimana pembahasan selanjutnya marilah kita ikuti tulisan beliau berikut

           

 

 

DIAM DALAM PENDAR SUNYI

Oleh

Dr. Endang Kasupardi, M.Pd.

 

Semula, penyusunan genre Puisi 2.0 (P2.0) adalah usaha sadar agar puisi tidak menjadi barang unik dan antik yang dipelajari siswa di sekolah. Belajar sastra dan menampilkan karya sastra pada buku pelajaran sastra dari sastrawan berbagai angkatan. Bahkan tidak sedikit para Penulis sastra, agar masuk pada materi pembelajaran menamakan diri angkatan-angkatan kekinian sehingga para penulis sastra memiliki nama angkatan kepenyairannya. Hal itu beralasan, sebab materi pelajaran fokus pada sastra angkatan dan dianggap bahwa karya itu adalah karya yang sudah stabil dan berasal dari Sastrawan yang sudah mapan tentang karya sastranya. Namun akibat dari semua itu, sastra dan perkembangan kesusastraan hanya berdasar pada angkatan yang dipelajari dan ketika para pembelajar mengungkapkan isi hati dan pikiran pada bentuk sastra (misalnya puisi atau cerita pendek) masih dianggap, curhat atau orang orang melow yang lebih mengutamakan rasa, bukan dinilai tentang hasil sastranya.

Apakah itu sudah masuk pada sastra yang bisa dipelajari?

Para pembelajar kemudian ragu akan materi pelajarannya jika yang dipelajari adalah tulisan tulisan orang-orang kini dengan kekiniannya. Padahal hasil dari orang kini dan kekinian adalah karya sastra yang dihasilkan sesuai perkembangan jamannya sebagaimana esensi dari karya sastra yang terjadi adalah gambaran perkembangan sesuai jamannya.

Hal itulah, maka, sastra yang dipelajari sebagai sistem perkembangan sastra tidak begitu berjalan dengan baik, selain mereka, para pembelajar tetap berpandangan bahwa sastra -- khususnya puisi – karya-karya angkatan adalah karya yang sebenarnya puisi yang sudah stabil dengan nama besar para pengarangnya. Padahal karya mereka, benar sudah stabil tapi jika terus dipelajari, untuk mencapai stabil perlu tahapan-tahapan pembelajaran.

Puisi 2.0 adalah sarana imajiner yang disajikan untuk membentuk perangkat  keterampilan mengolahtuangkan pikiran dengan rasa pada bentuk ungkapan yang dituliskan pengarangnya sehingga p2.0 memiliki tahapan mulai dari bentuk dzohir hingga batin. Dari bentuk ril hingga abstrak. Disini p2.0 memiliki 9 tahapan penyusunan pembelajaran, yang diharapkan para penulis pemula memiliki keterampilan dari bentuk nyata sampai bentuk abstrak dalam mengungkapkan pikiran dan perasaannya pada bentuk puisi.

Pemikiran mendasar inilah yang diharapkan pada puisi 2.0 dalam mencapai kemahiran bersastra dengan batas kata sebanyak-banyaknya 20 kata.

Lepas dari itu, buku puisi 2.0 yang disusun oleh Ibu Kangjeng, dari catatan saya sebagai penggagas puisi 2.0 dan memberikan pengatar pada setiap buku p2.0 yang terbit, merupakan buku puisi 2.0 yang ke 50.

Hasil dari puisi bu Kanjeng ini, sudah menemukan jati diri bentuk puisi dari type 1 sampai type 3, dari 9 type yang ada. Ini merupakan perkembangam bagus, karena semula p2.0 adalah sarana belajar untul menyusun puisi yang panjang dan stabil, tapi dengan type p2.0 yang disusun bu Kanjeng juga sudah baik dan stabil. Penulis sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan pada pembatasan kata yang disajikannya.

Saya ambil puisi karya bu Kanjeng dalam.buku ini.

Pada type 1 ada puisi yang berjudul

 

SARAPAN

 

bubur ayam

mengundang selera

disantap dengan si dia

mengaliri

urat nadi

 

asupan gizi

menambah semangat

menapaki kehidupan

 

Puisi yang dihasilkannya, berdasar pada peristiwa makan bubur ayam, tidak salah diungkapkannya. Nyata terjadi. Tapi kita tidak merasakan keringnya ungkapan, ini bagus dan tidak dapat disangkal bahwa ini adalah sebuah kebenaran peristiwa.

Ada banyak puisi yang memiliki napas sama yang dihasilkan bu Kanjeng, dan ini adalah perkembangan keterampilan yang dimilikinya akan berkembang dengan baik dalam memahami p2.0.

Puisi 2.0 dengan karakter abstrak bisa dilihat pada puisi yang berjudul DIAM

 

tanpa jeda

membaca langit

membisu

dalam hening malam

menjalar karsa

raih bintang

tiada suara

berpendar sunyi

jumud

 

Disini, Penulis menunjukkan sikap sedang dan sudah berkontemplasi menerjemahkan hal abstrak, DIAM. hasil ungkapannya membawa pembaca untuk merasakan bawa diam yang dialami penulis, karena ia melihat ada pendar sunyi yang terus bergetar dalam dirinya. Ini juga bagus dalam menguraikan perasaannya.

Akhirnya, Saya sebagai penggagas puisi 2.0 mengucapkan selamat kepada bu Kanjeng yang sudah berusaha menyelami genre puisi 2.0. Dan selamat pula sudah dapat mewujudkannya menjadi sebuah buku yang sangat baik ini.

 

Berkaryalah dengan seksama.

Terima kasih

 

 

Semoga Bermanfaat. Aamiin,

 

 

Blitar, 21 Desember 2023

Salam

 


3 komentar:

  1. Alhamdulillah. Saya merasa bersyukur, ketika saya mau belajar dan Allah mudahkan proses tulisan ini menjadi buku. Terima kasih kepada Pak Har dan juga Pak Endang penggagas puisi p.2.0

    BalasHapus
  2. Nggih sama2 Bunda. Setiap kemauan keras mendapatkan hasil positip . Ini contohbyang nyata.

    BalasHapus
  3. Selamat bu Kanjeng karya buju P2.0 terwujud

    BalasHapus