Selasa, 27 Mei 2025

PELATIHAN MENULIS PENTIGRAF RVL MEI 2025



PELATIHAN MENULIS PENTIGRAF MEI 2025

Oleh : Hariyanto

 

Berangkat dari kegiatan menulis seperti biasa di grup RVL (Rumah Virus Literasi)di Mei 2025 ini kami seperti biasa “setor” tulisan, kebetulan berbentuk pentigraf. Rupanya ada grup 2 Pang senior sedang “mute” dan mempunyai projek pentigraf. Sehingga bak gayung bersambut; tulisan saut-menyaut tentang pentigraf muncul begitu saja termasuk diskusi di dalam grup RVL di bawah asuhan sekaligus founder Dr. Much. Khoiri, M.Si. Beliau melihat ada momentum yang tepat jika menulis pentigraf dengan tema Pendidikan dijadikan projek menulis buku antologi. Seiring tanggapan anggota grup maka ditawarkan adanya pelatihan Menulis Pentigraf, dan disetujui.

Founder RVL menghubungi penulis untuk siap menjadi pemateri pelatihan dimaksud dan akhirnya sepakat diadakan 26 Mei 2025, Senin malam dari jam 19.30 sampai 21.00 WIB. Selanjutnya RVL bekerjasama dengan GBL ( Gerakan Budaya   Literasi) pimpinan Abdullah Makhrus, M.Pd; dan akhirnya segala persiapan berjalan lancar. 

Berikutnya banner atau flayer undangan pelatihan disebar, dan penulis pun mempersiapkan materinya. Bagi saya kegiatan ini saya terima dengan senang hati dengan penuh rasa Syukur karena mendapat kehormatan menjadi pemateri. Saya bertekad akan memberikan materi dengan sebaik-baiknya sesuai kemampuan saya. Dalam benak saya berharap sekali bahwa materi ini akan memberikan manfaat yang maksimal untuk para pemirsa yang mau belajar menulis pentigraf; dan sekaligus mendoakan mereka segera menjadi pentigrafis handal di kemudian hari.

Jauh sebelum ada tawaran ini, saya sudah berdiskusi dengan 2 pang senior. Mereka juga memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luar biasa di bidang pentigraf. Mereka juga mempunyai buku solo tentang karya pentigraf, dan mereka juga pangsiunan guru yang handal dan terbiasa menyampaikan materi. Jadi sebenarnya merekalah yang layak menjadi pematerinya. Namun rupanya mereka juga “memaksa” ; istilah halusnya, setelah saling tunjuk . ( Siapa tahu, sebenarnya materi ini bisa dikemas dengan pembicara 3 orang, misalnya 3 pang ini Kan jadinya saling melengkapi. Mungkin bisa jadi ide untuk pelatihan mendatang)

Menilik segala persiapan dilakukan dengan professional , maka alhamdulillah pelaksanaan di hari H berjalan lancar. Walau pun pesertanya hanya sekitar 40 tapi saya percaya mereka antusias mengikutinya. Tentu saja belum yang melihat secara off line nantinya di Yoube. Saya berharap semua pemirsa mendapatkan manfaat maksimal dari kegiatan ini.

Berikut saya lampirlkan banner undangan dari kegiatan ini; dan materinya yang bisa dilihat kembali sewaktu-waktu. Semoga bermanfaat. Aamiin.

Loteng, 27 Mei 2025




















Pelatihan Menulis" Pentigraf"


Tahukah sahabat literasi dengan Pentigraf ? Ya, betul. Cerpen tiga paragraf yang memiliki ciri khas plot twist di akhir cerita.

Ada aturan agar tulisan pentigraf mampu menarik pembacanya. Penasaran bagaimana cara membuatnya?

Kali ini hadir kembali kolaborasi Rumah Virus Literasi(RVL) dan Gerakan Budaya Literasi (GBL) dalam kegiatan daring:


"Pelatihan Menulis Pentigraf"
๐ŸŽ™ Narasumber:   Drs. H. Hariyanto    (Anggota RVL | Penulis)

๐ŸŽ™Sambutan/Keynote Speaker: 
1️⃣ Dr. Much Khoiri, M.Si (Dosen Unesa, Penulis, Founder rumah virus literasi (RVL)
2️⃣Abdullah Makhrus, M.Pd. (Ketua Gerakan Budaya Literasi (GBL) Sidoarjo, Penulis)
Dipandu oleh Moderator : Nur S. Pudji Astutik, S.Ag. M.Pd
(Guru MTSN 4 Sidoarjo, Penulis, dan Bendahara Rumah Virus Literasi)
Jangan sampai lewatkan kesempatan untuk belajar menulis novel/cerpen dari ahlinya secara langsung

๐Ÿ“… Senin, 26 Mei 2025

๐Ÿ•19:30-21.00 WIB
๐Ÿ“live Zoom
Ayo bergabung untuk mengasah kemampuan menulis pentigraf dan dapatkan tips praktisnya.
Daftar Sekarang(limited Edition):

Pendaftaran, cukup klik di bit.ly/daftarpelatihanGBLRVL


CP:   Neng Pudji : 0823-3121-0880   dan Cak Dul : 08-13331-48884


Lampiran live streaming  YT : sumber GBL





Mengubah Fakta Faktual menjadi Realitas Baru dalam Pentigraf




Oleh Hariyanto

Kali ini saya ingin menyajikan kembali postingan lama blog ini, intinya untuk pembelajaran mengubah fakta nyata menjadi fakta imajinasi dalam menulis pentigraf.  Perhatikan penti berikut'



 PENTIGRAF  BU SRI PERAWAT TAMAN

Oleh. Hariyanto

 

Orang pasti tidak menyangka kalau beliau seorang guru, karena setiap pagi sebelum pembelajaran beliau melepas sepatu, berganti sandal biasa dan dengan sebuah pisau memangkas beberapa daun di  taman sekolah. Pekerjaan itu dilakukan setiap hari bahkan setiap jam kosong ketika istirahat. Semua tanaman di sekolah seolah menjadi taman di rumahnya sendiri. Semua tanaman tidak lepas dari sentuhan tangannya.

 

Pandangan  Anton siang ini mengarah pada pot bunga di depannya. Lama duduk di kursi teras kantor,  mengamati pot bunga Kuping Gajah. Daunnya  lebar ada 5 buah, masih hijau namun kelihatan suram agak berdebu. Tanah di bawahnya juga mulai mengering kurang siraman air. Hemmm,....dia merasa bersalah telah berpikir salah tentang Bu Sri. Buang-buang waktu, selalu berkutat dengan tanaman. Dia pun acap menyindir dengan pekerjaannya yang tidak perlu. Biarkan saja, kenapa harus dirawat kan ada penjaga sekolah. Itu yang sering disarankan kepada Bu Sri 5 bulan lalu, yang kini sudah pensiun.

 

Hari ini seperti ada satu penyesalan di dada Anton. Kepala Sekolah muda itu memperhatikan daun Kuping Gajah kusam, dengan wajah kusam. Rumput pun mulai tumbuh disela akar, tidak banyak tetapi mengganggu pemandangan. “Maafkan saya Bu Sri.” Anton mendesah panjang, membayangkan wajah Bu Sri. Beliau bagaikan dewi Sri penjaga tanaman padi, yang baru dia sadari.

 

Blitar, 14 Maret 2021

@by hariyanto - blitar

 

Catatan :

Pentigraf ini menjadi salah satu pentigraf yang dimuat di buku Antologi Pentigraf KPI 2021 yang berjudul “Nama-Namaa yang Dipahat di Batu Karang.”

Pentigraf ini adalah best true, yaitu kisah seorang teman guru yang memang gemar berkebun danmerawat tanaman bunga di sekolah. Kebiasaan itu dijalaninya sampai beliau pensiun.

Kesabarannya merawat tanaman, benar-benar membuat tanaman menjadi indah dipandang mata. Baik tanaman di luar kelas dan ruangan maupun di dalam teras dan di ruangan. Kapan pun ada waktu luang di sekolah , seperti di saat istirahat atau jam sebelum pelajaran, beliau selalu terlihat merawat tanaman.

Setelah kisah itu dijadikan pentigraf, maka “drama” perseteruan dengan guru muda yang menjadi KS adalah kisah imaginasi semata. Kisah yang sudah diolah menjadi sebuah cerita fiktif. Dan seperti itulah sejatinya sebuah pentigraf itu terlahir. Bisa berasal dari kisah nyata, bisa juga dari imaginasi semata.

 

Selamat menikmati

Salam literasi

Blitar, 4 Desember 2021

Hariyanto

Mengenang Kriteria Kelolosan sebuah Pentigraf

Untuk mengingat kriteria kelolosan sebuah pentigraf berikut saya tulis ulang dari blog ini beberapa tahun lalu , tapi tidak saya sertakan 115 daftar penulisnya. Di sini ada beberapa hal penting yang patut diperhatikan untuk pembelajaran kita semua, agar kita semakin memahami prinsip penulisan pentigraf dengan baik. Semoga bermanfaat.



ALHAMDULILLAH LOLOS LAGI DI KPI

Oleh. Hariyanto

 

Diumumkan kemarin malam, setelah menunggu hampir satu bulan yaitu karya Pentigrag yang lolos kurasi di Proyek Penulisan Pentigraf Tema Bebas 2021. Proyek penulisan karya Pentigtaf ini ditawarkan kepada umum dan pencinta pentigraf atau pentigrafis oleh KPI Kampung Pentigraf Indonesia. Kita harus mengirim 3 karya Pentigraf untuk dinilai layak tidaknya untuk lolos dijadikan buku Antologi Pentigraf. Saya sudah pernah lolos 2 kali di proyek sebelumnya; 1) Hanya Nol Koma Satu 2) Nama-Nama yang Dipahat Di Batukarang.....dan alhamdulillah kali ini yang ke 3. Karya saya lolos 2. Karya yang lolos kali ini judulnya 1) Kapak Bertuah  dan 2) Pelarian. 

Kali ini saya ingin mengabadikan 115 pentigrafis (sebutan penulis pentigraf) yang lolos di proyek kali ini yang dikuratori oleh Prof. Dr. Tengsoe Tjahjono penggagas Pentigraf dan KPI. Begini isi pengumumannya saat itu,

NASKAH PENTIGRAF TEMA BEBAS YANG LULUS KURASI

 

Setelah melalui proses kurasi yang cukup lama, akhirnya 115 pentigrafis dapat meluluskan karya pentigrafnya. Mengapa tidak lulus kurasi? Ada beberapa sebab yang dapat disimpulkan, yaitu:

1.  Hanya berupa deskripsi fakta tanpa pengembangan yang bisa melahirkan fakta-fakta baru.

2.  Tanpa konflik yang bisa mengajak pembaca bertanya dan berusaha mencari jawaban dalam pentigraf yang dibacanya.

3.  Bahasanya nyaris seperti laporan, tidak mebangkitkan imajinasi pembaca.

4.  Tak ada kejutan yang mungkin terletak di paragraf kedua atau ketiga.

5.  Kurang berani melakukan eksplorasi dan eksperimen dalam memanfaatkan elemen-elemen narasi.

Demikian beberapa catatan penting. Teruslah menulis, teruslah belajar ‘menjadi’.

 

Loteng, 27 Mei 2025


 

Minggu, 25 Mei 2025

Pentigraf : Belajar Melukis Tokoh Sentral dan Kalimat Jeda Dramatis



Sang Jelita yang Terlupakan

Oleh : Hariyanto_

 

Dulu, ia begitu dicintai. Keindahannya tak tertandingi, hadir dengan kelembutan yang menenangkan. Anak-anak bermain di sisinya, tawa mereka berpadu dengan kesejukan yang ia berikan. Tak seorang pun ingin melihatnya kotor, apalagi menyakitinya. Ia mengalir dalam kehidupan, menjadi bagian dari setiap hari, memberi tanpa meminta. Namun, waktu perlahan mengubah semuanya.

 

Sepuluh tahun berlalu. Tak ada lagi penghormatan, tak ada lagi bisikan syukur. Yang dulu indah kini dilupakan. Ia dihina, dicaci, dilempari kotoran tanpa ampun. Bau busuk menempel di tubuhnya, luka-luka menggenang di sudut-sudutnya. Hingga suatu malam, seorang ibu melempar limbah ke arahnya, menggerutu, "Nih, terima kotorannya! Pantas untukmu!"

 

Esok pagi, kampung mendadak sibuk. Ada lomba kebersihan, dan sosok yang dulu mereka abaikan kini dirawat kembali. Kain-kain kotor ditarik dari tubuhnya, sampah diangkat satu per satu. Ia kembali bersinar, mengalir tanpa hambatan. Seorang juri berdiri di tepinya ; ibu yang semalam mengumpat. dan membuang limbah. Ia menatap air yang mengalir jernih, tak lagi menggenang dalam kebusukan. Dengan suara bergetar, ia berbisik, "Maaf… aku telah menyakitimu."

 

Loteng, 24 Mei 2025

 

Ada beberapa Pelajaran penting pada pentigraf kali ini yaitu;

 

1.      Kita Belajar melukiskan tokoh sentral yang bukan manusia .   Tokoh sentralnya di pentigraf ini  adalah bukan manusia tetapi  Sungai kecil di Tengah kampung yang dimetaforakan dengan Sang Jelita. Hal ini mengisyaratkan bahwa menulis pentigraf tidak harus membayangkan menusia semata, tetapi bisa dari benda-benda mati, atau hewan. Hal ini perlu dipahami oleh penulis pentigraf agar mempunyai wawasan luas dalam menuangkan ide-idenya.

2.      Hal kedua kita belajar menggunakan kalimat jeda dramatis. Kalimat ini sangat penting terutama untuk  membuat cerita menarik yang mempunyai efek membuat ketegangan atau kejutan dalam cerita, terutama untuk cerita selanjutnya. Kalimat ini penting untuk dipahami bagi seorang penulis cerita pendek, novel maupun puisi, dalam hal ini pentigraf. Problem utama penulis adalah terburu-buru dalam menyelesaikan kisah ceritanya. Kalimat Jeda Dramatis ini adalah semacam “rem” untuk membuat cerita sedikit bernapas, dan tidak terkesan buru-buru.Lalu kalimat berikutnya siap disajikan kejutan-kejutan penting yang dipasang di paragraf ke 3 atau twistnya.

Coba praktikkan dan rasakan.

Berikut daftar Kalimat Jeda Dramatis dan Efeknya dari pentigraf di atas,untuk Latihan menulis pentigraf.

1.      “Namun, waktu perlahan mengubah semuanya." Efeknya  :  Menyiapkan peralihan dari kebahagiaan ke kehancuran.

2.      "Tak ada lagi penghormatan, tak ada lagi bisikan syukur.” Efeknya : Menguatkan kesan ironi dan perubahan drastis.

3.       "Hingga suatu malam, seorang ibu melempar limbah ke arahnya…" Efeknya : Momen klimaks, mempersiapkan pembaca untuk dampak emosional.

4.      "Esok pagi, kampung mendadak sibuk." Efeknya :  Kontras tajam dengan keadaan sebelumnya, membangun harapan baru.

5.      "Seorang juri berdiri di tepinya—ibu yang semalam mengumpat." Efeknya : Twist kejutan, menyentuh kesadaran dan refleksi karakter.

6.      "Dengan suara bergetar, ia berbisik, 'Maaf… aku telah menyakitimu.'" Efeknya :  Akhiran yang penuh makna, membawa amanah pesan moral cerita.

 

Kesimpulan penggunaan kalimat jeda dramatis dalam cerita ini adalah  memperkuat emosi, membangun suspense, dan memberikan kejutan serta refleksi mendalam bagi pembaca. Dengan perubahan ritme dan tekanan emosi, cerita terasa lebih hidup dan bermakna.

 

Semoga bermanfaat.

 

Loteng, 24 Mei 2024

 

Sabtu, 24 Mei 2025

Pentigraf " Guru di Tengah Sarang Penyamun"

 


Oleh : Hariyanto 

Setiap pagi, Bu Rina berjalan melewati gang sempit penuh sampah dan suara gaduh terminal. Di sekolah tempat ia mengajar, tas siswa sering hilang, uang saku raib, bahkan beberapa orang tua enggan melepas anaknya belajar di lingkungan yang dianggap berbahaya. Pasar besar di sebelah sekolah menjadi sarang pencopet, dan hampir setiap hari ada perkelahian di gang belakang. Tapi Bu Rina tidak gentar. Baginya, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik, terlepas dari tempat mereka dibesarkan.

 

Tahun demi tahun, ia tidak hanya mengajar, tetapi juga membentuk karakter. Ia mengajarkan disiplin, memberi ruang untuk anak-anak bermimpi lebih besar, dan mengajarkan keberanian. Pelan tapi pasti, satu per satu siswa mulai berubah. Mereka tak lagi terpengaruh lingkungan, mulai membela diri ketika digoda untuk ikut mencopet, bahkan beberapa berani menegur orang dewasa yang bertindak tidak benar. Polisi yang dulu sering datang karena laporan pencurian, kini datang untuk melihat perubahan yang terjadi.

 

Saat perayaan kelulusan, seseorang menghampiri Bu Rina. Pemuda itu membawa sebungkus nasi, tersenyum malu-malu. "Bu, dulu saya anak yang suka mencuri di terminal. Tapi sekarang, saya buka warung kecil sendiri. Karena Ibu, saya percaya saya bisa jadi lebih baik." Bu Rina tidak bisa menahan airmatanya, hatinya sesak rasa  penuh syukur menyadari bahwa perubahan besar telah terjadi.  

 

Kamis, 22 Mei 2025

Menelisik Pentigraf " Jansen Pengukir Angka dari Pegunungan Papua"



Oleh : Hariyanto

 

 

Di pedalaman Papua, Jansen tumbuh di antara hutan lebat dan lereng gunung. Matanya selalu berbinar ketika melihat angka, dan tangan kecilnya begitu cekatan menghitung tanpa kalkulator. Pak Nursalam, guru yang datang dari Jawa, melihat bakat itu sejak awal. Ia tak hanya mengajarkan matematika, tetapi juga memberi harapan. Jansen bukan sekadar pintar ia memahami logika lebih cepat dibanding anak-anak lain. Setiap lomba cerdas cermat di kecamatan, namanya selalu  berada di puncak daftar juara.

 

Saat mendaftar ke SMP di kota, panitia penerimaan terkaget melihat hasil tes awalnya skor nyaris sempurna. Merasa perlu memastikan, mereka mengulang tes dengan ujian langsung. Jansen tetap unggul. Berita ini menyebar cepat, hingga pejabat kota dan provinsi turun tangan. Bantuan pendidikan mulai berdatangan ke desa kecilnya sekolah-sekolah diperbaiki, guru tambahan dikirim, dan anak-anak pedalaman mendapat akses lebih baik. Jansen, anak pegunungan, telah mengubah pandangan pemerintah.

 

Puluhan tahun berlalu, sebuah nama tertera di undangan seminar internasional: Prof. Jansen Nursalam, ahli matematika dunia dari Papua. Ia berdiri di mimbar, memulai pidatonya dengan senyum tenang. "Saya dulu hanya seorang anak yang menulis angka di tanah dengan ranting. Tapi satu guru percaya, dan hidup saya berubah."

 

Loteng, 20 Mei 2025

 

Catatan kecil :

1, Penti ini ada 184 kata di luar judul dan tanggal

2. Sudah berusaha menyajikan fakta menjadi fakta baru imajinasi

3. Nama gurunya disematkan adalah satu penghormatan dari seorang siswa atas jasa gurunya.

4. Sampai paragraf ke 2....biasanya narasi adalah fakta. Sebenarnya  narasi ini pun fakta walau pun kejadian sesungguhnya lebih seru lagi, mengingat medan menuju kota biasa jalan kaki saat itu 2 hari 2 malam., tetapi penulis benar-benar merubah fakta menjadi fakta baru di paragraf ke 3 sebagai twistnya, Ada refleksi atau pembelajaran yang bisa diambil antara lain : Bahwa ada siswa betul-betul jenius di belahan bumi mana puna yang sering tidak diduga orang.....Tangan dingin seorang guru yang belatih siswa dengan baik mengantar siswa menjadi penuh harapan dan menjadi.........siswa yang hormat pada guru begitu pula masyarakatnya, itu hal yang terjadi disebagian besar daerah termasuk pedalaman Papua.

5. Begitulah seharusnya menulis pentigraf, mengubah fakta menjadi fakta baru yang dicampur imajinasi, dan ituah yang disebut karya sastra.

Salam,

Selamat Berlatih, semoga bermanfaat. Aamiin

Rabu, 21 Mei 2025

Pentigraf : DEMAM KANG DEDY



Oleh : Hariyanto

 

Kang Dedy, pejabat yang sedang naik daun, dikenal karena kebijakan-kebijakan kontroversialnya. Gagasannya yang paling menyita perhatian adalah solusi untuk anak-anak bandel, suka tawuran, dan melawan orang tua: pendidikan ala barak militer. Anak-anak bermasalah dikirim ke pusat pelatihan, dididik disiplin, kebangsaan, dan tanggung jawab. Pengamat pendidikan menolak keras, menyebutnya sebagai militerisasi yang berbahaya. Pejabat lain ragu, menganggap tidak ada presedennya. Namun, di balik polemik itu, ibu-ibu justru mendukungnya dengan penuh semangat.

 

Di YouTube, channel KD meledak popularitasnya. Orang tua menyaksikan kisah anak-anak yang berubah menjadi lebih tertib setelah pelatihan. Bahkan di rumah, Kang Dedy menjadi "metode ampuh". "Tidur Nak,  nanti Kang Dedy datang!" menjadi kalimat sakti yang membuat anak-anak patuh. Tak sedikit ibu-ibu yang langsung meneleponnya untuk meminta bantuan menenangkan anak yang tantrum.

 

Namun, suatu hari, seorang anak benar-benar demam, bukan karena takut, tetapi karena sakit sungguhan. Kejadian berikutnya adalah sungguh mengejutkan. Kang Dedy datang sendiri, membawa mainan, buku cerita, dan sepiring roti cokelat. Anak itu perlahan tersenyum, lalu dengan suara pelan berkata, "Aku kira Kang Dedy galak. Tapi ternyata Kang Dedy baik." Dari sosok yang awalnya "menakuti", Kang Dedy berubah menjadi figur yang dirindukan anak-anak dan orang tua  bukan karena ancaman, tetapi karena ketulusan.

 

Loteng, 19 Mei 2025

Jumat, 16 Mei 2025

Mengemas Pentigraf Menjadi Cantik

 


Oleh; Hariyanto

Hari ini, Jumat, 16 Mei 2025 kita belajar dari karya Sriyatno yang berjudul “ Anak adalah Amanat”. Kita akan membandingkan versi sebelum dan sesudah revisi dari pentigraf tersebut. Harapannya kita  bisa mengambil Pelajaran khususnya dalam mengemasnya agar lebih menarik.

 

Pentigraf (Cerita Pendek  Tiga Paragraf)  tersusun maksimal 210 kata , namun tetap harus memenuhi unsur cerita yang utuh dengan ciri 1) Paragraf pertama: Pengenalan latar, karakter, atau konflik awal.2) Paragraf kedua: Pengembangan konflik, ketegangan, atau emosi.3) Paragraf ketiga:  twist yang memberikan kesan mendalam. Biasanya ada kejutan.

 

Kekuatan utama pentigraf terletak pada kemampuannya menyampaikan pesan dengan ringkas tetapi tetap berkesan. Karena itu, setiap kata dalam pentigraf harus bermakna dan mendukung alur cerita.

Contoh

Versi Awal Pentigraf "Anak adalah Amanah"

Di awal semester, ada siswa baru. Namanya Rangga. Pindahan dari sekolah Jakarta. Satu bulan pertama, terlihat pendiam. Memasuki bulan kedua, ia mulai jahil dan membuat keonaran. Temannya tak mau menerimanya. Lebih parah lagi, membuat menangis gurunya. Karena ulahnya beberapa guru mulai kehilangan kesabaran. Namun, tidak demikian dengan Pak Sabar, wali kelas Rangga.

Pak Sabar memilih pendekatan berbeda. Baginya, Anak adalah Amanah. Tidak ada anak ‘nakal’, hanya butuh perhatian. Anak butuh arahan, bukan hinaan. Butuh bimbingan, bukan cacian. Ia mencoba amati di balik kenakalan Rangga. Ia mulai berbicara dari hati ke hati. Ternyata ada masalah di rumah. Pak Sabar mulai merangkul dengan kelembutan. Semua peristiwa di sekolah, dilaporkan pada orang tuanya via telepon. Harapannya ada sinergi, justru dicaci maki.

Akhirnya Pak Sabar mengundang orang tua ke sekolah. Dengan wajah sewot dan berbicara kasar. Pak Sabar hadapi dengan sabar, _“Anak anugerah Tuhan. Tanggung jawab utama adalah orang tua. Guru dan orang tua harus saling kolaborasi dan sinergi,”_. Orang tua, tertunduk lesu. Menyesali dan menyadari. Akhirnya orang tua mendukung apa yang dilakukan Pak Sabar. Pelan-pelan Rangga diberi tanggung jawab di kelas maupun di rumah. Rangga mulai membuka diri. Temannya mulai menerimanya. Meski prosesnya tidak instan, Rangga bisa menyesuaikan diri di tempat barunya.

Versi awal pentigraf ini sudah cukup kuat dalam menyampaikan konflik dan perubahan karakter. Namun, ada beberapa hal yang bisa diperbaiki:

1.      Kurangnya ekspresi emosi dari Pak Sabar.  Pentigraf ini bisa lebih menggugah jika ditambahkan bagaimana perjuangan Pak Sabar menghadapi tekanan dari guru lain dan orang tua.

2.      Penyampaian pesan kurang dramatis . Konflik dengan orang tua dapat diperkuat dengan jeda dramatis agar terasa lebih mendalam.

3.       Akhir cerita beberapa tambahan kalimat jeda membuat efek penasaran pembacanya.

Bandingkan dengan edisi revisinya berikut :

Anak adalah Amanah

By: Sriyanto_

Di awal semester, ada siswa baru. Namanya Rangga. Pindahan dari sekolah Jakarta, awal bulan ia pendiam. Memasuki bulan kedua, kenakalannya muncul. Teman-temannya menjauh, bahkan gurunya menangis karena ulahnya. Beberapa guru mulai kehilangan kesabaran. Tapi tidak dengan Pak Sabar, wali kelas Rangga.

Pak Sabar memilih cara berbeda. Baginya, anak bukan nakal, hanya butuh perhatian. Ia tidak ingin menghukum, tapi mencari akar masalah. Setelah berbicara dari hati ke hati, ternyata ada luka yang Rangga bawa dari rumah. Pak Sabar mulai merangkul, melaporkan setiap perkembangan pada orang tuanya. Harapannya ada sinergi, tapi yang ia terima malah cacian.

Akhirnya, ia mengundang orang tua Rangga ke sekolah. Dengan wajah sewot dan suara kasar, orang tua menyanggah semua perkataan Pak Sabar. Tapi Pak Sabar tetap sabar. "Anak adalah anugerah Tuhan. Tanggung jawab utama ada di orang tua. Guru dan orang tua harus saling bekerja sama." Hening. Orang tua tertunduk. Sesal mulai muncul, kesadaran datang perlahan. Mereka akhirnya mendukung Pak Sabar. Rangga mulai diberi tanggung jawab, mulai membuka diri. Meski tidak instan, ia akhirnya menemukan tempatnya.

Simpulan

Revisi pentigraf bukan hanya soal menambah kata, tetapi memperkuat dampak emosional dan makna cerita. Dalam versi revisi "Anak adalah Amanah", kita bisa melihat bagaimana konflik lebih tajam, jeda dramatis lebih terasa, dan perubahan karakter lebih kuat pada tokoh-tokohnya, Pentigrafnya menjadi cantik. Salah hal yang bisa membantu membangkitan emosi pembaca adalah penempatan dan pemilihan kalimat “jeda dramatis.”  Contohnya di atas “Hening….Orangtua tertunduk” Selamat berlatih

SEMOGA BERMANFAAT. Aamiin.

 

Bagu Loteng, 16 Mei 2025

Kamis, 15 Mei 2025

Bagaimana Membuat Twist "nendang" dengan Kalimat Jeda



 Menikmati 2 Penti yang Menarik dan Membuat Twistnya Semakin Menendang

Oleh: Hariyanto

 

Hari ini ada 2 pentigraf yang muncul di grup RVL sejak pagi-pagi. Penti ini mempunyai ide yang bagus dan dikisahkan dengan alur yang lancer. Pada bagian akhir pentigraf seperti biasa ditampilkan “twist” yang mengejutkan.  Dalam pentigraf peranan twist ini sangat menentukan, dan membuat pembaca jadi puas karena keterkejutannya. Terkejut, mungkin sambil tersenyum karena ada unsur lucunya seperti di penti “Paket Misterius”  atau terkejut karena ikut “sedih” kebagian tugas yang tak kunjung selesai. Tetapi terkadang penulisan twist itu masih memerlukan “kekuatan” lagi untuk bisa dikatakan “nendang” atau “hook” istilah di YT ?

Bagaimana merubah twist kita menjadi lebih “nendang” lagi ?

Salah satunya adalah dengan cara menuliskan kalimat “jeda” dengan tepat.  Tentunya kita juga harus sudah tahu berbagai macam jenis twist, seperti telah dijabarkan oleh Bu Telly D di grup ini seperti jenis ironi, pembalikan Nasib, kematian tragis, kalimat satir dll. Semua hal itu dapat dicapai secara maksimal bisa dengan kalimat langsung seseorang (monolog) atau kalimat reaksi “batin” seseorang, dicampur dengan reaksi fisik.  Reaksi semacam ini saya menyebutnya “kalimat jeda dramatis”. Efek dari kalimat dramatis itu bisa menggugah emosi pembaca,kejutan, ketegangan dll.

Contoh yang ada dalam penti berikut “ WA grup yang biasanya  sepi tiba-tiba meledak…”…..hanya bisa terdiam,…

Semua itu akan menimbulkan ketegangan dan pertanyaan serta kaingintahuan pembaca. Bagaimana jika “kalimat jeda dramatis”itu diletakkan di akhir pentigraf dan menjadi twist “nendang”.  Berikut ini kita perhatikan contohnya dari 2 penti yang ada.

Selamat menikmati dan semoga semakin memahami kepenulisan pentigraf. Aamiin.

 

1.       Revisi Pentigraf – "Paket Misterius"

Oleh : Abdullah Makhrus

 

Pagi menjelang siang, grup WhatsApp RT yang biasanya sepi tiba-tiba meledak dengan pesan dari Pak RT. Bukan kabar duka atau kehilangan, tetapi foto kresek hitam paket misterius yang mengatasnamakan dirinya. Pak RT terheran, ia tak pernah memesan apa pun.

 

Anaknya, yang menerima dan terlanjur membayar lunas paket itu, hanya bisa terdiam. Padahal, Pak RT selalu mewanti-wanti agar tidak sembarangan menerima kiriman dari kurir. Puluhan chat bergegas membanjiri layar ponsel, mencari solusi terbaik. Beberapa warga bahkan berbagi pengalaman tentang modus penipuan serupa.

 

Namun, dari kejauhan terdengar suara Bu RT memecah keriuhan. Baru pulang membeli sayur, ia mendekati suaminya, lalu berbisik:  "Mas, lihat paket yang aku beli beberapa hari lalu berisi celana kolor Korea? Katanya sudah sampai, tapi aku cari kok nggak ada?"  Pak RT hanya bisa mengusap wajahnya pelan. Paket misterius itu ternyata bukan misterius sama sekali.

 

2.       Revisi Pentigraf – "Map Biru"

              Oleh: Sumintarsih

 

Bu Yuli dan kawan-kawan sedang melengkapi berbagai administrasi menjelang akreditasi sekolah. Sebagai guru IPA yang teliti, tugas-tugasnya selalu beres. Namun, masih banyak dokumen yang harus ia sentuh sebelum semuanya selesai. Kerja lembur dikenakan pada semua guru.

 

Seiring matahari tenggelam, Bu Yuli merasa resah—badannya lelah, keringat masih menempel. Ia ingin segera pulang dan membasuh tubuhnya. Di sampingnya, Bu Wati mulai beres-beres. Meskipun pekerjaan belum tuntas, masih ada hari esok. Mereka nyaris mengenakan jaket ketika terdengar salam. Kepala sekolah masuk, segar dan wangi.

 

"Saya sudah siap lembur. Bu Yuli dan Bu Wati, tolong dokumen di dalam map biru distempel semua." Tanpa basa-basi, tugas tambahan langsung jatuh ke tangan mereka. Bu Yuli dan Bu Wati saling berpandangan, menelan ludah. Pulang hanyalah angan. Beban administrasi terasa semakin berat.

Bagian akhir dari Pentigraf awalnya adalah berikut:

Sesaat setelah pulang membeli sayur, ia berbisik di telinga suaminya, "Mas, lihat paket yang aku beli beberapa hari lalu yang berisi celana kolor Korea? Laporan di gawaiku kok katanya sudah sampai. Aku cari kok nggak ada?"

 

Kalimat “ ia berbisik di telinga suaminya ,” adalah salah satu kalimat jeda dramatis yang memberi efek pembaca untuk ingin tahu bisikan selanjutnya,…. Dan pada pentigraf aslinya, selesai…..

Maka untuk menciptakan “twist “yang menendang bisa di tambahkan kal. Jeda berupa, reaksi pak RT yaitu ada 2  ; reaksi fisik, Pak RT hanya bisa mengusap wajahnya pelan. Dan reaksi  batinnya  dengan kesimpulannya yang humoris ironis … ” Paket misterius itu ternyata bukan misterius sama sekali.”

“jleggggg” begitulah kira-kira tendangan twist itu terdengar….

 

 

Untuk Penti kedua dari Bu Mien berjudul   “ Mab biru  “  mari kita perhatikan 2 kalimat terakhirnya dari penti kali ini sebagai berikut

 

"Saya sudah siap lembur. Bu Yuli dan Bu Wati, tolong dokumen di dalam map biru distempel semua," perintah Bu Ina tanpa basa-basi. Bu Yuli dan Bu Wati hanya menelan ludah dan saling berpandangan.

Edisi revisi dengan menambahkan beberapa kata berubah menjadi berikut :

"Saya sudah siap lembur. Bu Yuli dan Bu Wati, tolong dokumen di dalam map biru distempel semua." Tanpa basa-basi, tugas tambahan langsung jatuh ke tangan mereka. Bu Yuli dan Bu Wati saling berpandangan, menelan ludah. Pulang hanyalah angan. Beban administrasi terasa semakin berat.

 

Ya….dengan menambahkan 2 kalimat berikut  Pulang hanyalah angan. Beban administrasi terasa semakin berat.  Terlihat twist pun semakin nendang.

 

Bagu, Loteng, 15 Mei 2025