Sabtu, 04 Desember 2021

PENTIGRAF BU SRI PERAWAT TAMAN

 


PENTIGRAF  BU SRI PERAWAT TAMAN

Oleh. Hariyanto

 

Orang pasti tidak menyangka kalau beliau seorang guru, karena setiap pagi sebelum pembelajaran beliau melepas sepatu, berganti sandal biasa dan dengan sebuah pisau memangkas beberapa daun di  taman sekolah. Pekerjaan itu dilakukan setiap hari bahkan setiap jam kosong ketika istirahat. Semua tanaman di sekolah seolah menjadi taman di rumahnya sendiri. Semua tanaman tidak lepas dari sentuhan tangannya.

 

Pandangan  Anton siang ini mengarah pada pot bunga di depannya. Lama duduk di kursi teras kantor,  mengamati pot bunga Kuping Gajah. Daunnya  lebar ada 5 buah, masih hijau namun kelihatan suram agak berdebu. Tanah di bawahnya juga mulai mengering kurang siraman air. Hemmm,....dia merasa bersalah telah berpikir salah tentang Bu Sri. Buang-buang waktu, selalu berkutat dengan tanaman. Dia pun acap menyindir dengan pekerjaannya yang tidak perlu. Biarkan saja, kenapa harus dirawat kan ada penjaga sekolah. Itu yang sering disarankan kepada Bu Sri 5 bulan lalu, yang kini sudah pensiun.

 

Hari ini seperti ada satu penyesalan di dada Anton. Kepala Sekolah muda itu memperhatikan daun Kuping Gajah kusam, dengan wajah kusam. Rumput pun mulai tumbuh disela akar, tidak banyak tetapi mengganggu pemandangan. “Maafkan saya Bu Sri.” Anton mendesah panjang, membayangkan wajah Bu Sri. Beliau bagaikan dewi Sri penjaga tanaman padi, yang baru dia sadari.

 

Blitar, 14 Maret 2021

@by hariyanto - blitar

 

Catatan :

Pentigraf ini menjadi salah satu pentigraf yang dimuat di buku Antologi Pentigraf KPI 2021 yang berjudul “Nama-Namaa yang Dipahat di Batu Karang.”

Pentigraf ini adalah best true, yaitu kisah seorang teman guru yang memang gemar berkebun danmerawat tanaman bunga di sekolah. Kebiasaan itu dijalaninya sampai beliau pensiun.

Kesabarannya merawat tanaman, benar-benar membuat tanaman menjadi indah dipandang mata. Baik tanaman di luar kelas dan ruangan maupun di dalam teras dan di ruangan. Kapan pun ada waktu luang di sekolah , seperti di saat istirahat atau jam sebelum pelajaran, beliau selalu terlihat merawat tanaman.

Setelah kisah itu dijadikan pentigraf, maka “drama” perseteruan dengan guru muda yang menjadi KS adalah kisah imaginasi semata. Kisah yang sudah diolah menjadi sebuah cerita fiktif. Dan seperti itulah sejatinya sebuah pentigraf itu terlahir. Bisa berasal dari kisah nyata, bisa juga dari imaginasi semata.

 

Selamat menikmati

Salam literasi

Blitar, 4 Desember 2021

Hariyanto

1 komentar: