TUA-TUA KELADI
Oleh. Hariyanto
Tua-tua Keladi Makin Tua Makin
Menjadi. Seperti biasa di hari Ahad Parto , Tirta, dan Parmin bersama selusin bersepeda
bersama dengan rute yang disepakati. Gowes bersama kaum lansia. Kali ini mereka
berangkat dari kampungnya di tengah kota Blitar menuju candi Penataran ,
sekitar 10 km ke utara. Rute ini berat karena jalanan menanjang pelan.
Di perjalanan pulang, Parmin izin
ketua rombongan untuk jalan duluan
karena ada tamu menunggu di rumahnya. Jalanan aspal mulus benar-benar membuat
sepeda melesat cepat. “Aku duluan lur
dulur *).......” Parmin menyapa teman-temannya sambil menyalip mereka. Parmin
terkejut ketika dia dikejar oleh teman-temannya. Laju rombongan menjadi seperti
balapan di sirkuit. Tirta pimpinan rombongan berusaha menjelaskan temannya
tidak digubris lagi.
Perjalanan menjadi begitu singkat. Kurang dari 30 menit sudah sampai pos akhir.
Keringat deras bercucuran, napas tersengal dengan batuk kecil terdengar.
Beberapa orang merebahkan diri di teras rumah. Kejadian pagi ini ternyata
berbuntut panjang karena Tirta di demo para isteri sahabatnya. “Jangan diajak gowes
lagi, suami saya encoknya kambuh. Tergeletak mengaduh semalam, seluruh badannya
nyeri.” Isteri Parto sangat emosi. Hari
ini Tirta benar-benar kesepian duduk di bawah pohon jati di Blitar Selatan. Sambil
minum air mineral dia melirik sepedanya
sendirian. Seluruh kawannya benar-benar
mundur dari kelompok gowesnya.
Blitar, 1-12-2021
#pentigrafperibahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar