Rabu, 25 November 2020

Membuat Puisi dari Pidato Menteri





Membuat puisi biasanya dilakukan dengan cara mencari ide segar, baik dari petualangan di alam indah pegunungan, lautan, lembah-lembah. Pun juga dilakukan dari hasil perenungan akan pengalaman hidupnya selama ini.

Setelah cukup pemahaman atas ide yang berupa gagasan tentang satu hal, maka dituangkanlah ide tersebut dalam kalimat-kalimat yang terpilih. Dengan batasan irama, diksi, maupun jumlah bait dan baris tertentu, kalimat pun tersusun dalam susunan bait-bait. Kalau aturan ketatnya ada satu bait, ada dua bait dst, namun puisi saat ini bebas menentukan berapa bait yang mau dibuat. Sementara dalam satu bait tersusun dari beberapa baris, itupun juga menjadi hak prerogative penulisnya. Jika mengikuti aturan pantun, atau sajak kuarten, maka isi tiap bait pasti 4 baris, dan semua menjadi pilihan penyairnya.

Mengubah puisi menjadi prosa lebih dikenal dengan istilah paraphrase. Dengan aturan tertentu puisi bisa diubah dalam bentuk prosa yang memang tidak menjadi bait-bait puisi. Isinya lebih terjabar.

Kali ini saya mencoba menyadur dari pidato Mendikbud Nadiem M, Makarim pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 25 November 2020 menjadi sebuah puisi. Isinya mungkin tidak bisa menyeluruh, tetapi semangatnya untuk menggambarkan perjuangan guru dibantu oleh semua pihak dan termasuk jajaran Kemendikbud itu yang ingin saya sampaikan melalui puisi tersebut.

Sementara teks pidato dimaksud dapat diunduh pada link berikut :

https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/73d85143d254132

Dalam teks pidato disampaikan pada 25 November 2020 tersebut, tertuang kalimat bahwa Mas Nadiem percaya bahwa selalu ada hikmah dari setiap peristiwa yang terjadi. Peristiwa Pandemi Covid 19, membuat beberapa pilihan antara menyerah dan berjuang. Ternyata guru , orangtua dan seluruh komponen bangsa ini memilih berjuang pantang menyerah untuk tetap menyelenggarakan pembelajaran dengan segala keterabatasannya.

Semua pihak bahu-membahu, bergotong-royong demi mengatasi kompleksitas situasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Syahdan, Mas Nadiem juga menyoroti peran orang tua dalam mendampingi anaknya terkait pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Mereka juga menjadi guru di situasi seperti ini. Persis dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan kita bahwa kita semua adalah guru.

Kata kuncinya ialah, sikap positif, semangat pantang menyerah, gotong-royong, dan keteladanan.

Lebih dari itu, dalam isi pidato Mendikbud untuk Hari Guru Nasional 2020, Mas Nadiem juga berharap agar seluruh insan pendidikan menjadikan situasi pandemi sebagai laboratorium bersama untuk menempa mental pantang menyerah serta mengembangkan budaya inovasi.

Lagi-lagi bisa kita katakan bahwasannya pandemi adalah momentum, momentum bagi setiap pelaku pendidikan untuk bangkit, memetik pelajaran berharga, meninggikan kolaborasi, serta mengakselerasi sistem pendidikan demi melakukan lompatan dengan tujuan menghasilkan SDM unggul.

Apakah harapan ini realiastis? Saya kira demikian. Hadirnya pandemi seakan telah memaksa masing-masing pelaku pendidikan untuk segera beradaptasi mengejar digitalisasi.

Sebelum datangnya pandemi, kita mungkin cukup ambyar melihat hasil alias capaian skor PISA yang rendah. Maka dari itulah, pembelajaran jarak jauh yang mulai akrab dengan teknologi dalam beberapa waktu ke depan akan memberikan dampak yang cukup signifikan.

Banyak program terobosan dibuat di masa pandemic ini Sebut saja seperti kebijakan bantuan kuota internet, fleksibilitas penggunaan Dana BOS, bantuan subsidi upah untuk PTK non-PNS, program guru belajar, laman guru berbagi, kurikulum darurat, program belajar dari TVRI, Seri Webinar di masa pandemi serta kebijakan lainnya sudah cukup untuk menjelaskan bahwasannya Kemendikbud bersama Mas Nadiem juga bekerja keras.

Guru yang bekerja keras, berjuang bersama, gotong royong, berbagi dan berkolaborasi, sangat diapreasiasi oleh Mendikbud, Mereka ada pelukis peradaban di masa depan, Yang menyiapkan generasi unggul untuk kemajuan bangsa Indonesia.

Mudah-mudahan pandemi segera berakhir, mudah-mudahan pemerintah bisa terus memperjuangkan hak maupun kesejahteraan para pendidik secara lebih baik lagi, dan mudah-mudahan para guru selalu diberikan kesehatan serta keikhlasan dalam melukis masa depan.

"Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa."

Selengkapanya puisi dari saduran dari pidato Mendikbud Nadiem Anwar Makarin sebagai berikut :

Hari Guru Nasional 2020 dan Pesan Mendikbud

 

Jangan pernah menyerah, ketika bersua  Pendemi ini

Bangkitlah untuk selalu melangkah maju ‘tuk anak cucu

Walau  susah payah langkah, bak keong berlari

.

Tetaplah bersama, bersatu, mencari  cahya

Orangtua pun menjadi guru, semua guru Ki Hajar berpesan

Pantang menyerah, gotong royong panutan anak cucu

.

Pandemi mengajarkan mendidik adalah tugas bersama

Membangun generasi perlu kolaborasi

segenap hati dan sepenuh asa

.

Pandemi mengajarkan bahwa tehnologi harus digali

Demi anak cucu maju , berhati baja

arungi lautan , sungai lompati gunung, susuri lembah

.

Pandemi ajarkan nilai mulia

Semangat bersama, pantang menyerah, terus belajar

Berbagi dan berkolaborasi

.

Langkahnya adalah guratan kokoh hari ini

tertoreh pada lukisan abadi  masa depan

Di antara gunung lembah dan lautan berpasir putih bernyiur hijau.

.

Hari ini guru  melukis peradaban

Yang tak terulang lagi mengkanvaskan

Indahnya Indonesia di masa depan.

 

# Selamat Hari Guru Nasional 2020

 

Blitar, 25 November 2020

  

3 komentar:

  1. Terimakasih Bung Ozy yang tulisannya saya kutip beberapa bagian dari blognya. Sementara puisi adalah murni saduran saya. Monggo sahabat guru berkomentar tentang blog saya ini. Saya bersiap maju bersama sahabat lainnya termasuk mempercantik tampilan di WAG cakrawala blogger dan grup lainnya

    BalasHapus
  2. Siap sama-sama, Pak Hariyanto. Salam hangat selalu Pak. Selamat HGN 2020

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maju terus Bung Ozy, saya mengikutinya sebisanya. Mohon bimbingannya selalu.

      Hapus