Membuat puisi biasanya dilakukan
dengan cara mencari ide segar, baik dari petualangan di alam indah pegunungan,
lautan, lembah-lembah. Pun juga dilakukan dari hasil perenungan akan pengalaman
hidupnya selama ini.
Setelah cukup pemahaman atas ide yang
berupa gagasan tentang satu hal, maka dituangkanlah ide tersebut dalam
kalimat-kalimat yang terpilih. Dengan batasan irama, diksi, maupun jumlah bait
dan baris tertentu, kalimat pun tersusun dalam susunan bait-bait. Kalau aturan
ketatnya ada satu bait, ada dua bait dst, namun puisi saat ini bebas menentukan
berapa bait yang mau dibuat. Sementara dalam satu bait tersusun dari beberapa
baris, itupun juga menjadi hak prerogative penulisnya. Jika mengikuti aturan
pantun, atau sajak kuarten, maka isi tiap bait pasti 4 baris, dan semua menjadi
pilihan penyairnya.
Mengubah puisi menjadi prosa lebih
dikenal dengan istilah paraphrase. Dengan aturan tertentu puisi bisa diubah
dalam bentuk prosa yang memang tidak menjadi bait-bait puisi. Isinya lebih
terjabar.
Kali ini saya mencoba menyadur dari
pidato Mendikbud Nadiem M, Makarim pada peringatan Hari Guru Nasional (HGN) 25
November 2020 menjadi sebuah puisi. Isinya mungkin tidak bisa menyeluruh,
tetapi semangatnya untuk menggambarkan perjuangan guru dibantu oleh semua pihak
dan termasuk jajaran Kemendikbud itu yang ingin saya sampaikan melalui puisi
tersebut.
Sementara teks pidato dimaksud dapat
diunduh pada link berikut :
https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/73d85143d254132
Dalam teks pidato disampaikan pada 25 November 2020 tersebut,
tertuang kalimat bahwa Mas Nadiem percaya bahwa selalu ada hikmah dari setiap peristiwa
yang terjadi. Peristiwa Pandemi Covid 19, membuat beberapa pilihan antara
menyerah dan berjuang. Ternyata guru , orangtua dan seluruh komponen bangsa ini
memilih berjuang pantang menyerah untuk tetap menyelenggarakan pembelajaran
dengan segala keterabatasannya.
Semua pihak bahu-membahu, bergotong-royong demi mengatasi
kompleksitas situasi yang belum pernah terbayangkan sebelumnya.
Syahdan, Mas Nadiem juga menyoroti peran orang tua dalam
mendampingi anaknya terkait pelaksanaan pembelajaran jarak jauh. Mereka juga
menjadi guru di situasi seperti ini. Persis dengan ungkapan Ki Hajar Dewantara
Bapak Pendidikan kita bahwa kita semua adalah guru.
Kata
kuncinya ialah, sikap positif, semangat pantang menyerah, gotong-royong, dan
keteladanan.
Lebih dari itu, dalam isi pidato Mendikbud untuk Hari Guru
Nasional 2020, Mas Nadiem juga berharap agar seluruh insan pendidikan
menjadikan situasi pandemi sebagai laboratorium bersama untuk menempa mental
pantang menyerah serta mengembangkan budaya inovasi.
Lagi-lagi bisa kita katakan bahwasannya pandemi adalah momentum,
momentum bagi setiap pelaku pendidikan untuk bangkit, memetik pelajaran
berharga, meninggikan kolaborasi, serta mengakselerasi sistem pendidikan demi
melakukan lompatan dengan tujuan menghasilkan SDM unggul.
Apakah harapan ini realiastis? Saya kira demikian. Hadirnya
pandemi seakan telah memaksa masing-masing pelaku pendidikan untuk segera
beradaptasi mengejar digitalisasi.
Sebelum datangnya pandemi, kita mungkin cukup ambyar melihat
hasil alias capaian skor PISA yang rendah. Maka dari itulah, pembelajaran jarak
jauh yang mulai akrab dengan teknologi dalam beberapa waktu ke depan akan memberikan
dampak yang cukup signifikan.
Banyak program terobosan dibuat di masa pandemic ini Sebut saja
seperti kebijakan bantuan kuota internet, fleksibilitas penggunaan Dana
BOS, bantuan subsidi upah untuk PTK
non-PNS, program guru belajar, laman guru berbagi, kurikulum
darurat, program belajar dari TVRI, Seri Webinar di masa pandemi serta
kebijakan lainnya sudah cukup untuk menjelaskan bahwasannya Kemendikbud bersama
Mas Nadiem juga bekerja keras.
Guru yang bekerja keras, berjuang bersama, gotong royong,
berbagi dan berkolaborasi, sangat diapreasiasi oleh Mendikbud, Mereka ada
pelukis peradaban di masa depan, Yang menyiapkan generasi unggul untuk kemajuan
bangsa Indonesia.
Mudah-mudahan pandemi segera
berakhir,
mudah-mudahan pemerintah bisa terus memperjuangkan hak maupun kesejahteraan
para pendidik secara lebih baik lagi, dan mudah-mudahan para guru selalu
diberikan kesehatan serta keikhlasan dalam melukis masa depan.
"Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa."
Selengkapanya puisi dari saduran dari pidato Mendikbud Nadiem
Anwar Makarin sebagai berikut :
Hari Guru Nasional 2020 dan Pesan
Mendikbud
Jangan pernah menyerah, ketika bersua Pendemi ini
Bangkitlah untuk selalu melangkah maju
‘tuk anak cucu
Walau susah payah langkah, bak keong berlari
.
Tetaplah bersama, bersatu, mencari cahya
Orangtua pun menjadi guru, semua guru
Ki Hajar berpesan
Pantang menyerah, gotong royong
panutan anak cucu
.
Pandemi mengajarkan mendidik adalah
tugas bersama
Membangun generasi perlu kolaborasi
segenap hati dan sepenuh asa
.
Pandemi mengajarkan bahwa tehnologi
harus digali
Demi anak cucu maju , berhati baja
arungi lautan , sungai lompati gunung,
susuri lembah
.
Pandemi ajarkan nilai mulia
Semangat bersama, pantang menyerah,
terus belajar
Berbagi dan berkolaborasi
.
Langkahnya adalah guratan kokoh hari
ini
tertoreh pada lukisan abadi masa depan
Di antara gunung lembah dan lautan
berpasir putih bernyiur hijau.
.
Hari ini guru melukis peradaban
Yang tak terulang lagi mengkanvaskan
Indahnya Indonesia di masa depan.
# Selamat Hari Guru Nasional 2020
Blitar, 25 November 2020
Terimakasih Bung Ozy yang tulisannya saya kutip beberapa bagian dari blognya. Sementara puisi adalah murni saduran saya. Monggo sahabat guru berkomentar tentang blog saya ini. Saya bersiap maju bersama sahabat lainnya termasuk mempercantik tampilan di WAG cakrawala blogger dan grup lainnya
BalasHapusSiap sama-sama, Pak Hariyanto. Salam hangat selalu Pak. Selamat HGN 2020
BalasHapusMaju terus Bung Ozy, saya mengikutinya sebisanya. Mohon bimbingannya selalu.
Hapus