Minggu, 08 November 2020

Guru Merdeka adalah Guru Kreatif bagi Siswanya

 


Istilah “Merdeka Belajar”adalah satu program yang diluncurkan Kemendikbud pada pertengahan Desember 2019 lalu, mendapatkan momentumnya saat ini. UN yang akan dihapuskan di tahun 2021 ternyata dihapus di tahun 2020 karena adanya Pandemi Covid 19. Sistem pembelajaran pun berganti BDR (Belajar dari Rumah) bagi siswa dan Guru menyelenggarakan dengan dalam jaringan (Daring) dan Luar Jaringan (Luring) bagi yang tidak ada akses internet. Kebijakan demi kebijakan pun muncul untuk mempercepat adanya pembelajaran yang efektif dan efisien.

            Guru pun akhirnya dituntut kreatif menyikapi keadaan ini. Guru harus lebih rajin belajar demi “ merdeka belajar’ dalam arti seluas-luasnya. Guru harus sadar bahwa belajar terjadi sepanjang hayat. Sudah semestinya ilmu ‘daring’ dikejar untuk dapat memberikan pembelajaran secara menyenangkan dan tidak membosankan. Demi siswa dan pendidkan pada umumnya.  

            Penyampaian  materi pun harus yang essensial, ala “merdeka belajar”, yakni numeralisai (berhitung), literasi dan pendidikan karakter. Seharusnya dalam situasi saat ini kita  mampu membentuk karakter seperti gotong royong ke arah yang sama : literasi. Program literasi harus diarahkan pada siswa gemar membaca. Sehingga  adanya  kesadaran membaca buku akan mempercepat pemahaman atas materi guru.  Karena siswa akan membacanya dengan senang hati.  

            Hal lain ‘merdeka belajar” yang perlu digaris bawahi adalah pertama ,Ujian Sekolah Berstandar Nasional, UN dihapuskan, sehingga sekolah bebas menentukan model penilaian, dan juga bentuk assessment yang digunakan. Sekolah otonom menentukan alat penilaian yang betul-betul bisa mengukur progress siswanya. Semestinya penilaian ini menjadi lebih enjoy, bisa dinikmati dengan senang hati baik oleh guru maupun siswa. Jangan lagi orientasi nilai yang memacu semangat belajar, tetapi orientasi menguasai kompetensi itulah tendensi semestinya. Menguasai kompetensi harus menjadi tujuan utama pembelajaran dan dikemas dengan baik dalam assementnya.

            Bagi guru istilah merdeka assessment, berarti merdeka menilai.  Siswa senang, guru senang. Siswa tidak tertekan batinnya apalagi stress lalu bunuh diri. Guru pun menyiapkan tugas sembari menilai sehari-hari sesuai kompetensi yang ingin diraihnya. Tetapi kenyataan kadang terbalik. Lembaran dan buku-buku LKS berisi latihan soal bertebaran di sekolah, dan siswa kembali asyik mencari jawabnya. Belajar sekedar mencari jawab soal. Kembali belajar menjadi berorientasi : n i l a i. bukan kompetensi. Inilah tantangannya.

 

            Kedua,  “Merdeka Belajar” adalah pembuatan RPP 1 lembar. Jika hal ini disikapi secara professional, pastilah akan membawa langkah positip yaitu efektif dan efisien. Karena RPP sebenarnya hanya membutuhkan 3 komponen pokok di dalamnya yaitu, tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan assesment Tetapi lagi-lagi langkah di  lapangan masih ditemukan RPP 1 lembar disertai berpuluh halaman lampiran evaluasi.  ‘Merdeka Belajar” harusnya menjadi slogan efektivitas, bukan sebaliknya  justeru menjadi beban baru bagi guru. Membelenggu kreativitas guru. Ini tantangan berikutnya.

            Pandemi Covid 19 juga menyuguhkan tantangan baru yaitu PJJ dengan pembelajaran daring. Guru harus terus belajar, berkreasi tiada henti, menekuni semua ketrampilan yang mendukung tercapainya pembelajaran daring efektif dan menyenangkan. Dalam era new normal seperti ini setidaknya ada 6 kompetensi yang perlu dikuasai guru dalam pembelajaran daring seperti paparan Namin. AB sholihin yaitu : Kemampuan 1) Public Speaking, 2)Ice Breaking, 3) Penggunaan Tehnologi(melek IT), 4) Mendesign kelas pembelajaran dan media pembelajaran , 5) Model-model pembelajaran, dan 6) Ilmu parenting/ilmu pengasuhan. Kesempatan Work Form Home dan BDR saat ini adalah kesempatan emas yang mungkin tidak akan terulang lagi dalam hidup kita. Kesempatan bagi guru untuk menguasai berbagai kompetensi di atas.   

            Sementara dalam penerapan di lapangan , dalam program Kemendiknud “ Guru Belajar” disebutkan  dengan 5 M ; 1) Memanusiakan hubungan, 2) Memahami konsep , 3) Membangun keberlanjutan, 4) Memilih tantangan, 5) Memberdayakan konteks.

            Kesimpulan dari ‘merdeka belajar” bagi guru adalah mereka yang kreatif menuntut ilmu pembelajaran efektif, demi kemajuan siswanya. Bagi siswa mereka belajar kreatif dengan  alat tehnologi   mengembangkan pengetahuan dan pengalaman untuk bekal hidupnya di masa depan.

            Semoga bermanfaat. Aamiin.

Blitar, 7 November 2020

Sumber Bacaan :

1.      “Merdeka Belajar”, Kemendikbud, Desember 2019

2.      “Cara Kreatif Mengajar Daring”,  oleh Namin AB. Ibnu Sholihin founder motivator pendidikan.com dalam paparan zoom PGRI bertajuk “ Membuat PJJ Tidak Lagi Membosankan.”  pada 28 Oktober 2020


✔✔ Catatan : Tulisan ini adalah artikel lomba dalam rangka Hari Guru Nasional di MGI Media Guru Indonesia, dan pernah dimuat di web Gurusiana.




#

4 komentar:

  1. Tak ada UN, sepertinya kemerdekaan belajar telah tampak ya Pak. Beban mental anak-anak dan sudut pandang nilai mulai berubah. Hehehe
    Trmks Pak ulasannya. Salam hangatku

    BalasHapus
  2. Bagus, Pak Haryanto. Semoga tetap semangat menjadi pendidik. Oa,saya belum berani posting di gurusiana, loh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini naskah lomba kok Pak...ya lomba di Gurusiana, berharap masuk dan dibukukan. Mohon doanya nggih.

      Hapus