Fatwa Jihad muncul karena Presiden Soekarno meminta
fatwa kepada PBNU: apa yg harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang
musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai. Bung Karno juga menyatakan
bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia. Sejak diproklamasikan 17
Agustus dan dibentuk 18 Agustus, tidak ada satupun negara di dunia yang mau
mengakui.
Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai Negara
boneka bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut
sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu
dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang 25 Oktober tidak
diperbolehkan masuk Surabaya karena penduduk Surabaya sudah siap perang.
Ternyata sore hari, Gubernur Jawa Timur
mempersilakan. “Silahkan Inggris masuk tapi di tempat yang secukupnya saja”.
Ditunjukkanlah beberapa lokasi, kemudian mereka masuk. Tanggal 26 Oktober,
ternyata Inggris malah membangun banyak pos-pos pertahanan dengan karung-karung
pasir yang ditumpuk & diisi senapan mesin.
“Lho, ini apa maunya Inggris. Kan sudah tersiar
kabar luas kalau Belanda akan kembali
menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Inggris”, begitu kata arek-arek.
Pada 26 Oktober sore hari, pos pertahanan itu diserang massa. Penduduk Surabaya
dari kampung-kampung keluar ‘nawur’ pasukan inggris. “Ayo ‘tawur..tawuran..’!”.
Para pelaku mengatakan, itu bukan perang mas, tp
tawuran. Kenapa? Gak ada komandanya, gak ada yg memimpin. “Pokoke wong krungu
jihad.. jihad… Mbah hasyim.. Mbah hasyim…”. Berduyun-duyun, arek2 Suroboyo
sudah, keluar rumah semua dan langsung tawur sambil teriak ‘Allahu Akbar’ dan
itu berlangsung 27 Oktober.
Mereka bergerak karena seruan jihad Mbah Hasyim itu
disiarkan lewat langgar-langgar, masjid-masjid, dan spiker-spiker. Pada 28
Oktober, tentara ikut arus arek2, ikut gelut dengan Inggris. Massa langsung
dipimpin tentara. Dalam pertempuran 28 Oktober ini, 1000 lebih tentara Inggris
mati dibunuh.
Tapi tentara tidak mau mengakui, karena Indonesia
meski sudah merdeka, belum ada yang mengakui. Itu jadi urusan besar tingkat dunia
jika ada kabar tentara Indonesia bunuh Inggris. Tentara tidak mau ikut campur.
Negara belum ada yang mengakui kok sudah klaim bunuh tentara Inggris. Itu semua
ikhtiyar arek-arek Suroboyo kabeh.
Pada 29 Oktober pertempuran itu masih terus terjadi.
Inggris akhirnya mendatangkan presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad
Hatta utk mendamaikan.. Pada 30 Oktober ditandatanganilah kesepakatan damai
tidak saling tembak-menembak. Yang tanda tangan Gubernur Jatim juga. Sudah
damai, tapi massa kampung tidak mau damai.
Pada 30 Oktober, akhirnya Brigadir Jenderal Mallaby
digranat arek-arek Suroboyo. Mati mengenaskan di tangan pemuda Ansor. Ditembak,
mobilnya digranat di Jembatan Merah. Sejarah kematian Mallaby ini tidak diakui
oleh Inggris. Ada yang menyebut Mallaby mati dibunuh secara licik oleh
Indonesia. Aneh, jenderal mati tp disembunyikan sebabnya karena malu.
Inggris marah betul. Masa negara kolonial kalah.
Mereka malu & bingung. Perang sudah selesai, tapi pasukan Inggris kok
diserang, jenderalnya dibunuh. Apa ini maksudnya? “Kalau sampai tanggal 9
Nopember jam 6 sore pembunuh Mallaby tidak diserahkan, dan tanggal itu
orang-orang surabaya masih yang memegang bedil, meriam dst. tidak menyerahkan
senjata kepada tentara Inggris, maka tanggal 10 Nopember jam 6 pagi Surabaya
akan dibombardir lewat darat, laut, dan udara," begitu amuk jenderal
tertinggi Inggris.
Datanglah tujuh kapal perang langsung ke Pelabuhan
Tanjung Perak. Meriam Inggris sudah diarahkan ke Surabaya. Diturunkan pula
meriam Howidser yang khusus untuk menghancurkan bangunan. Satu skuadron pesawat
tempur dan pesawat pengebom juga siap dipakai. Surabaya kala itu memang mau
dibakar habis karena Inggris marah kepada pembunuh Mallaby.
Pada 9 November jam setengah empat sore, Mbah Hasyim
yang baru pulang usai Konferensi Masyumi di Jogja sebagai ketua, mendengar
kabar arek-arek Suroboyo diancam Inggris. “Fardhu a'in bagi semua umat Islam
yang berada dalam jarak 94 kilo dari Kota Surabaya untuk membela Kota
Surabaya”. 94 kilo itu- jarak dibolehkannya solat qoshor.
Wilayah Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek,Kediri,n
wilayah Mataraman, Mojokerto, Malang, Pasuruan, Jombang datang semua karena
dalam jarak radius 94 kilo. Dari Kediri, Lirboyo ini datang dipimpin Kyai
Mahrus. Seruan Mbah Hasyim langsung disambut luar biasa. Bahkan Cirebon yang
lebih dari 500 kilo datang- ke Surabaya ikut seruan jihad PBNU.
Anak-anak kecil bahkan orang-orang dari lintas agama
juga ikut perang. Orang Konghucu, Kristen, dan Budha semua ikut jihad. Selain
Mallaby, pertempuran di Surabaya ada Brigadir jendral: Loder Saimen. Luar biasa
pengorbanan arek-arek Surabaya, para Kyai, dan santri. Tapi lihat, apa yg
dilakukan pemerintah di kemudian hari kepada para Kyai ini? Dimanipulasi.
Demikian kultweet #dutaislamcom dari KH. Agus
Sunyoto saat
menghadiri bedah buku "Fatwa dan Resolusi
Jihad" di Pondok Lirboyo 3 November 2017.
Demikian tulisan penting ini saya dapat dari WAG,
dan sempat saya telusuri sumbernya dari “dutaislam.com”
semoga menambah wawasan sejarah kita dan menjadi lebih arif dalam menilai
sejarah Bangsa Indonesia. Sejarah memang ditulis oleh orang dengan segala
kepentingannya. Sejarah juga ditulis dari berbagai sudut. Namun “fakta” sejarah
yang di sembunyikan untuk kepentingan sesaat harusnya disingkarkan. Sudah saatnya generasi penerus bangsa ini
banyak belajar dari sejarah. Jangan sekali-sekali melupakan sejarah (Jasmerah)
pesan Bung Karno.
Blitar, 12 November 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar