Selasa, 18 Mei 2021

Refleksi Hari Buku Nasional 2021, Menulislah Setiap Hari

 


Pada  tanggal 17 Mei 2021 diperingati sebagai Hari Buku Nasional dan Hari Ulang Tahun Perpustakaan Nasional ke-41 tahun.

Bagaimana sejarah penetapan Hari Buku Nasional (Harbuknas) yang bertepatan dengan Peringatan Ulang Tahun Perpustakaan Nasional? Berikut penjelasan singkatnya.

Hari Buku Nasional (Harbuknas) diperingati pada 17 Mei setiap tahunnya. Peringatan ini bertujuan untuk mendorong tumbuhnya budaya literasi, terutama minat baca dan menulis di kalangan masyarakat Indonesia.

Peringatan Harbuknas dicetuskan pertama kali oleh Menteri Pendidikan Abdul Malik Fadjar pada 2002. Penetapan Harbuknas pada 17 Mei berdasarkan nilai sejarah hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia pada 17 Mei 1980. Perayaan Harbuknas memupuk harapan terhadap meningkatnya minat baca dan tulis masyarakat Indonesia.

Berbicara tentang  minat baca rakyat Indonesia yang sangat rendah. Pada Maret 2016, Central Connecticut State University merilis survei minat baca pada tiap-tiap negara di dunia. Hasilnya, Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara yang disurvei.

Selain itu , UNESCO juga menyatakan bahwa minat baca Indonesia sangat memprihatinkan, presentasenya hanya 0,001%. Artinya, hanya ada 1 dari 1000 orang yang rutin membaca.

Lebih miris lagi, Word Bank merilis laporan pada 2018 yang menyatakan bahwa dari penduduk Indonesia yang rutin membaca, lebih dari setengahnya, yaitu 55% mengalami buta huruf fungsional. Buta huruf fungsional bukan berarti tidak melek kata atau tidak bisa membaca, namun “kurang” bisa memahami informasi yang dicerna. Sudah sedikit yang berminat membaca, ternyata yang rutin membaca pun kurang memahami konten bacaan mereka.

Nyatanya, di zaman teknologi serba maju saat ini, masih ada sekitar 1,93% penduduk Indonesia yang buta huruf, berdasarkan laporan BPS 2020. Di masa pandemi Covid-19, angka buta huruf di Indonesia mengalami kenaikan. Terbukti, dari survei BPS 2019, angka buta huruf Indonesia adalah sebanyak 1,78%. Namun, di masa pandemi 2020, ada kenaikan tipis menjadi 1,93%. Artinya, masih ada sekitar 5.237.053 penduduk Indonesia yang buta huruf, tidak bisa membaca aksara.

Para penduduk buta huruf itu sebagian besar tersebar di enam provinsi di Indonesia, mencakup Papua (21,9%), Nusa Tenggara Barat (7,46%), Nusa Tenggara Timur (4,24%), Sulawesi Selatan (4,22%), Sulawesi Barat (3,98%), dan Kalimantan Barat (3,82%).

Berdasarkan data BPS juga, angka buta huruf di Indonesia, khususnya di wilayah perdesaan dua kali lipat lebih tinggi daripada perkotaan. Selain itu, untuk jenis kelaminnya, jumlah buta aksara perempuan lebih tinggi daripada buta huruf laki-laki.

Berdasarkan laporan survei Programme for International Student Assesment (PISA) dan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Sebagai misal, dalam laporan survei PISA 2018, nilai siswa Indonesia masuk ke jajaran terendah untuk pengukuran kemampuan membaca matematika, dan sains. Pada kategori kemampuan membaca, Indonesia menempati peringkat ke-6 dari bawah (74) dengan skor rata-rata 371. Turun dari peringkat 64 pada tahun 2015.

Berdasarkan fakta-fakta di atas bisa kita simpulkan bahwa ada sesuatu yang krisis yang perlu kita sadari, yaitu krisis literasi dasar Baca Tulis. S Hasil survey terindikasi bahwa siswa kita terendah dalam minat baca, maka sebenarnya dari sini pulalah kita mencarikan solusi mengurai minat baca, membangkitkan minat baca dan lalu sambil disinergikan dengan menulis. Maka diantara beberapa literasi seperti numerasi, tehnologi dll maka literasi baca tulislah harusnya dijadikan solusinya saat ini.

Karena itu mari kita jadikan Peringatan Hari Buku Nasional sekaligus HUT Perpustakaan nasional ke-41 tahun 2021 menjadi semangat untuk giat membaca dan menulis. Ini harus disepahamkan kepada semua guru dan pegiat literasi mari kita galakkan giat membaca dan menulis.

Menulislah Setiap Hari Buktikan Apa yang Terjadi demikian satu judul buku  Om Jay pegiat literasi seorang guru di Jakarta sekaligus pengurus PGRI. Dalam silaturahmi virtual malam ini (18/5) oleh YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan) penerbit buku bayar seikhlasnya di Jakarta berkumpullah para pegiat literasi, yang menyuarakan hal sama......banyak membaca baik tersurat maupun tersirat dan menulislah.

Alhamdulillah di bulan Maret 2021 ini buku solo perdana saya terbit melalui YPTD ini dengan judul .” Menggerakkan Literasi Sekolah Mengangkat Martabat Siswa.” Insyaallah di bulan berikutnya saya bersama Bu Sri Sugiastuti atau Bu Kanjeng berinisiatip menulis buku antologi berjudul,:Menggerakkan Literasi Mencerdaskan Generasi.” Dalam proses semoga bisa terbit di Juni 2021 ini.

Jadi sekali lagi jadikan moment ini untuk menggerakkan siswa dan keluarga untuk membaca dan menulis agar bisa dijadikan buku,  Selanjutnya buku akan disimpan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Karena setiap buku karya yang diterbitkan di Indonesia akan diterbitkan ISBN-nya oleh Perpustakaan nasional sebagai lembaga yang berwenang. Buku itu menjadi bernilai abadi karena dilindungi oleh negara.

Blitar, 18 Mei 2021

By. hariyanto

3 komentar:

  1. Salam literasi selalu semangat untuk budayakan literasi dimanapun kita berada. Selanat hari buku nasional dan hut ke 41 Perpussnas.semoga selalu jaya membawa Indonesia maju

    BalasHapus
  2. Meningkatkan literasi baca tulis mendapat tantangan tersendiri di masa pandemi. Selamat Pak atas terbitnya buku. Menjadi satu kontribusi di hari buku nasional.

    BalasHapus
  3. Meningkatkan minat baca ditengah gempuran teknologi digital merupakan tantangan tersendiri. Saya garis bawahi tulisan bpk "krisis literasi dasar" .
    Semoga kita semua dapat menjadi pengerak literasi dilingkungan kita semua. Selamat Pak, atas lahirnya buku solo. Keren

    BalasHapus