Sabtu, 15 Mei 2021

Kisah Mengawal Sebuah Buku Antologi

 



Teruslah Menggerakkan Literasi

 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia(3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)." (QS. Al-Alaq1-5)

Begitulah Surat pertama kali turunnya Al Quran yang mulia itu. Sungguh menakjubkan bahwa sesungguhnya dalam pengertian harfiah maupun tersirat kita umat manusia sesungguhnya ditugaskan untuk membaca, dan dalam ayat selanjutnya juga diperintahkan menulis. Ada ayat literasi disana. Bahwa seseorang dituntut selalu belajar, membelajarkan (mengajar) dan menuliskannya.

Alhamdulillah selesai menerbitkan  buku solo berjudul .”Menggerakkan Literasi Sekolah, Mengangkat Martabat Siswa,” saya bersama Ibu Sri Sugiastuti beritikad meneruskan dengan menulis buku antologi , “ Menggerakkan Literasi  Mencerdaskan Generasi ( Antologi Pegiat Literasi Berbagi dan Beraksi ).”  Pesertanya  29 penulis hebat se Nusantara. Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Sumatera , Jawa,  NTT,  dan Madura.,  Mereka para penulisnya berusaha menggambarkan gerakan penuh semangat di masing-masing sekolahnya dalam literasi dasar baca tulis.

 

Tantangan menulis  Antologi kali ini adalah tantangan bergengsi. Ada dua misi sekaligus yang diemban penulisnya, pertama membawa nama sekolah, kedua misi mulia  menggerakkan literasi sekolah dan mencerdaskan generasi. Saya menemukan banyak hal luar biasa dalam tulisan mereka disini.

 

Untuk menuliskan literasi sekolah, harus ada sudut pandang yang sama yaitu  minat baca yang kurang pada anak didik kita umumya. Pandangan ini sesuai temuan survey PISA., bahwa negeri kita menghadapi namanya “krisis literasi.”  Literasi apa saja, tetapi yang paling mendasar  literasi ini adalah literasi baca tulis. Sense of crisis harus melekat di hati pegiat literasi.

 

Sebagai tindaklanjut antisipasi Pemerintah maka  kurikulum saat ini mengarah  adanya  AKM ( Assesmen Kompetensi Minimal) di setiap sekolah. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi.

 

Dari sini kita bisa memahami konsep dasar literasi membaca, yang bertujuan akhir mengembangkan kapasitas individu agar berkontribusi positip kepada masyarakatnya. Ini artinya jika literasi sukses maka masyarakat sukses.

Logika berpikir demikian harus dipahami oleh para pegiat literasi yang termasuk guru, Kepala Sekolah, Aktivis pendidik, dan para keluarga yaitu orangtua dari siswa.

Memang literasi banyak jenisnya. Ada beberapa disamping literasi baca tulis  sedikitnya 5 literasi  antara lain, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital dan literasi budaya. Namun adalah literasi baca tulislah sebagai dasar dari semua literasi itu dan sudah berkembang pengertiannya sedemikian rupa saat ini.

Cakupan kemampuan literasi baca tulis sudah bukan sekedar bisa membaca alias melek huruf lagi tetapi  meliputi: 1. Pengetahuan dan kecakapan untuk membaca 2. Menulis 3. Mencari 4. Menelusuri 5. Mengolah dan memahami informasi untuk menganalisis Menanggapi 6. Menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan 7. Mengembangkan pemahaman dan potensi 8. Berpartisipasi di lingkungan sosial. Begitu luas cakupannya dan begitu penting posisinya literasi baca tulis itu sehingga sangat tepat untuk  dikembangkan dengan penuh semangat di setiap sekolah. Itu tidak mudah tentunya.

Apakah gerakan literasi sekolah ini sebuah impian ?

Ibu Emi Sudarwati guru SMP di Bojonegoro peraih inobel bidang Muatan Lokal Bahasa Daerah  pada tahun 2017  menjawab  bahwa literasi sekolah bukan mimpi. Literasi itu hidup dan harus dibangun dengan sepenuh hati, secara terus menerus dan sambil memasukkan nilai-nilai karakter baik untuk kehidupan di abad ini. Beliau sudah membuktikan mampu menulis ratusan buku bersama siswa-siswanya.

 

Jangan ragu memajukan literasi sekolah. Banyak ide yang bisa dibangun mengawali gerakan literasi sekolah. Bisa melalui gerakan literasi kelas (GLK) bisa dari kepeloporan Kepala Sekolah untuk memulainya bisa dengan menggabungkan menghafal kitab suci, bisa dengan kegiatan membaca 30 menit setiap hari, mengapresiasi karya guru dan siswa, dan jalan lainnya. Menggerakkan literasi sekolah berdimensi dunia akhirat.

 

Setidaknya buku ini memberikan bimbingan ke arah yang nyata dari hasil kegiatan Literasi Sekolah yang telah dialami oleh beberapa sekolah.

Salam Literasi

 

Blitar, 15 Mei 2021

hariyanto

 

 

6 komentar:

  1. Semoga buku yg diterbitkan bermanfaat utk semua dan mampu menggerakkan literasi di Indonesia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Terimkakasih Om Jay atas doa dan harapannya.

      Hapus
  2. Catatan yang menarik. Lanjut, Pak Har

    BalasHapus
  3. Keren... Master Haryanto, trimks shshare ilmu dan pengalamannya luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Bu sudah mampir. salam literasi

      Hapus