Teruslah
Menggerakkan Literasi
"Bacalah dengan (menyebut)
nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia(3), Yang mengajar (manusia) dengan
pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)."
(QS. Al-Alaq: 1-5)
Begitulah
Surat pertama kali turunnya Al Quran yang mulia itu. Sungguh menakjubkan bahwa
sesungguhnya dalam pengertian harfiah maupun tersirat kita umat manusia sesungguhnya
ditugaskan untuk membaca, dan dalam ayat selanjutnya juga diperintahkan
menulis. Ada ayat literasi disana. Bahwa seseorang dituntut selalu belajar,
membelajarkan (mengajar) dan menuliskannya.
Alhamdulillah selesai menerbitkan buku solo berjudul .”Menggerakkan Literasi
Sekolah, Mengangkat Martabat Siswa,” saya bersama Ibu Sri Sugiastuti beritikad
meneruskan dengan menulis buku antologi , “ Menggerakkan Literasi Mencerdaskan Generasi ( Antologi Pegiat
Literasi Berbagi dan Beraksi ).”
Pesertanya 29 penulis hebat se
Nusantara. Mereka berasal dari berbagai daerah, seperti Sumatera , Jawa, NTT,
dan Madura., Mereka para
penulisnya berusaha menggambarkan gerakan penuh semangat di masing-masing
sekolahnya dalam literasi dasar baca tulis.
Tantangan menulis Antologi kali ini adalah tantangan bergengsi.
Ada dua misi sekaligus yang diemban penulisnya, pertama membawa nama sekolah, kedua misi mulia menggerakkan literasi sekolah dan mencerdaskan
generasi. Saya menemukan banyak hal luar biasa dalam tulisan mereka disini.
Untuk menuliskan literasi sekolah, harus
ada sudut pandang yang sama yaitu minat
baca yang kurang pada anak didik kita umumya. Pandangan ini sesuai temuan
survey PISA., bahwa negeri kita menghadapi namanya “krisis literasi.” Literasi apa saja, tetapi yang paling
mendasar literasi ini adalah literasi
baca tulis. Sense of crisis harus melekat di hati pegiat literasi.
Sebagai tindaklanjut antisipasi Pemerintah maka kurikulum saat ini mengarah adanya
AKM ( Assesmen Kompetensi Minimal) di setiap sekolah. Terdapat dua
kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika
(numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai
mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar
menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan
memilah serta mengolah informasi.
Dari sini kita bisa memahami konsep dasar literasi membaca,
yang bertujuan akhir mengembangkan kapasitas individu agar berkontribusi positip
kepada masyarakatnya. Ini artinya jika literasi sukses maka masyarakat sukses.
Logika berpikir demikian harus dipahami oleh para pegiat
literasi yang termasuk guru, Kepala Sekolah, Aktivis pendidik, dan para
keluarga yaitu orangtua dari siswa.
Memang literasi banyak jenisnya. Ada beberapa
disamping literasi baca tulis sedikitnya
5 literasi antara lain, literasi
numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital dan literasi
budaya. Namun adalah literasi baca tulislah sebagai dasar dari semua literasi
itu dan sudah berkembang pengertiannya sedemikian rupa saat ini.
Cakupan kemampuan literasi baca tulis sudah bukan
sekedar bisa membaca alias melek huruf lagi tetapi meliputi: 1. Pengetahuan dan kecakapan untuk
membaca 2. Menulis 3. Mencari 4. Menelusuri 5. Mengolah dan memahami informasi
untuk menganalisis Menanggapi 6. Menggunakan teks tertulis untuk mencapai
tujuan 7. Mengembangkan pemahaman dan potensi 8. Berpartisipasi di lingkungan
sosial. Begitu luas cakupannya dan begitu penting posisinya literasi baca tulis
itu sehingga sangat tepat untuk
dikembangkan dengan penuh semangat di setiap sekolah. Itu tidak mudah
tentunya.
Apakah gerakan literasi sekolah ini sebuah impian ?
Ibu Emi Sudarwati guru SMP di Bojonegoro
peraih inobel bidang Muatan Lokal Bahasa Daerah
pada tahun 2017 menjawab bahwa literasi sekolah bukan mimpi. Literasi
itu hidup dan harus dibangun dengan sepenuh hati, secara terus menerus dan
sambil memasukkan nilai-nilai karakter baik untuk kehidupan di abad ini. Beliau
sudah membuktikan mampu menulis ratusan buku bersama siswa-siswanya.
Jangan ragu memajukan literasi sekolah.
Banyak ide yang bisa dibangun mengawali gerakan literasi sekolah. Bisa melalui
gerakan literasi kelas (GLK) bisa dari kepeloporan Kepala Sekolah untuk
memulainya bisa dengan menggabungkan menghafal kitab suci, bisa dengan kegiatan
membaca 30 menit setiap hari, mengapresiasi karya guru dan siswa, dan jalan
lainnya. Menggerakkan literasi sekolah berdimensi dunia akhirat.
Setidaknya buku ini memberikan bimbingan
ke arah yang nyata dari hasil kegiatan Literasi Sekolah yang telah dialami oleh
beberapa sekolah.
Salam Literasi
Blitar, 15 Mei 2021
hariyanto
Semoga buku yg diterbitkan bermanfaat utk semua dan mampu menggerakkan literasi di Indonesia
BalasHapusAamiin. Terimkakasih Om Jay atas doa dan harapannya.
HapusCatatan yang menarik. Lanjut, Pak Har
BalasHapusTerimkasih Prof. Siap Melanjutkan
HapusKeren... Master Haryanto, trimks shshare ilmu dan pengalamannya luar biasa.
BalasHapusTerimakasih Bu sudah mampir. salam literasi
Hapus