Jumat, 14 Mei 2021

Belajar Pentigraf dari Sang Guru

 


Saat event perayaan 5 tahun KPI (Kampung Pentigraf Indonesia) yang diasuh oleh Prof. Tengsoe Tjahjono sang Guru pencetus Pentigraf saya ikut serta. Alhamdulillah keikutsertaan ini menambah wawasan baru tentang ilmu menulis pentigraf. Sedikitnya ada pencerahan didalamnya. Beberapa hal penting menjadi catatan bagi peserta lomba menulis pentigraf kali ini dengan tema : Pahlawan Di Sekitarku.

Seru lomba menulis bareng ini. Setiap peserta diminta mengirim sedikitnya 3 karya pentigraf. Sebelum dibukukan menjadi satu antologi , karya itu di kurasi dulu, sehingga ada seleksi mana yang lolos dan tidak.

Hari ini dengan perasaan berdebar, begitu rerata pengirim naskah menyampaikan kesannya. Kami semua membaca hasil kurasi yang diumumkan hari ini Jumat, 14 Mei 2021. Masih suasana lebaran Idul Fitri 1442 H, tentu menjadi hari yang penuh sukacita. Sehingga yang lolos semakin bahagia, yang belum lolos pun masih lega (setengah kecewa terkadang). Tetapi sesungguhnya tetap bersyukur mendapat ilmu tambahan yang mendalam.

Ilmu pentigraf ini sebenarnya sudah umum. Tetat[i ketika ada semacam lomba sering dilanggar entah dengan sadar atau tidak. Antara lain keharusan tidak lebih 210 kata sering ditulis lebih. Karya pentigraf adalah bentuk karya fiksi walau pun sering berdasar realitas. Masih sering terjadi menggambarkan cerita yang jika bertema pahlawan cenderung menggambarkan  apa adanya seseorang yang berjasa dan lain sebagainya dengan urutan yang kadang tidak logis atau dibuat-buat. Kok bisa ?

Bisakah menceritakan “pahlawan” tanpa menggunakan kata ‘pahlawan?”

Sesungguhnya karya pentigraf adalah suatu realitas yang diceritakan kembali dalam bentuk sastra yang baru sama sekali dengan diselingi imaginasi dan tetap dalam cerita logis. Hal ini sudah menjadi patokan umum, tetapi sering penulis terjebak untuk bercerita apa adanya berurutan, tanpa memberikan konflik atau ending yang bagus.

Semakin tidak jelas teorinya ini. Ngelantur ya ? Daripada melantur kemana-mana berikut saya kutipkan catatan kecil sang Kurator dari sang Guru di Kampung Pentigraf Indonesia. Kitab Pentigraf kali ini berjudul: Nama-Nama yang Ditulis di Batu Karang.

Berisi: 137 penulis, 223 pentigraf ( Ini yang lolos termasuk aku hehehe...)

Ini catatan sebelum final kurasinya : Catatan Singkat

Proses kurasi Pentigraf Pahlawan di sekitarku masih berlangsung. Hanya sudah bisa saya tuliskan beberapa catatan bagi pentigraf yang kurang atau tidak berhasil.

1. Dari segi bentuk: masih ada yang lebih dari 210 kata dan dialog di tiap paragraf.

2. Dari segi isi: tema pahlawan ini banyak menjebak para penulis untuk menulis rangkuman tentang profil pahlawan, bukan fiksi-narasi.

3. Banyak ending yang terkesan dibuat-buat, tidak wajar dan natural. Tokoh yang perlu uang, tiba-tiba ada yang memberi uang. Anak kecil pengamen, tiba-tiba diajak produser, lalu sukses. Dan lain-lain. Cerita memang DIBUAT tetapi TIDAK DIBUAT-BUAT. Cerita memang TIDAK TERJADI tetapi MUNGKIN BISA TERJADI. Logika penting juga dalam pentigraf.

 

Salam 3 Jari

Berikut kesan dari salah satu peserta :

Penyegaran ilmu dari Prof Tengsoe yang kubaca di sini, lalu kucoba praktikkan (ulang) perlahan-lahan. Alih-alih membaca kiriman pentigrafku yang bikin deg-degan kepyar-kepyar, sebelum pengumuman.

Nah, izin menceritakannya di sini, boleh ya.

Jadi, beberapa hari lalu aku mencatat deskripsi sebuah realitas. Kasus tentu saja.

Catatan itu kubaca ulang, biasa saja. Hanya catatan kasus seperti biasa.

Lalu, kumainkan imajinasi membuat realitas baru dalam fiksi.

Aihhh... Baru satu paragraf pendek, jantung berdegup kemepyar beneerrr...

Jadi kesimpulanku:

Deskripsi tentang suatu realitas, sedikit banget melibatkan rasa.

Tapi menulisnya dalam realitas baru berbentuk fiksi, perasaan ikut hanyuuuttt... Bener ngga praktikku?

 (Setidaknya itu juga pengalaman saya)

Akhir penantian tibalah saatnya diumumkan hasil kurasi hari ini, berikut catatan kecilnya :

 HASIL KURASI KITAB PENTIGRAF “PAHLAWAN DI SEKITARKU”

Setelah proses kurasi yang cukup rumit, dengan memperhatikan:

1.        Kesesuaian tema dengan isi.

2.        Prinsip dalam penulisan pentigraf

3.        Tidak terdapat unsur SARA di dalamnya

4.        Prinsip pentigraf sebagai karya fiksi,

maka pentigraf yang lulus kurasi diputuskan sebagai berikut:

Abbas Abdurrahman

DI BALIK PUING

BOCAH-BOCAH

Achmad Sochib

POLWAN TAMY

BUNDA TARI

Agus Haes

KANG KARYO TUNGGAK

PILIHAN TERAKHIR

Agustina Pujiastuti

IBU PEMILIK WARUNG

Agustinus Indradi

PAHLAWAN TANPA …

AYAH YANG BAIK BAGI ANAK-ANAK dan seterusnya.  Sampai pada punyaku ,,,

Hariyani

KERANJANG BELANJA

KUCING DAN TUANNYA

Hariyanto

BU SRI PERAWAT TAMAN

Yah lolos cuma satu judul. Tapi Alhamdulillah masih bisa lolos dari pada tidak. Karena pengirim naskah sebanyak 166 ternyata lolos kurasi tinggal 137 saja.

Mau tahu Pentigrafku yang lolos itu ? Inilah modelnya:

Pentigraf  Bu Sri Perawat Taman

 

 

Orang pasti tidak menyangka kalau beliau seorang guru, karena setiap pagi sebelum pembelajaran beliau melepas sepatu, berganti sandal biasa dan dengan sebuah pisau memangkas beberapa daun di  taman sekolah. Pekerjaan itu dilakukan setiap hari bahkan setiap jam kosong ketika istirahat. Semua tanaman di sekolah seolah menjadi taman di rumahnya sendiri. Semua tanaman tidak lepas dari sentuhan tangannya.

 

Pandangan  Anton siang ini mengarah pada pot bunga di depannya. Lama duduk di kursi teras kantor,  mengamati pot bunga Kuping Gajah. Daunnya  lebar ada 5 buah, masih hijau namun kelihatan suram agak berdebu. Tanah di bawahnya juga mulai mengering kurang siraman air. Hemmm,....dia merasa bersalah telah berpikir salah tentang Bu Sri. Buang-buang waktu, selalu berkutat dengan tanaman. Dia pun acap menyindir dengan pekerjaannya yang tidak perlu. Biarkan saja, kenapa harus dirawat kan ada penjaga sekolah. Itu yang sering disarankan kepada Bu Sri 5 bulan lalu, yang kini sudah pensiun.

 

Hari ini seperti ada satu penyesalan di dada Anton. Kepala Sekolah muda itu memperhatikan daun Kuping Gajah kusam, dengan wajah kusam. Rumput pun mulai tumbuh disela akar, tidak banyak tetapi mengganggu pemandangan. “Maafkan saya Bu Sri.” Anton mendesah panjang, membayangkan wajah Bu Sri. Beliau bagaikan dewi Sri penjaga tanaman padi, yang baru dia sadari.

 

Blitar, 14 Mei 2021

By.hariyanto

Catatan : Selamat Juga buat Mr. Beje yang lolos kurasi pentigrafnya, Kepada Semua sahabat Lagerunal SELAMAT HARI RAYA IDUL FITR 1442 H Mohon Maah Lahir Batin

10 komentar:

  1. Selamat Pak semoga bisa menularkan ilmu pentigrafnya. Ditunggu.

    BalasHapus
  2. Bagus banget ceritanya, terima kasih ilmunya. Kapan-kapan bolehkah kita diajak belajar dengan Prof Tengsoe Tjahjono? Selamat juga atas keberhasilannya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih apresiasinya. Untuk belajar sesama penulis Pentigraf bisa gabung di FB KPI Kampung Pentigraf Indonesia asuhan Prof. tengsoe

      Hapus
  3. Wah selamat pak Hari sudah ada yg masuk pentigrafnya. Sy harus bljar jg

    BalasHapus
  4. Keren Pak..sebagai penikmat pentigraf saya merwsa beruntung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Bu Kanjeng.... Salam literasi

      Hapus