Saat event perayaan 5 tahun KPI (Kampung Pentigraf Indonesia)
yang diasuh oleh Prof. Tengsoe Tjahjono sang Guru pencetus Pentigraf saya ikut
serta. Alhamdulillah keikutsertaan ini menambah wawasan baru tentang ilmu
menulis pentigraf. Sedikitnya ada pencerahan didalamnya. Beberapa hal penting
menjadi catatan bagi peserta lomba menulis pentigraf kali ini dengan tema :
Pahlawan Di Sekitarku.
Seru lomba menulis bareng ini. Setiap peserta diminta
mengirim sedikitnya 3 karya pentigraf. Sebelum dibukukan menjadi satu antologi
, karya itu di kurasi dulu, sehingga ada seleksi mana yang lolos dan tidak.
Hari ini dengan perasaan berdebar, begitu rerata pengirim
naskah menyampaikan kesannya. Kami semua membaca hasil kurasi yang diumumkan
hari ini Jumat, 14 Mei 2021. Masih suasana lebaran Idul Fitri 1442 H, tentu
menjadi hari yang penuh sukacita. Sehingga yang lolos semakin bahagia, yang
belum lolos pun masih lega (setengah kecewa terkadang). Tetapi sesungguhnya
tetap bersyukur mendapat ilmu tambahan yang mendalam.
Ilmu pentigraf ini sebenarnya sudah umum. Tetat[i ketika ada
semacam lomba sering dilanggar entah dengan sadar atau tidak. Antara lain
keharusan tidak lebih 210 kata sering ditulis lebih. Karya pentigraf adalah
bentuk karya fiksi walau pun sering berdasar realitas. Masih sering terjadi
menggambarkan cerita yang jika bertema pahlawan cenderung menggambarkan apa adanya seseorang yang berjasa dan lain
sebagainya dengan urutan yang kadang tidak logis atau dibuat-buat. Kok bisa ?
Bisakah menceritakan “pahlawan” tanpa menggunakan kata ‘pahlawan?”
Sesungguhnya karya pentigraf adalah suatu realitas yang
diceritakan kembali dalam bentuk sastra yang baru sama sekali dengan diselingi
imaginasi dan tetap dalam cerita logis. Hal ini sudah menjadi patokan umum,
tetapi sering penulis terjebak untuk bercerita apa adanya berurutan, tanpa
memberikan konflik atau ending yang bagus.
Semakin tidak jelas teorinya ini. Ngelantur ya ? Daripada
melantur kemana-mana berikut saya kutipkan catatan kecil sang Kurator dari sang
Guru di Kampung Pentigraf Indonesia. Kitab Pentigraf kali ini berjudul:
Nama-Nama yang Ditulis di Batu Karang.
Berisi: 137 penulis, 223 pentigraf ( Ini yang lolos termasuk
aku hehehe...)
Ini catatan sebelum final kurasinya : Catatan Singkat
Proses kurasi Pentigraf Pahlawan di sekitarku masih
berlangsung. Hanya sudah bisa saya tuliskan beberapa catatan bagi pentigraf
yang kurang atau tidak berhasil.
1. Dari segi bentuk: masih ada yang lebih dari 210 kata dan
dialog di tiap paragraf.
2. Dari segi isi: tema pahlawan ini banyak menjebak para
penulis untuk menulis rangkuman tentang profil pahlawan, bukan fiksi-narasi.
3. Banyak ending yang terkesan dibuat-buat, tidak wajar dan
natural. Tokoh yang perlu uang, tiba-tiba ada yang memberi uang. Anak kecil pengamen,
tiba-tiba diajak produser, lalu sukses. Dan lain-lain. Cerita memang DIBUAT
tetapi TIDAK DIBUAT-BUAT. Cerita memang TIDAK TERJADI tetapi MUNGKIN BISA
TERJADI. Logika penting juga dalam pentigraf.
Salam 3 Jari
Berikut kesan dari salah satu peserta :
Penyegaran ilmu dari Prof Tengsoe yang kubaca di sini, lalu
kucoba praktikkan (ulang) perlahan-lahan. Alih-alih membaca kiriman pentigrafku
yang bikin deg-degan kepyar-kepyar, sebelum pengumuman.
Nah, izin menceritakannya di sini, boleh ya.
Jadi, beberapa hari lalu aku mencatat deskripsi sebuah
realitas. Kasus tentu saja.
Catatan itu kubaca ulang, biasa saja. Hanya catatan kasus
seperti biasa.
Lalu, kumainkan imajinasi membuat realitas baru dalam fiksi.
Aihhh... Baru satu paragraf pendek, jantung berdegup kemepyar
beneerrr...
Jadi kesimpulanku:
Deskripsi tentang suatu realitas, sedikit banget melibatkan
rasa.
Tapi menulisnya dalam realitas baru berbentuk fiksi, perasaan
ikut hanyuuuttt... Bener ngga praktikku?
(Setidaknya itu juga
pengalaman saya)
Akhir penantian tibalah saatnya diumumkan hasil kurasi hari
ini, berikut catatan kecilnya :
HASIL KURASI KITAB
PENTIGRAF “PAHLAWAN DI SEKITARKU”
Setelah proses kurasi yang cukup rumit, dengan memperhatikan:
1. Kesesuaian
tema dengan isi.
2. Prinsip dalam
penulisan pentigraf
3. Tidak terdapat
unsur SARA di dalamnya
4. Prinsip
pentigraf sebagai karya fiksi,
maka pentigraf yang lulus kurasi diputuskan sebagai berikut:
Abbas Abdurrahman
DI BALIK PUING
BOCAH-BOCAH
Achmad Sochib
POLWAN TAMY
BUNDA TARI
Agus Haes
KANG KARYO TUNGGAK
PILIHAN TERAKHIR
Agustina Pujiastuti
IBU PEMILIK WARUNG
Agustinus Indradi
PAHLAWAN TANPA …
AYAH YANG BAIK BAGI ANAK-ANAK dan seterusnya. Sampai pada punyaku ,,,
Hariyani
KERANJANG BELANJA
KUCING DAN TUANNYA
Hariyanto
BU SRI PERAWAT TAMAN
Yah lolos cuma satu judul. Tapi Alhamdulillah masih bisa
lolos dari pada tidak. Karena pengirim naskah sebanyak 166 ternyata lolos
kurasi tinggal 137 saja.
Mau tahu Pentigrafku yang lolos itu ? Inilah modelnya:
Pentigraf Bu
Sri Perawat Taman
Orang pasti
tidak menyangka kalau beliau seorang guru, karena setiap pagi sebelum
pembelajaran beliau melepas sepatu, berganti sandal biasa dan dengan sebuah
pisau memangkas beberapa daun di taman
sekolah. Pekerjaan itu dilakukan setiap hari bahkan setiap jam kosong ketika
istirahat. Semua tanaman di sekolah seolah menjadi taman di rumahnya sendiri.
Semua tanaman tidak lepas dari sentuhan tangannya.
Pandangan Anton siang ini mengarah pada pot bunga di
depannya. Lama duduk di kursi teras kantor,
mengamati pot bunga Kuping Gajah. Daunnya lebar ada 5 buah, masih hijau namun kelihatan
suram agak berdebu. Tanah di bawahnya juga mulai mengering kurang siraman air.
Hemmm,....dia merasa bersalah telah berpikir salah tentang Bu Sri. Buang-buang
waktu, selalu berkutat dengan tanaman. Dia pun acap menyindir dengan
pekerjaannya yang tidak perlu. Biarkan saja, kenapa harus dirawat kan ada
penjaga sekolah. Itu yang sering disarankan kepada Bu Sri 5 bulan lalu, yang
kini sudah pensiun.
Hari ini
seperti ada satu penyesalan di dada Anton. Kepala Sekolah muda itu
memperhatikan daun Kuping Gajah kusam, dengan wajah kusam. Rumput pun mulai
tumbuh disela akar, tidak banyak tetapi mengganggu pemandangan. “Maafkan saya
Bu Sri.” Anton mendesah panjang, membayangkan wajah Bu Sri. Beliau bagaikan
dewi Sri penjaga tanaman padi, yang baru dia sadari.
Blitar, 14 Mei 2021
By.hariyanto
Catatan : Selamat Juga buat Mr. Beje yang lolos kurasi pentigrafnya, Kepada Semua sahabat Lagerunal SELAMAT HARI RAYA IDUL FITR 1442 H Mohon Maah Lahir Batin
Selamat ya pak.
BalasHapusTerima kasih Bu. Salam literasi
HapusSelamat Pak semoga bisa menularkan ilmu pentigrafnya. Ditunggu.
BalasHapusAamiin. Salam literasi Bu
HapusBagus banget ceritanya, terima kasih ilmunya. Kapan-kapan bolehkah kita diajak belajar dengan Prof Tengsoe Tjahjono? Selamat juga atas keberhasilannya
BalasHapusTerima kasih apresiasinya. Untuk belajar sesama penulis Pentigraf bisa gabung di FB KPI Kampung Pentigraf Indonesia asuhan Prof. tengsoe
HapusWah selamat pak Hari sudah ada yg masuk pentigrafnya. Sy harus bljar jg
BalasHapusIya Bu....salam.literasi
BalasHapusKeren Pak..sebagai penikmat pentigraf saya merwsa beruntung
BalasHapusTerima kasih Bu Kanjeng.... Salam literasi
Hapus