Senin, 19 April 2021

Sekilas Prakata Antologi Literasi Sekolah

 


Alhamdulillah selesai menerbitkan  buku solo berjudul .”Menggerakkan Literasi Sekolah, Mengangkat Martabat Siswa,” saya meneruskan jalannya menuju buku antologi , “ Menggerakkan Literasi Sekolah Mencerdaskan Bangsa.” Ajakan menulis ini sudah saya rilis hampir satu bulan yang lalu, kini DL nya kurang 6 hari dari saat ini yaitu pada 25 April 2021 nanti.

Secara materi sebenarnya sudah cukup pesertanya saat ini mencapai 35 penulis hebat se Nusantara. Karena memang ada yang dari luar Jawa, seperti Berau Kalimantan Timur, Ada dari Sumbawa, dan juga dari Pekanbaru Riau. Dan Sumenep Madura. Hebatnya pula disamping ada penulis pemula, justeru sebagian besar yang  masuk adalah penulis buku, baik solo maupun antologi. Luar biasa mereka menuliskan dengan sudut pandang yang berbeda namun menuju sasaran bidiknya. Literasi sekolah mendidik siswa mencerdaskan bangsa.

Masih ada waktu 6 hari ke depan, tetapi sudah ada 11 naskah masuk. Lainnya masih ditunggu. Saya memaklumi mereka, karena sebagian besar adalah seorang guru yang sedang sibuk dengan tugasnya. Mereka penulis sebagian besar sedang bertugas mendidik siswa, dan sesekali menyempatkan diri menyelesaikan tulisannya.

Tantangan menulis kali ini adalah tantangan bergengsi. Paling tidak itulah penilaian saya pribadi yang saat ini didapuk sebagai kurator oleh editor kawakan Ibu Sri Sugiastuti. Ini pengalaman pertama saya, namun sangat menantang dan menggembirakan. Saya bisa melihat dan sekaligus mengedit setiap naskah yang masuk sebelum diedit oleh editor.

Saya menemukan banyak hal luar biasa dalam kegiatan ini. Setidaknya dengan pijakan yang sama tentang Literasi Sekolah, ternyata mampu menggambarkan kegiatannnya dengan bagus sekali.

Untuk menuliskan masalah literasi sekolah, memang harus ada kesamaan konsep dasar. Dan itu yang terjadi, semua berawal dari kisah yang sama yaitu kegiatan literasi yang diawali dengan keprihatinan kondisi awal, tentang minat baca yang kurang pada siswa. Itu konsep lokalnya. Konsep nasionalnya adalah hasil survey PISA dan lembaga lain yang menyimpulkan bahwa siswa usia SD SMP di negeri ini masih rendah minat bacanya. Ini minat baca, bukan membaca. Jadi kita selalu menempati urutan bawah dalam hal ini.  Konsep ini hari dipahami sama oleh pegiat literasi, bahwa negeri kita menghadapi namanya “krisis literasi.”  Literasi apa saja, tetapi yang paling mendasar  literasi ini adalah literasi baca tulis.

Tidak heran kiranya saat ini kurikulum mengarah  adanya AKM ( Assesmen Kompetensi Minimal) . Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika (numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.

Literasi membaca didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi secara produktif kepada masyarakat.

Numerasi adalah kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.

Dari sini kita bisa memahami konsep dasar literasi membaca, yang bertujuan akhir mengembangkan kapasitas individu agar berkontribusi positip kepada masyarakatnya. Ini artinya jika literasi sukses maka bangsa pun akan maju dan semakin cerdas. Karena pekerjaan sehari-hari atas dasar pertimbangan kritis dan benar.

Dari sini bagaimana sikap mental seorang literat, siswa yang sadar membaca dan belajar dibentuk dari gerakan literasi sekolah. Jawabannya bermacam-macam seperti dalam antologi ini.

Intinya keberhasilan menggerakkan literasi sekolah, yaitu kegiatan literasi membaca dan menulis akan ikut serta mencerdaskan kehidupan  bangsa.

Logika berpikir demikian sudah sangat dipahami oleh para pegiat literasi yang di dalamnya ada guru, Kepala Sekolah, Aktivis pendidik, dan para keluarga yaitu orangtua dari siswa.

Karena itu dengan membaca beberapa naskah yang sudah masuk ini , semakin memperkuat saya sebagai kurator bahwa usaha literasi ini adalah jalan yang sangat tepat dan on the track istilahnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena hasil dari Gerakan Literasi Sekolah adalah siswa yang literat, yang mampu mengembangkan dirinya sepanjang hayat. Siswa jadi pembelajar sepanjang hayat.

Apakah gerakan literasi sekolah ini sebuah impian ?

Ibu Emi Sudarwati guru dari SMP di Bojonegoro perah inobel bidang SORAK (Seni, Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal) pada tahun 2015 dan menjawab semuanya bahwa literasi sekolah bukan mimpi. Literasi itu hidup dan harus dibangun dengan sepenuh hati, secara terus menerus dan sambil memasukkan nilai-nilai karakter baik untuk kehidupan di abad ini.

Jangan ragu memajukan literasi sekolah. Banyak ide yang bisa dibangun mengawali gerakan literasi sekolah. Bisa melalui gerakan literasi kelas (GLK) bisa dari kepeloporan Kepala Sekolah untuk memulainya bisa dengan menggabungkan menghafal kitab suci, bisa dengan kegiatan membaca 30 menit setiap hari, mengapresiasi karya guru dan siswa, dan berjuta jalan lainnya.

Para penulis dan pegiat literasi, silakan tulis apa saja yang ada dan telah dicoba disekolahnya untuk gerakan ini. Jangan ragu dan yakinlah bahwa Gerakan Literasi Sekolah mempunyai tujuan, visi misi yang amat mulai. Semangat ! dan Salam Literasi.

 

Blitar, 19 April 2021

By.hariyanto

 

17 komentar:

  1. Balasan
    1. Masih banyak sahabat lainnya. Salam Pak Salam literasi

      Hapus
  2. Kemantapan tekat dan kuatnya semangat sangat dibutuhkan. Maju terus pak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih dukungannya. Salam literasi Pak

      Hapus
  3. Alhamdulillah... Master Hariyanto, Keren... Semoga semua peserta bisa mengirim tulisan tepat waktu DL 25-04-2021.Semoga sukses dan lancar, Aamiin...

    BalasHapus
  4. Membaca tulisan pak Hariyanto, sayaa baru ngeh kalau masih ada tugas menulis yang belum saya setor, saya yang dari Sumbawa salah satu peserta yang belum setor naskahnya pak, mhn saya dimasukkan ke group

    BalasHapus
  5. Bersemangat sekali menuliskan pengalamannya Pak. Salut.

    BalasHapus
  6. Mantap semangat literasinya. Menjadi inspirasi menulis.

    BalasHapus
  7. Uniknya antologi itu memang menyatukan berbagai potensi menulis dari masing-masing orang.

    BalasHapus
  8. keren pak sudah jadi bukunya, semoga suskses terus Pak

    BalasHapus
  9. Wah keren banyak sekali buku yg dipersiapkan

    Mohon berkunjung di blog saya

    https://hernisbanah.blogspot.com/2021/04/sebutir-telur-asin-dalam-kenangan.html

    BalasHapus