Alhamdulillah selesai menerbitkan buku solo berjudul .”Menggerakkan Literasi
Sekolah, Mengangkat Martabat Siswa,” saya meneruskan jalannya menuju buku
antologi , “ Menggerakkan Literasi Sekolah Mencerdaskan Bangsa.” Ajakan menulis
ini sudah saya rilis hampir satu bulan yang lalu, kini DL nya kurang 6 hari
dari saat ini yaitu pada 25 April 2021 nanti.
Secara materi sebenarnya sudah cukup pesertanya saat
ini mencapai 35 penulis hebat se Nusantara. Karena memang ada yang dari luar
Jawa, seperti Berau Kalimantan Timur, Ada dari Sumbawa, dan juga dari Pekanbaru
Riau. Dan Sumenep Madura. Hebatnya pula disamping ada penulis pemula, justeru
sebagian besar yang masuk adalah penulis
buku, baik solo maupun antologi. Luar biasa mereka menuliskan dengan sudut
pandang yang berbeda namun menuju sasaran bidiknya. Literasi sekolah mendidik
siswa mencerdaskan bangsa.
Masih ada waktu 6 hari ke depan, tetapi sudah ada 11
naskah masuk. Lainnya masih ditunggu. Saya memaklumi mereka, karena sebagian
besar adalah seorang guru yang sedang sibuk dengan tugasnya. Mereka penulis
sebagian besar sedang bertugas mendidik siswa, dan sesekali menyempatkan diri
menyelesaikan tulisannya.
Tantangan menulis kali ini adalah tantangan bergengsi.
Paling tidak itulah penilaian saya pribadi yang saat ini didapuk sebagai
kurator oleh editor kawakan Ibu Sri Sugiastuti. Ini pengalaman pertama saya, namun
sangat menantang dan menggembirakan. Saya bisa melihat dan sekaligus mengedit setiap
naskah yang masuk sebelum diedit oleh editor.
Saya menemukan banyak hal luar biasa dalam kegiatan
ini. Setidaknya dengan pijakan yang sama tentang Literasi Sekolah, ternyata
mampu menggambarkan kegiatannnya dengan bagus sekali.
Untuk menuliskan masalah literasi sekolah, memang
harus ada kesamaan konsep dasar. Dan itu yang terjadi, semua berawal dari kisah
yang sama yaitu kegiatan literasi yang diawali dengan keprihatinan kondisi
awal, tentang minat baca yang kurang pada siswa. Itu konsep lokalnya. Konsep
nasionalnya adalah hasil survey PISA dan lembaga lain yang menyimpulkan bahwa
siswa usia SD SMP di negeri ini masih rendah minat bacanya. Ini minat baca,
bukan membaca. Jadi kita selalu menempati urutan bawah dalam hal ini. Konsep ini hari dipahami sama oleh pegiat
literasi, bahwa negeri kita menghadapi namanya “krisis literasi.” Literasi apa saja, tetapi yang paling
mendasar literasi ini adalah literasi
baca tulis.
Tidak heran kiranya saat ini kurikulum mengarah adanya AKM ( Assesmen Kompetensi Minimal) . Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan penilaian
kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan
kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Terdapat dua
kompetensi mendasar yang diukur AKM: literasi membaca dan literasi matematika
(numerasi). Baik pada literasi membaca dan numerasi, kompetensi yang dinilai
mencakup keterampilan berpikir logis-sistematis, keterampilan bernalar
menggunakan konsep serta pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan
memilah serta mengolah informasi. AKM menyajikan masalah-masalah dengan beragam
konteks yang diharapkan mampu diselesaikan oleh murid menggunakan kompetensi
literasi membaca dan numerasi yang dimilikinya. AKM dimaksudkan untuk mengukur
kompetensi secara mendalam, tidak sekedar penguasaan konten.
Literasi membaca
didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi,
merefleksikan berbagai jenis teks tertulis untuk mengembangkan kapasitas
individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia dan untuk dapat berkontribusi
secara produktif kepada masyarakat.
Numerasi adalah kemampuan
berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk
menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan
untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.
Dari sini kita bisa
memahami konsep dasar literasi membaca, yang bertujuan akhir mengembangkan
kapasitas individu agar berkontribusi positip kepada masyarakatnya. Ini artinya
jika literasi sukses maka bangsa pun akan maju dan semakin cerdas. Karena
pekerjaan sehari-hari atas dasar pertimbangan kritis dan benar.
Dari sini bagaimana sikap
mental seorang literat, siswa yang sadar membaca dan belajar dibentuk dari
gerakan literasi sekolah. Jawabannya bermacam-macam seperti dalam antologi ini.
Intinya keberhasilan
menggerakkan literasi sekolah, yaitu kegiatan literasi membaca dan menulis akan
ikut serta mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Logika berpikir demikian sudah
sangat dipahami oleh para pegiat literasi yang di dalamnya ada guru, Kepala
Sekolah, Aktivis pendidik, dan para keluarga yaitu orangtua dari siswa.
Karena itu dengan membaca
beberapa naskah yang sudah masuk ini , semakin memperkuat saya sebagai kurator
bahwa usaha literasi ini adalah jalan yang sangat tepat dan on the track
istilahnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Karena hasil dari Gerakan
Literasi Sekolah adalah siswa yang literat, yang mampu mengembangkan dirinya
sepanjang hayat. Siswa jadi pembelajar sepanjang hayat.
Apakah gerakan literasi
sekolah ini sebuah impian ?
Ibu Emi Sudarwati guru dari SMP di
Bojonegoro perah inobel bidang SORAK (Seni,
Olah Raga, Agama, bimbingan Konseling dan Muatan Lokal) pada tahun 2015 dan
menjawab semuanya bahwa literasi sekolah bukan mimpi. Literasi itu hidup dan
harus dibangun dengan sepenuh hati, secara terus menerus
dan sambil memasukkan nilai-nilai karakter baik untuk kehidupan di abad ini.
Jangan ragu memajukan literasi
sekolah. Banyak ide yang bisa dibangun mengawali gerakan literasi sekolah. Bisa
melalui gerakan literasi kelas (GLK) bisa dari kepeloporan Kepala Sekolah untuk
memulainya bisa dengan menggabungkan menghafal kitab suci, bisa dengan kegiatan
membaca 30 menit setiap hari, mengapresiasi karya guru dan siswa, dan berjuta
jalan lainnya.
Para penulis dan pegiat literasi,
silakan tulis apa saja yang ada dan telah dicoba disekolahnya untuk gerakan
ini. Jangan ragu dan yakinlah bahwa Gerakan Literasi Sekolah mempunyai tujuan,
visi misi yang amat mulai. Semangat ! dan Salam Literasi.
Blitar, 19 April 2021
By.hariyanto
Wah, banyak nih antologi Pak
BalasHapusMasih banyak sahabat lainnya. Salam Pak Salam literasi
HapusKemantapan tekat dan kuatnya semangat sangat dibutuhkan. Maju terus pak.
BalasHapusTerimakasih dukungannya. Salam literasi Pak
HapusAlhamdulillah... Master Hariyanto, Keren... Semoga semua peserta bisa mengirim tulisan tepat waktu DL 25-04-2021.Semoga sukses dan lancar, Aamiin...
BalasHapusMembaca tulisan pak Hariyanto, sayaa baru ngeh kalau masih ada tugas menulis yang belum saya setor, saya yang dari Sumbawa salah satu peserta yang belum setor naskahnya pak, mhn saya dimasukkan ke group
BalasHapusIya Bu ayo semangat
HapusBersemangat sekali menuliskan pengalamannya Pak. Salut.
BalasHapusTerimakasih pak D. Salam literasi
HapusMantap semangat literasinya. Menjadi inspirasi menulis.
BalasHapusTerimakasih salam literasi
HapusUniknya antologi itu memang menyatukan berbagai potensi menulis dari masing-masing orang.
BalasHapusBetul Bung Rizky. Salam literasi
Hapuskeren pak sudah jadi bukunya, semoga suskses terus Pak
BalasHapusProses Bu
HapusWah keren banyak sekali buku yg dipersiapkan
BalasHapusMohon berkunjung di blog saya
https://hernisbanah.blogspot.com/2021/04/sebutir-telur-asin-dalam-kenangan.html
Terimakasih Bun, Siap
Hapus