Parman masih duduk di kelas 3 SD. Dia kelihatan gelisah hari
ini ketika di kelasnya. Ada uneg-uneg yang ingin disampaikan kepada gurunya.
Sesuatu yang menurutnya tidak adil. Dia bertekad menyampaikan langsung kepada
walikelasnya.
Tiba saatnya waktu tepat untuk Parman. Saat istirahat di
ruangan kelas sepi, saat temannya pada keluar ruangan, Saat itu pula wali
kelasnya Pak Abdul di datanginya. Parman pun sambil menumpahkan airmatanya
menceritakan keadaan rumahnya yang jelek, masih terbuat dari bedek (anyaman bambu).
Dan yang paling sering diutarakan adalah mamaknya seorang yang miskin. Ujung
dari semua itu adalah Parman minta diberi bea siswa KIP seperti teman lainnya.
Pak Abdul berusaha menenangkan Parman. Setelah Parman reda
tangis dan selesai bicaranya maka dengan tersenyum pak Abdul menjelaskan. Semua
yang telah dijelaskan Parman adalah benar. Keadaan mamaknya memang kurang
berada jika ditilik dari keadaan rumah dan perabotan yang ada. Sambil tetap
tersenyum, wali kelas itu menjelaskan sesungguhnya yang dipanggil mamak saat
ini adalah ibu asuh saja yang memeliharanya sejak kecil. Kedua orang tua Parman
sesungguhnya adalah seorang berada karena ayahnya PNS kepala bagian
Pemerintahan, ibunya pedagang daging sapi di pasar. Mereka memang memberikan
pengasuhan kepada mamak Enim yang dianggap keluarganya sejak dulu.
Blitar, 5 April 2021
By hariyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar