Hari ini Rabu 28 April 2021 merupakan putaran ke 11 pelatihan
belajar menulis gelombang ke 18. Materi yang dibawakan adalah Penerbit Mayor. Kali ini sebagai nara
sumbernya adalah Edi S. Mulyanta, S.
Si., M.T. Beliau menjabat sebagai Publishing Consultant dan E-book Development
pada perusahaan Andi Publisher. Beliau kelahiran Yogyakarta pada tanggal 24 Mei
1969. Beliau memiliki banyak pengalaman kerja dan karya tulis buku yang sudah
diterbitkan. Beliau mempunyai web blog yang sangat dibutuhkan saati ni yaitu Weblog : http://bukudigital.my.id http://ebukune.my.id. Berbekal pendidikan
dengan gelar Magister S2 bidang Teknologi Informasi Fak. Elektro UGM Yogyakarta
2006 maka riwayat pekerjaan dan karya tulisnya tidak jauh dari tehnologi.
Inilah riwayat pekerjaannya :
1. Staff LitBang Komputer PT.
Wahana Semarang 1994-2000 2. Staff EDP PT. Sanggar Film Semarang 1995-2001 3.
Ka. Lab. Komputer STMIK Proactive Yogyakarta 2001-2002 4. Dosen Tamu Akademi
Teknologi Kulit Yogyakarta 2002 5. Staff Net Business PT. Bayu Indra Grafika
Yogyakarta 2002 6. Staff Litbang Penerbitan ANDI Jogjakarta 2003-2004 7.
Operasional Penerbit ANDI Jogjakarta 2004 – 2019 8. Publishing Consultant &
E-Book Development Penerbit Andi 2020- Sekarang 9. Founder Pasar Buku Digital
ebukune.my.id dan bukudigital.my.id 2020 - Sekarang
Sementara karyasudah tulisnya dalam bentuk buku antara lain :
1.How to make money in BIG DATA,
2021 2. Lebih Mahir Word 2019, Untuk Penulisan Ilmiah, 2019 3. Teknik Modern
Fotografi Digital 2007 4. Pengolahan Digital Image 2007 5. Menyusun Karya Tulis
Ilmiah Menggunakan MS Office Word, 2006 6. Special Workshop: Teknik Airbrush
Menggunakan Photoshop 2005 7. Menjadi Desainer Layout Andal dengan Adobe
InDesign 2005 8. Pengenalan Protokol Jaringan Wireless Komputer 2005 9. Kupas
Tuntas Ponsel Anda 2003 dll
Menurut pak Edi, dulu beliau adalah seorang penulis lepas
yang hidup dari menulis buku sampai akhirnya bergabung di Penerbit Andi. Beliau
sudah 20 tahun bergabung di penerbitan di Andi Publisher. Tentunya banyak
pengalaman beliau yang bisa dijadikan inspirasi bagi kami selaku peserta.
Masa pandemi yang melanda dunia sejak setahun yang lalu
ternyata juga berimbas pada dunia penerbitan buku. Akan tetapi, sejak bulan
Maret 2021, industri perbukuan sudah mulai bangkit kembali. Namun, ada berbagai
tantangan baru yang masih harus dihadapi oleh para pengusaha di bidang ini.
Tentunya bukanlah hal yang mudah untuk dilalui dan diselesaikan dalam jangka
waktu pendek.
Dunia penerbitan (mayor maupun minor) merupakan dunia bisnis
yang selalu bermuara pada keuntungan finansial. Tentu saja, setiap penerbit
memiliki idealisme di dalamnya berupa visi dan misi perusahaan yang tidak sama
dengan penerbit lainnya. Adapun outlet utama bisnis ini adalah pasar toko buku
meskipun tetap tidak bisa terlepas dari pasar di luar toko buku.
Mengenai sistem perbukuan di Indonesia telah diatur dengan
sangat rinci dalam Undang-undang Nomor 3 tahun 2017. Menurut Undang-undang
tersebut, sistem perbukuan merupakan tata kelola perbukuan yang dapat
dipertanggungjawabkan dan terpadu, mencakup pemerolehan naskah, penerbitan,
pencetakan, pengembangan buku elektronik, pendistribusian, penyediaan, dan
pengawasan buku.
Ada beberapa masalah dalam distribusi buku yaitu untuk
meningkatkan daya bisnis disamping dapat meningkatkan literasi baca di
Indonesia. Literasi adalah kemampuan untuk memaknai informasi secara kritis
sehingga setiap orang dapat mengakses ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai
upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Demikian arti makna menurut UU No 3
- 2017
Dilain pihak tugas penerbit adalah mendapatkan -Naskah- yang
tentunya dapat diproses menjadi buku untuk menghasilkan keuntungan, sehingga
bisnis penerbitan tersebut dapat berkembang dan meningkatkan literasi bagi masyarakat
secara umum.
Jadi, ada perbedaan antara naskah buku dengan buku dan ini
digambarkan dalam UU tentang perbukuan. Tugas penulis adalah menghasilkan
naskahbuku sesuai kriteria penerbit. Sementara penerbit mencari naskah buku
tersebut. Penerbit lalu menerbitkannya dalam bentuk buku atau digital sesuai
perkembangan zamannya.
Ada perbedaan antara naskah buku dan buku seperti dijelaskan
dalam UU perbukuan. Yaitu
1. Naskah buku adalah draf karya tulis dan/atau karya gambar
yang memuat bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
2. Buku adalah karya tulis dan/atau karya gambar yang
diterbitkan berupa cetakan berjilid atau berupa publikasi elektronik yang
diterbitkan secara tidak berkala.
Buku merupakan luaran atau outcome yang diakui oleh
Undang-undang sebagai syarat untuk memenuhi kewajiban Aparatur Sipil Negara
(ASN). Diantaranya adalah untuk kenaikan pangkat guru, dosen, maupun ASN di
instansi pemerintahan. Semakin banyak karya tulis yang dipublikasikan (termasuk
buku), maka ASN tersebut akan semakin cepat mencapai pangkat dan golongan yang
lebih tinggi.
Hal tersebut termaktub dalam Undang-undang Nomor 12 tahun
2012 pasal 46 ayat 2. Selanjutnya, diatur dalam Permenpan Nomor 26 tahun 2009
tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, ada di pasal 11 ayat c-2
mengenai publikasi buku ber-ISBN. Adapun manfaat ISBN dapat dilihat pada gambar
berikut. 1) Identitas sebuah buku, 2) Sarana promosi, 3) Alat pelancar arus
distribusi, 4) Sarana temu kembali informasi, 5) Mendapatkan AK bagi guru dan
dosen.
Mengingat begitu pentingnya ISBN bagi sebuah buku, maka semua
penerbit baik Mayor maupun Minor mempunyai tugas dan kreativitas untuk
mengebangkan buku ber ISBN.
Setiap penerbit diperbolehkan untuk mengajukan Nomor ISBN ke
perpustakaan nasional. Di dalam perkembangannya, perpustakaan nasional
memberikan penanda tertenu dalam ISBN untuk menunjukkan skala produksi
penerbitannya.
Skala produksi ini hanya menunjukkan kemampuan output buku
yang dihasilkan serta kemampuan distribusinya ke masyarakat luas. Semakin besar
output dan distribusinya, ISBN yang dikeluarkan oleh Perpusnas akan semakin
banyak. Akhirnya diberikan kode produksi buku di ISBN dalam bentuk Publications
Element Number.
Lebih jelasnya perbedaan skala produksi inilah berpengaruh
pada seri number ISBN dan inilah sesungguh yang menjadikan perbedaan selama ini
antara penerbit mayor dan minor, yaitu kekuatan distribusi sekaligus skala
produksi dan tergambar di ISBN . Sedangkan untuk visi dan misi penerbitan
semuanya sama yaitu mencari keuntungan bisnis, dan ada sisi idealisme di
dalamnya.
Aturan pemerintah, terkadang bergerak mengikuti dinamika
masyarakat. Karena banyaknya terbitan yang diajukan sebagai syarat Jabatan
Fungsional, akhirnya pemerintah terkadang memberikan syarat tertentu untuk
mempermudah klasifikasi pemberian nilai indeks di angka kredit. Sehingga
munculah penerbit skala mayor (nasional) dan skala regional saja.
Bahkan di luaran Pendidikan Tinggi, jelas mensyaratkan untuk
mendapatkan nilai angka kredit nasional harus diterbitkan di penerbit skala
nasional (minimal 3 propinsi kantor pemasaran). Hal ini tentunya ke depan akan
semakin diperbaiki, mengingat penerbitan buku saat ini sudah mengikuti
perkembangan teknologi yaitu penerbitan buku digital.
Beliau saat ini juga sedang mengembangkan penerbitan digital
di perusahaan kami, untuk mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin nyata
terlihat arahnya ke depan. Bapak ibu dapat melihat percontohan buku digital dan
proses pemasarannya di http://bukudigital.my.id atau dapat dilihat di http://ebukune.my.id . Ini adalah proyek percontohan pengembangan
buku digital kami dan proses pemasarannya
Penerbit kami saat ini sedang mencoba memperbaiki proses
distribusi materi dan literasi yang terhambat di era pandemi. Karena Toko Buku,
Sekolah, dan Kampus saat ini belum dapat menjadi saluran yang dapat diandalkan
dalam bisnis buku saat ini.
Silakan mencoba bertransaksi buku digital, supaya kita tidak
ketinggalan zaman, karena buku digital ini akan menyatukan mindset penerbit
mayor maupun minor, sehingga tidak ada lagi dikotomi hal tersebut. Yang ada
adalah penerbit dengan kekhasan visi dan misi masing-masing, saling mengisi
untuk meningkatkan literasi bangsa ini.
Dengan berlakunya PSBB dan pembatasan kegiatan masyarakat di
beberapa daerah, dengan otomatis Toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia
memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop dan terhenti sama sekali. Dari omzet
normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar
80-90% penurunannya. Outlet yang tertutup menjadikan beberapa penerbit ikut
terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara
langsung ke produksi buku hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan
naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.
Penerbit tentunya gamang dengan keadaan seperti ini,
mengingat suplai naskah masih berjalan bahkan tidak terimbas pandemi, akan
tetapi proses menjadikan menjadi sebuah komoditas buku yang bernilai ekonomi
sangat terhambat pandemi. Penerbit saat ini sedang mereposisi diri untuk tetap
bertahan, walaupun tentunya tidak akan mudah. Sehingga kami membuka
saluran-saluran promosi baru untuk masih tetap mengobarkan semangat literasi di
perbukuan.
Saluran-saluran digital dapat menjadi alternatif untuk tetap
berkembang mendistribusikan ilmu pengetahuan. Kami mencoba mengembangkan
channel TV Andi di Youtube, dan mengembangkan Production House Andi Academy,
untuk tetap mengobarkan semangat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui
penerbitan buku.
Bapak ibu dapat mencoba menawarkan naskah ke semua penerbit,
karena pada saat ini kondisi naskah di beberapa penerbit masih tetap terbuka
lebar. Yang menyulitkan adalah proses produksi dan pemasarannya..
Semoga ke depan, Toko Buku, Aktifitas Belajar Mengajar
kembali normal sehingga pasar buku dapat kembali menggeliat. Bapak ibu kami
sarankan tetap mengirimkan usulan naskah ke penerbit-penerbit baik skala mayor
maupun minor. Karena peluang itu akan selalu ada.
Ingat kembali bahwa sebagai guru. Bapak ibu dituntut untuk
menghasilkan outcomes atau luaran yang berdampak. Yaitu hasil tulisan buku yang
ber ISBN, supaya ilmu bapak-ibu tidak hilang ditelan zaman.
Seluruh penerbit di Indonesia memiliki wadah tersendiri yang
merupakan hasil bentukan pemerintah. Nama organisasinya adalah IKAPI (Ikatan
Penerbit Indonesia). Setiap penerbit diberi nomor keanggotan dari IKAPI. Nah,
Andi Publisher juga memiliki nomor tanda keanggotaan seperti di bawah ini
Kriteria yang harus dipenuhi untuk menerbitkan buku di
penerbit mayor dijelaskan dengan sangat detail oleh Pak Edi. Penulis terlebih
dahulu harus membuat proposal ke penerbit yang berisi harus besat tulisannya.
Lalu penerbit akan melihat tema, judul utama, outline tulisan, pesaing buku
dengan tema yang sama, dan positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan,
dan lain-lain).
Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib
sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat kami
katakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay ini dapat memberikan
angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru yang tangguh dan tidak cengeng
dengan penolakan penerbit. Akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan
tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya ditunggu kehadirannya
oleh pembaca dan penerbit tentunya.
Beliau menyatakan bahwa sesama penerbit mayor itu tidak terlalu
bersaing saat di pasar sebab mereka tidak saling tumpang tindih dalam memilih
materi terbitannya. Buku-buku yang telah diterbitkan oleh penerbit Andi
kebanyakan dari buku Perguruan Tinggi dan buku-buku SMK yang masih sangat
kurang di pasaran. Selain itu, mereka juga tetap menerbitkan buku-buku di luar
tema pendidikan seperti buku fiksi maupun non fiksi dengan tema umum.
Sejujurnya disampaikan oleh Pak Edi bahwa di masa pandemi ini
penerbit Andi juga terus berusaha survive. Caranya, dengan mengandalkan
media-media sosial online, bekerjasama dengan sekolah, kampus, institusi,
maupun pemerintahan untuk teta mempertahankan terbitannya.
Penanya keenam menanyakan tentang defenisi buku yang baik
sehingga bisa lolos dan diterbitkan oleh penerbit mayor. Pak Edi langsung
memberikan sebuah gambar sebagai jawaban dan memberikan penjelasan yang rinci.
Sebuah buku yang baik menurut pak Edi adalah buku yang
dipersiapkan naskahnya oleh penulis. Adapun kesatuan penyajian dan
pembahasaannya dibantunoleh pihak penerbit. Dalam hal ini harus ada kerjasama
dan komunikasi yang baik antara penulis dengan penerbit.
Sebisa mungkin penulis melakukan penyuntingan mandiri
terhadap draf naskahnya. Mulai dari segi tipografi, kesalahan bahasa, kesalahan
data dan fakta, dan pelanggaran legalitas dan norma. Sangat disarankan dan
penting untuk diingat adalah hindari plagiarisme atau copas (copy and paste).
Selain itu, materi yang ditulis harus memiliki keunikan tertentu yang telah dak
dimiliki oleh penulis lainnya.
Buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan
yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama,
Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga,
usia pembaca, gender, pendidikan, dll).
Untuk menerbitkan buku di penerbit mayor tidak ada perantara,
bisa langsung ke penerbit yang bersangkutan. Akan tetapi penerbit kami biasanya
mempunyai group2 penulis yang selalu memberikan perancangan tulisan yang akan
diusulkan. Terkadang group penulis ini cukup baik dalam hal pemenuhan judul
perencanaan dan eksekusinya, sehingga terjadi kesepakatan secara ekslusif untuk
diterbitkan.
Kualitas terbitan skala minor dan mayor itu menurutnya sama,
tidak ada bedanya. Terkadang penerbit mayor mempunyai team Riset dan
Development, sehingga lebih fokus pemilihan materi sampai ke eksekusi
pemasarannya.
Hal ini lah yang membedakan penerbit mayor dan minor,
penerbit mayor mempunyai tool-tool pemasaran yang lebih banyak, tool Riset dan
Development yang fokus pengembangan materi.
Tentang kriteria naskah sesuai dengan visi misi penerbit. Penerbit
Andi adalah penerbit buku untuk pengayaan pendidikan dari dasar hingga
perguruan tinggi. Hampir 70% buku yang diterbitkan adalah dengan tema tersebut,
sisanya adalah tema umum 30%. Apabila kans untuk dapat terbit tentunya
mengikuti kebijakan penerbit tersebut yaitu buku pengayaan pendidikan 70%.
Caranya adalah kirimkan usulan atau sampel buku beserta
dengan bagaimana perencanan distribusi menurut penulis sehingga penerbit akan
dapat mempunyai gambaran ke mana buku tersebut dapat disalurkan. Kepada siapa
sasaran buku itu ditulis, market mana yang diinginkan penulis untuk menjaring
pembacanya.
Statement narasumber diakhri acara adalah : Saat pandemi
tampaknya seperti saat gelap yang tidak ada akhir, akan tetapi kami heran
mengapa naskah begitu membanjir di tempat kami sehingga kami kewalahan untuk
menggarapnya. Artinya apa.. semangat penulis dalam meninggalkan jejak itu tidak
akan sirna .. walaupun badai ganas sedang di dapan kita. Bapak ibu tetap wajib
menuliskan jejak-jejak yang dialami ibu dan bapak, dengan media apapun .. dan
buku akan tetapi menjadi keabadian yang akan merekam jejak penelururan
petualanan bapak ibu di dunia ini.. untuk akan cucu kita besuk di kemudian
hari... Yogyakarta 28 April 2021...
Blitar, 28 April 2021
By. hariyanto
Waktu kegiatan: Rabu, 28 April 2021
Resume ke: 11
Tema :
Penerbit Mayor
Narasumber: Edi S. Mulyanta
Penuis : Drs, Hariyanto
Gelombang: 18
Mantap...padat berisi. Sukses menerbitkan buku Pak...semangat👍🏻
BalasHapuswaah keren pak....komplit 👍
BalasHapusMantul resume nya Pak.
BalasHapus