Resume kali ini putaran ke 10
dengan topik “Tehnik Memasarkan Buku” yang
disampaikan oleh pegiat literasi menulis Om Jay. Julukan untuk guru di Lab
School bernama Wijaya Kusumah, M.Pd
Meski beliau seorang
guru tetapi beliau telah menghasilkan puluhan karya buku sekaligus
memasarkannya dengan baik. Buku fenomenalnya antara lain ,”Menulislah Setiap Hari & Buktikan Apa yang Terjadi .”(2011) banyak mengispirasi penulis baru. Buku ini bahkan telah
disebarkan dalam bentuk pdf secara gratis di blognya. Motto Hidup :Kejujuran Kunci Keberhasilan dan Kesuksesan. Beliau dikenal dari banyak
sisi seperti biodatanya : Teacher, Trainer,
Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium,
Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan
manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar,
Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional.
Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis.
Karenanya
membahas apa pun apalagi mengenai pemasaran buku, jelas sudah menjadi ladangnya,
karena beliau mengalaminya.
Mengawali kuliah hari ini beliau
menuturkan bahwa penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Kita akan
mengetahui sebuah buku bernilai bagus setelah selesai membacanya. Maka cara
mengikat peminat untuk membaca buku adalah dengan ‘promosi’. Tentang hubungan
membaca dan menulis ini penting tulisan dari Hernowo,” Mengikat Makna Untuk
Remaja,” halaman 4 :
"Menurut ahli linguistik,
Stephen D. Krashen, dalam buku hebatnya, The Power of Reading, kamu baru bisa
menjalankan kegiatan membaca secara efektif (ada efek bagi perkembangan dirimu)
jika mau melanjutkan kegiatan tersebut dengan menuliskan apa -apa yang kamu
baca (yang kamu pahami). Dan, kamu baru dapat menjalankan kegiatan menulis
secara efektif jika kamu membaca banyak buku."
Dalam menerbitkan buku Om Jay
memaparan bahwa sebelum memasarkan buku, kita harus mencari editor
yang mampu membuat buku yang kita terbitkan menjadi enak dibaca.
Semua buku yang beliau cetak di penerbit indie selalu ada editornya dan beliau
tak pernah merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah
mengapa isi buku yang beliau terbitkan selalu laku di pasaran. Sebab sudah
diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya.
Namun, beda halnya apabila kita menerbitkan buku di penerbit mayor
atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik
dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca
negara bila bagian marketing nya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.
Menurut Om Jay, berteman dengan
kecanggihan teknologi, media sosial merupakan jurus jitu dalam memasarkan buku.
Memasarkan buku bisa kita lakukan lewat WAG, Fb, IG atau media digital lainnya.
Langkah pertama, adalah
memasarkan buku lewat WAG. Gambar buku dibawah ini adalah buku yang
hari kemarin Om Jay post di WAG Pelatihan Menulis Gelombang 18. Mudah sekali
bukan? Ternyata memasarkan buku ala Om Jay adalah ‘semudah klik and share’.
Langkah Kedua, adalah
memasarkan buku lewat IG seperti yang pernah dilakukan oleh anaknya Om Jay yang
bernama Intan. Intan memasarkan produknya dengan metode story telling.
Wah, ternyata metode storry telling tidak hanya ad di mata pelajaran bahasa
Inggris saja. Bahkan Intan berhasil memasarkan buku AL Quran yang berbahan
kertas bagus,
Langkah Ketiga, Om
Jay menuturkan bahwa memasarkan buku bisa dengan media Youtube. Dikemas dengan
bahasa sederhana yang natural tidak mengurangi nilai buku yang dipasarkan.
Memasarkan buku lewat kanal youtube lebih mudah dan terperinci. Kita bisa
mendeskripsikan isi buku dengan pemaparan yang luas.
Langkah Keempat, Om
Jay melakukan tehnik promosi buku lewat dunia blognya. Beliau lanjut menuturkan
sehebat apapun kita berselancar di media sosial namun hal yang paling harus
kita lakukan adalah berkolaborasi. Inti dari memasarkan buku
adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku
yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka
memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara
dapat dengan mudah mereka kuasai. Selain itu, inovasi juga menjadi penunjang
dalam mempromisikan buku seperti Penerbit Andi Yogyakarta mereka berinovasi
dengan cara melakukan acara webinar dan bersertifikat.
Berkali kita gagal lekas bangkit
dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan mengeluh. Itulah
yang saya lakukan ketika mengalami beberapa kali gagal dalam memasarkan buku
terbaru saya. Pada akhirnya saya menemukan hal hal baru yang membuat saya
mencari momentum untuk menerbitkan buku terbaru saya.
Saya belajar dari almarhum Hernowo
Hasim. Beliau sangat produktif sekali menulis. Namun dari ratusan bukunya,
hanya sedikit yang menjadi buku best seller. Salah satunya adalah andaikan buku
sepotong pizza.
Harus diakui, buku yang diterbitkan
oleh penerbit mayor lebih banyak pembelinya. Mereka selain punya tenaga
pemasaran yang berpengalaman, juga memiliki media sosial yang bagus. Wajar saja
bila buku buku yang diterbitkan selalu banyak pembacanya
Salah satu Penerbit buku mayor yang
selalu melakukan inovasi adalah penerbit Andi Yogyakarta. Saya banyak belajar
dari pengalaman para pengelola penerbit ini. Seharusnya siang ini kita dapatkan
ilmunya dari pak Agus. Namun beliau berhalangan karena ada rapat di Yogyakarta.
Saya mengambil inisiatif untuk menggantikan beliau setelah saya menghubungi
narasumber lainnya tidak ada yang bisa. Hal yang saya suka dari penerbit Andi
Yogyakarta adalah seringnya melakukan acara webinar dan bersertifikat. Anda
bisa belajar dari Chanel youtubenya di tv Andi
Buku kawan kawan belajar menulis
PGRI banyak dipasarkan dengan cara ini. Itulah mengapa kolaborasi itu penting
agar buku yang diterbitkan laku dipasaran. Kita sebagai penulis jangan juga
hanya diam saja. Penulis harus ikut memasarkan bukunya. Dengan begitu bukunya
akan laku dan banyak dibeli orang banyak.
Kalau sudah seperti itu, jangan
kaget bila anda menerima royalty buku sampai ratusan juta rupiah karena adanya
kolaborasi.
Bagi saya yang sudah menikmati
royalty buku dari penerbit mayor maupun penerbit indie, saya akan selalu
melakukan inovasi. Sebab inovasi yang tiada henti akan membuat buku buku yang
kita tuliskan sampai ke tangan pembaca.
Jangan lupa silahturahmi. Sebab
silahturahmi atau silahturahim juga sangat membantu kita dalam memasarkan buku.
Pada akhirnya teknik memasarkan buku akan kita temui dari adanya silahturahmi
ini. Kekuatan silahturahmi ini dahsyat. Akan banyak rezeki yang akan
mengikutinya.
Untuk membuat kolaborasi dan
membuat terkenal perlu proses. Untuk bisa menjadi orang yang Percaya diri itu
perlu proses. Itulah mengapa kita perlu berkolaborasi. Saya sendiri awalnya
seperti itu. Perlu waktu 15 tahun untuk membangun personal branding. Tidak ada
yang instan. Nikmati prosesnya dan kita akan menemukan kepercayaan diri seiring
dengan seringnya kita berinteraksi dengan sesama penulis. Saya banyak belajar
dari kawan kawan penulis lainnya.
Untuk membuat buku kita laku kita
harus yakin bahwa buku yang dicetak akan menemui takdirnya. Oleh karena itu
kita harus berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas sampai
tuntas. Itulah mengapa buku yang saya cetak laku terjual.
Bila masih belum terjual, kita
tunggu moment yang tepat. Akan tiba saatnya buku itu laku. Contoh buku blogger
ternama yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Buku tersebut baru laku keras
setelah setahun buku itu terbit. Jadi nikmati prosesnya. Biasanya proses tidak
akan mengkhianati hasil. Saya selalu melakukan inovasi agar buku saya laku.
Semoga bermanfaat
Blitar, 26 April 2021
By. hariyanto
Resume : Ke-10
Drs. Hariyanto
Tema : Tehnik Memasarkan buku
Narasumber : Wijaya Kusumah, M.Pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar