Kamis, 29 April 2021

Tehnik Memasarkan Buku

 



Resume kali ini putaran ke 10 dengan topik  “Tehnik Memasarkan Buku” yang disampaikan oleh pegiat literasi menulis Om Jay. Julukan untuk guru di Lab School bernama Wijaya Kusumah, M.Pd

Meski beliau  seorang guru tetapi beliau telah menghasilkan puluhan karya buku sekaligus memasarkannya dengan baik. Buku fenomenalnya antara lain ,”Menulislah Setiap Hari & Buktikan Apa yang Terjadi .”(2011) banyak mengispirasi penulis baru. Buku ini bahkan telah disebarkan dalam bentuk pdf secara gratis di blognya. Motto Hidup :Kejujuran Kunci Keberhasilan dan Kesuksesan.  Beliau dikenal dari banyak sisi seperti biodatanya : Teacher, Trainer, Writer, Motivator, Blogger, Fotografer, Father, Pembicara Seminar, Simposium, Workshop PTK dan TIK, Edupreneurship, Pendidikan Karakter Bangsa, Konsultan manajemen pendidikan, serta Praktisi ICT. Sering diundang di berbagai Seminar, Simposium, dan Workshop sebagai Pembicara/Narasumber di tingkat Nasional. Dirinya telah berkeliling hampir penjuru nusantara, karena menulis.

Karenanya membahas apa pun apalagi mengenai pemasaran buku, jelas sudah menjadi ladangnya, karena beliau mengalaminya.

Mengawali kuliah hari ini beliau menuturkan bahwa penulis yang baik adalah seorang pembaca yang baik. Kita akan mengetahui sebuah buku bernilai bagus setelah selesai membacanya. Maka cara mengikat peminat untuk membaca buku adalah dengan ‘promosi’. Tentang hubungan membaca dan menulis ini penting tulisan dari Hernowo,” Mengikat Makna Untuk Remaja,” halaman 4 :

"Menurut ahli linguistik, Stephen D. Krashen, dalam buku hebatnya, The Power of Reading, kamu baru bisa menjalankan kegiatan membaca secara efektif (ada efek bagi perkembangan dirimu) jika mau melanjutkan kegiatan tersebut dengan menuliskan apa -apa yang kamu baca (yang kamu pahami). Dan, kamu baru dapat menjalankan kegiatan menulis secara efektif jika kamu membaca banyak buku."

Dalam menerbitkan buku Om Jay memaparan bahwa sebelum memasarkan buku, kita harus mencari  editor yang mampu membuat buku yang kita  terbitkan menjadi enak dibaca. Semua buku yang beliau cetak di penerbit indie selalu ada editornya dan beliau tak pernah merangkap menjadi seorang penulis sekaligus editornya. Itulah mengapa isi buku yang beliau terbitkan selalu laku di pasaran. Sebab sudah diedit secara profesional oleh para editor yang memang menguasai di bidangnya. Namun, beda halnya apabila  kita menerbitkan buku di penerbit mayor atau penerbit besar. Semua buku ada editornya sehingga terseleksi dengan baik dan layak untuk dijual atau dipasarkan ke seluruh Indonesia. Bahkan ke manca negara bila bagian marketing nya sudah sampai ke berbagai negara di dunia.

Menurut Om Jay, berteman dengan kecanggihan teknologi, media sosial merupakan jurus jitu dalam memasarkan buku. Memasarkan buku bisa kita lakukan lewat WAG, Fb, IG atau media digital lainnya.

Langkah pertama, adalah memasarkan buku lewat WAG.  Gambar buku dibawah ini adalah buku yang hari kemarin Om Jay post di WAG Pelatihan Menulis Gelombang 18. Mudah sekali bukan? Ternyata memasarkan buku ala Om Jay adalah ‘semudah klik and share’.




 

Langkah Kedua, adalah memasarkan buku lewat IG seperti yang pernah dilakukan oleh anaknya Om Jay yang bernama Intan. Intan memasarkan produknya dengan metode story telling. Wah, ternyata metode storry telling tidak hanya ad di mata pelajaran bahasa Inggris saja. Bahkan Intan berhasil memasarkan buku AL Quran yang berbahan kertas bagus,

Langkah Ketiga, Om Jay menuturkan bahwa memasarkan buku bisa dengan media Youtube. Dikemas dengan bahasa sederhana yang natural tidak mengurangi nilai buku yang dipasarkan. Memasarkan buku lewat kanal youtube lebih mudah dan terperinci. Kita bisa mendeskripsikan isi buku dengan pemaparan yang luas.

Langkah Keempat, Om Jay melakukan tehnik promosi buku lewat dunia blognya. Beliau lanjut menuturkan sehebat apapun kita berselancar di media sosial namun hal yang paling harus kita lakukan adalah berkolaborasi.  Inti dari memasarkan buku adalah adanya kolaborasi. Kita harus bekerjasama dengan orang lain agar buku yang diterbitkan laku di pasaran. Untuk penerbit besar, biasanya mereka memiliki tenaga pemasaran yang banyak. Sehingga serangan darat, laut dan udara dapat dengan mudah mereka kuasai. Selain itu, inovasi juga menjadi penunjang dalam mempromisikan buku seperti Penerbit Andi Yogyakarta mereka berinovasi dengan cara melakukan acara webinar dan bersertifikat.

Berkali kita gagal lekas bangkit dan cari akal. Berkali kita jatuh lekas berdiri dan jangan mengeluh. Itulah yang saya lakukan ketika mengalami beberapa kali gagal dalam memasarkan buku terbaru saya. Pada akhirnya saya menemukan hal hal baru yang membuat saya mencari momentum untuk menerbitkan buku terbaru saya.

Saya belajar dari almarhum Hernowo Hasim. Beliau sangat produktif sekali menulis. Namun dari ratusan bukunya, hanya sedikit yang menjadi buku best seller. Salah satunya adalah andaikan buku sepotong pizza.

Harus diakui, buku yang diterbitkan oleh penerbit mayor lebih banyak pembelinya. Mereka selain punya tenaga pemasaran yang berpengalaman, juga memiliki media sosial yang bagus. Wajar saja bila buku buku yang diterbitkan selalu banyak pembacanya

Salah satu Penerbit buku mayor yang selalu melakukan inovasi adalah penerbit Andi Yogyakarta. Saya banyak belajar dari pengalaman para pengelola penerbit ini. Seharusnya siang ini kita dapatkan ilmunya dari pak Agus. Namun beliau berhalangan karena ada rapat di Yogyakarta. Saya mengambil inisiatif untuk menggantikan beliau setelah saya menghubungi narasumber lainnya tidak ada yang bisa. Hal yang saya suka dari penerbit Andi Yogyakarta adalah seringnya melakukan acara webinar dan bersertifikat. Anda bisa belajar dari Chanel youtubenya di tv Andi

Buku kawan kawan belajar menulis PGRI banyak dipasarkan dengan cara ini. Itulah mengapa kolaborasi itu penting agar buku yang diterbitkan laku dipasaran. Kita sebagai penulis jangan juga hanya diam saja. Penulis harus ikut memasarkan bukunya. Dengan begitu bukunya akan laku dan banyak dibeli orang banyak.

Kalau sudah seperti itu, jangan kaget bila anda menerima royalty buku sampai ratusan juta rupiah karena adanya kolaborasi.

Bagi saya yang sudah menikmati royalty buku dari penerbit mayor maupun penerbit indie, saya akan selalu melakukan inovasi. Sebab inovasi yang tiada henti akan membuat buku buku yang kita tuliskan sampai ke tangan pembaca.

Jangan lupa silahturahmi. Sebab silahturahmi atau silahturahim juga sangat membantu kita dalam memasarkan buku. Pada akhirnya teknik memasarkan buku akan kita temui dari adanya silahturahmi ini. Kekuatan silahturahmi ini dahsyat. Akan banyak rezeki yang akan mengikutinya.

Untuk membuat kolaborasi dan membuat terkenal perlu proses. Untuk bisa menjadi orang yang Percaya diri itu perlu proses. Itulah mengapa kita perlu berkolaborasi. Saya sendiri awalnya seperti itu. Perlu waktu 15 tahun untuk membangun personal branding. Tidak ada yang instan. Nikmati prosesnya dan kita akan menemukan kepercayaan diri seiring dengan seringnya kita berinteraksi dengan sesama penulis. Saya banyak belajar dari kawan kawan penulis lainnya.

Untuk membuat buku kita laku kita harus yakin bahwa buku yang dicetak akan menemui takdirnya. Oleh karena itu kita harus berusaha dengan kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas sampai tuntas. Itulah mengapa buku yang saya cetak laku terjual.

Bila masih belum terjual, kita tunggu moment yang tepat. Akan tiba saatnya buku itu laku. Contoh buku blogger ternama yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Buku tersebut baru laku keras setelah setahun buku itu terbit. Jadi nikmati prosesnya. Biasanya proses tidak akan mengkhianati hasil. Saya selalu melakukan inovasi agar buku saya laku.

Semoga bermanfaat 

Blitar, 26 April 2021

By. hariyanto

 

Resume : Ke-10

Drs. Hariyanto

Tema : Tehnik Memasarkan buku

Narasumber : Wijaya Kusumah, M.Pd

Tidak ada komentar:

Posting Komentar