Menikmati Pentigraf Sambil Berguru Padanya
by. Hariyanto
Mungkin masih banyak yang belum tahu karya sastra
Pentigraf ? Penjelasan singkatnya dapat kita temukan di dalam pojok “Kampung
Pentigraf Indonesia.” Sebuah Grup FB yang saat ini sudah berusia 5 tahun. Saya juga belum lama mengenal pentigraf ini,
sekitar 2020 pertengahan, dan mulai menyukainya karena ada sisi “praktis” yaitu
bentuk cerita yang ringkas hanya 210 kata maksimal. Di dalam keterbatasan
jumlah kata harus dipenuhi kaidah sastranya, ada konflik, ada alur, ada ending
atau kejutan akhir yang tidak diduga pembacanya. Disinilah seninya. Jadi
membaca dan menikmati dalam waktu singkat, kita langsung disuguhkan karya
berisi alur, konflik dan kejutan.
Penulis pentigraf disebut pentigrafis. Penggagasnya
adalah Prof. Tengsoe Tjahjono. Berikut deskripsi yang saya temukan di grup FB
tersebut.
Group ini adalah group para penulis yang khusus menulis #pentigraf yaitu
cerpen tiga paragraf. Pentigraf sebenarnya termasuk dalam kategori fiksi mini,
hanya mininya dibatasi dengan konsep 3 paragraf:
Ciri-cirinya:
1. Panjang tulisan adalah 3 paragraf, Sekitar 210 kata.
2. Paragraf harus mengikuti pengertian paragraf yang benar. Satu paragraf,
satu gagasan pokok.
3. Secara teknis penulisan di komputer: satu paragraf, satu kali ENTER.
4. Sebagai cerpen, pentigraf juga memiliki ciri-ciri narasi yaitu: a. ada
alur (dalam alur ada konflik), b. ada tokoh yang menggerakkan alur, c. ada
topik, persoalan yang dialami tokoh, d. ada latar (entah waktu, ruang,
keadaan), entah latar fisik maupun latar rohani, d. selalu ada kejutan yang tak
bisa diduga pembaca.
Demikian serba ringkas tentang pentigraf. Selamat berkarya.
Pada Maret April tantangan menulis Kitab Pentigraf “
Pahlawan Di sekitarku,” telah menghadirkan 151 pentigrafis lolos kurasi.
Beberapa diantara mereka hadir setelah direvisi. Beberapa juga ada pendatang
baru bahkan lolos 2 karya dari 3 yang dikirimkannya. Mereka yang lolos 3 karya alias semua berarti
sudah jagonya. Mungkin berlatar seorang cerpenis atau novelis. Saya mengirim 3
karya lolos 2 setelah berjuang merevisi, alhamdulillah. Tapi saya bukan cerpenis
dan novelis.....hanya seorang guru. Dan pentigrafis disini memang dari berbagai
profesi dan latar ada dokter, tehnisi, dosen, biarawan biarawati, insinyur, dan
ornag biasa tentunya.
Di grup WA Pahlawan beberapa pentigrafis ramai
menuliskan karyanya, bahkan banyak yang langsungan. Karya mereka hebat-hebat. Biasanya
karya mereka juga dimuat di FB KPI. Dari sini saya melihat salah satu
pentigrafis yang karyanya “mengesan” menurut kacamata saya.
Dengan standar sesuai ketetapan sebagai paragraf (
umumnya mengandung konflik dan ada kejutan di bait ke 3) coba kita menikmati
sajian pentigraf yang begitu natural ini.
Ken Aganibaya, pentigrafis yang saya temui karyanya
dalam 1 hari langsung muncul 4 karya. Semua itu ditulis saat perjalanan naik
Bus dari kotanya menuju Yogyakarta tempat tinggal kostnya. Semua itu ditulis
adalah karya fiksi, dan satu-satunya fakta adalah beliau naik Bus saat itu. Ide
di dapat ketika dalam Bus, selama perjalanan dan sampai di rumahnya, Keempat
pentigraf itu jika dirangkai menjadi satu kesatuan pengalaman dalam sehari
perjalanan. Kisahnya seperti sederhana sekali, tetapi pengakuan penikmatnya
sering menguras air mata, bahkan ada yang bergurau harus disediakan tissu satu
kotak sebelum membaca.
Bagi pemula dan pecinta pentigraf, mari kita nikmati
4 karya memikat ini yang kami ambil dari Kampung Pentigraf Indonesia. Karya ini
kami kutip sepenuhnya dengan seizin penenulisnya. Selamat menikmati dan kita
banyak belajar dari sini. Semoga bermanfaat.
Blitar, 24 Mei 2021
By hariyanto
Inilah 4 karya Pentigraf yang begitu natural dan
penuh konflik dan kejutan.
1) NGUPING
"Udah ga usah sedih, Dik. Ini buatmu, kakak masih ada lima lagi,"
ucap Angga sambil menyerahkan secarik kertas undian pada bocah itu,
hitung-hitung nambah pahala. Pesertanya sangat banyak, jadi pasti kecil peluang
untuknya memenangi undian, apalagi bocah itu.
"Hadiah utama berupa uang satu juta rupiah dimenangkan oleh lima nol
lima nol tujuh. Silahkan naik panggung... ," suara pembawa acara menggema.
Angga melotot, bocah itu maju ke pentas. Bangsat... seharusnya itu aku,
umpatnya dalam hati. Keikhlasan Angga hilang seketika, berubah sesal dan
kutukan.
Acara usai, satu persatu mereka meninggalkan lapangan. Entah bisikan dari
mana, Angga membuntuti anak itu. Dia semakin geram saat sang bocah memasuki
sebuah rumah gedong yang megah. Di benak Angga, anak itu pasti lebih mapan dari
keluarganya. Seorang pria setengah baya nampak bercakap dengan beberapa orang
lainnya. Bocah itu mendekat. "Tuan, saya punya ini. Jangan tagih Bapak
dulu ya... Becaknya rusak." Angga menjewer telinganya sendiri kuat-kuat
untuk memberi alasan kenapa air matanya jatuh.
(23 Mei, di atas bus menuju Jogja)
(2) AKU DAN MATA ITU
Kupandangi bus itu hingga hilang. Entah kenapa kurasakan kerinduan yang
tiba-tiba. Rasa yang sudah lama pergi itu muncul kembali.
Hanya di menit-menit terakhir setelah satu jam perjalanan, namun aku merasa
cukup mengenalnya. Sesederhana perkenalan tanpa mengucap nama. Hanya membantu
mengambilkan sebotol susu anaknya yang menggelinding di bawah bangku ku. Saat
kuulurkan padanya, kutangkap mata teduh di wajah terlindung masker itu. Tak ada
kulihat suaminya, hanya balita yang sedikit meronta dipelukannya.
Mata itu... persis sekali dengan mata mendiang. Aku merindu dan aku jatuh
cinta lagi. Namun beginilah lagi, takdir selalu tak ingin membuatku menyatu.
Saat hendak kupandang dia lebih lama, kondektur berteriak, "Janti, Janti,
Janti... yang Janti turun !!!" Dan aku memilih melangkah turun, membiarkan
bus yang kutumpangi membawa takdirku pergi.
(Pertigaan Janti)
23 Mei 2021
(3) SPION
Bau rheumason, tahu kan? Sangat kubenci dan harus kuhirup hingga duapuluh
menit ke depan. Tak hanya itu, helm yang kupakai juga sedikit basah. Kusimpan
gusar dalam-dalam.
"Ngapunten njih, Pak. Helmnya basah,¹" ucap si bapak tak enak.
Bau rheumason masih menguar dari tengkuknya. Kujawab sekenanya, lebih suka
kusibukkan diri dengan mengetik di gawai. Tak ada pembicaraan panjang seperti
yang biasa kulakukan saat naik ojol. Mungkin karena lelah atau hal-hal tadi.
Di lampu merah kedua sebelum pertibaanku, motor berhenti sejenak. Kebetulan
itu banyak jalannya, meskipun bagi Tuhan semua adalah kesengajaan. Ojol lain
berhenti tepat di sebelah kami dan bertanya pada ojol yang kutumpangi.
"Nembe siji iki,²" jawabnya lirih. Hatiku seperti dihantam batu. Dan
saat kutatap kaca spion, kulihat kerut matanya setua bapakku saat membelikanku
permen semasa kecil dulu, sepulang ia menguli batu.
(Di atas Ojol).
23 Mei 2021
(4) ANAK
RANTAU
(Untuk
pembantu yang baik -selepas aku balik)
Setelah
mengambil kunci di rak sepatu depan, segera kubuka pintu kamar. Sedikit pengap
karena kutinggalkan semingguan mudik lebaran. Segera kuganti sprei dan sarung
bantal. Kunyalakan pewangi elektrik sebelum aku bergegas ke kamar mandi.
Selesai
mandi segera kurebahkan badanku. Lega rasanya kembali ke peradaban. Hiruk pikuk
kota, internet lancar, pun warung, kedai, dan swalayan. Ternyata untuk merindu
memang butuh dipisahkan oleh waktu.
Segera
kunyalakan tv sambil meraih sekaleng minuman dingin yang tadi kuambil dari
kulkas. Sebagai milenialis sejati, kumain-mainkan kaki sambil bermain
handphone. Muncul wajah ibu di wallpaperku. "Yen kowe wes bali, aku adus
dewe... ,*" ucapnya saat kumandikan tadi pagi mendadak terngiang di
telingaku. Tangannya tak terlalu mampu untuk membersihkan dirinya sendiri. Dan
kini, aku sudah mulai merindu kebiasaan itu setiap pagi sore semingguan ini.
Stroke yang menyerangnya 4 tahun lalu membuatku membenci tinggal di sini.
Jogja -kost
23 Mei 2021
*"Kalau kamu sudah kembali, aku
mandi sendiri"
SELAMAT MENIKMATI KEINDAHANNYA, SAMBIL BELAJAR.
SEMOGA BERMANFAAT.
AAMIIN
Hariyanto dedicated for Ken Agnibaya.
Wah lengkap panduan pentigraf Pak.siap praktik
BalasHapusMonggo Bu Kanjeng yang sudah terbiasa.bikin cerpen dan novel.....kita tunggu karya pentigrafnya. Salam literasi Bun
HapusMari belajar pentigraf.. Terimakasih Pak Har....
BalasHapusMari Bu.....bersama banyak sahabat pasti bisa. Salam literasi Bu.
HapusPenjelasan dan contoh2 pentigraf yg bagus. Tapi tdk perlu menyiapkan tisu.
BalasHapusTerima kasih Prof sudah BW di blog ini. Satu kehormatan luar biasa. Sayang tissunya kebetulan habis pak....
HapusMas Ken ini... Emang saat dilemparkan tema, langsung respon dengan pentigraf.
BalasHapusSiap belajar
Ya Bung Usdhof....saya terpana saat itu tertanggal 23 Mei di WAG pahlawan sepertinya menulis spontan di dalam Bus. Sekaligus 4 Pentigraf dimunculkan dengan ide bagusnya....makanya saya minta izin saya kutip. Inginnya memberikan catatan lebih dalam lagi tapi saya belum cukup pengalaman disini. Mungkin lain waktu. Namun yang jelas Pentigraf ini sangat natural dan indah apalgi jika dihubgkan latar belakang menangkap idenya yang belum sempat saya tulis misalnya 'Nguping" menurut tuturan beliau muncul setelah melihat anak kecil membuka makanan kecil di samping tempat duduknya ngobrol ada hadiahnya . Dan kejutan khasnya di bait ke 3 yang enak dinikmati. Terima kasih sudah mampir. Salam literasi
BalasHapusBenar.... Cuma 3 paragraf tapi sangat bisa menusuk. Luar biasa. Keren.....
BalasHapusSetuju ...
HapusTerima kasih ilmunya, masih tertatih menulis pentigrafnya.
BalasHapusSama-sama Bu.....kita juga masih terus belajar
HapusSoyo mantap.....perlu berguru ki
BalasHapusAyolah Widwi...ditunggu pentigrafnya. Salam literasi
HapusTerimakasih ilmunya Pak Har...
BalasHapusSehat selalu...
Siap praktik yang benar benar praktik... heheheheh