Jumat, 05 November 2021

MENGENAL PENTIGRAF : PERSONIFIKASI , FANTASI, DAN MISTERI

 


MENGENAL PENTIGRAF : PERSONIFIKASI , FANTASI,  DAN MISTERI

Oleh. Hariyanto

 

 

Sebagai karya sastra Pentigraf ( julukan Cerpen Tiga Paragraf) adalah tampilan sebuah cerita pendek yang berusaha komplit mengandung cerita : alur, penokohan, konflik cerita dan twist yaitu kejutan di akhir cerita. Semua itu harus ditulis tidak boleh lebih 210 kata. Karena itu isi sebuah ceritanya menjadi bermacam-macam. Simpel, orang menyebutnya. Cerita pendek sekali.

Namun jika didalami ternyata batasan jumlah kata itu terkadang membuat sulit. Bagaimana membuat kisah (berusaha) komplit dalam bingkat kecil ?

Jawabnya adalah ....itulah seninya.

Jika sudah mempu menulis pentigraf....maka dia akan disebut pentigrafis. Nah menjadi pentigrafis harus lihai membuat cerita “mini” menjadi menarik dan penuh kejutan. Itulah tantangannya.

Lihatlah beberapa catatan Tengsoe Tjahjono penggagas pentigraf, Dosen Unesa Surabaya sekaligus pendiri KPI (= Kampung Pentigraf Indonesia) dalam mengumumkan hasil kuratornya terhadap ratusan karya pentigraf, sering mengingatkan. Untuk pemula yang biasanya belum bisa lolos kurasi disebutkan antara lain :

Karyanya ditulis melebihi 210 kata, dan karyanya masih bersifat diskriptif, belum ada konflik.  Sedangkan catatan di kurasi pentigraf tema bebas ( November 2021) dari kurator disebutkan serupa antara lain :

NASKAH PENTIGRAF TEMA BEBAS YANG LULUS KURASI

Setelah melalui proses kurasi yang cukup lama, akhirnya 115 pentigrafis dapat meluluskan karya pentigrafnya. Mengapa tidak lulus kurasi? Ada beberapa sebab yang dapat disimpulkan, yaitu:

1.        Hanya berupa deskripsi fakta tanpa pengembangan yang bisa melahirkan fakta-fakta baru.

2.        Tanpa konflik yang bisa mengajak pembaca bertanya dan berusaha mencari jawaban dalam pentigraf yang dibacanya.

3.        Bahasanya nyaris seperti laporan, tidak mebangkitkan imajinasi pembaca.

4.        Tak ada kejutan yang mungkin terletak di paragraf kedua atau ketiga.

5.        Kurang berani melakukan eksplorasi dan eksperimen dalam memanfaatkan elemen-elemen narasi.

Demikian beberapa catatan penting. Teruslah menulis, teruslah belajar ‘menjadi’.

Selanjutnya dalam perkembangannya, ternyata pentigraf yang pendek itu bisa dibuatlah sebuah cerita dengan berbagai versi, misalnya nersi sejarah, versi fantasi dan misteri, dan personifikasi. Semua itu tercipta karena adanya proses kreatif penulisnya. Karyanya bisa dinikmati dan dapat dikatakan bisa untuk berbagi kebahagiaan.

Untuk memudahkan membedakan versi pentigraf (dari sisi kontens dan cara penyajian) maka berikut 1) berciri gaya bahasa personifikasi dengan contoh di bawah ini karya Febry Suprapto

BULAN PURNAMA

Oleh: Febry Suprapto

 

Akhirnya aku bisa keluar rumah. Kesibukan mengerjakan tugas kantor membuat majikanku lengah memperhatikanku. Aku segera menemui Jack di tempat biasa kami bertemu memadu rindu. Malam itu bulan purnama. Kuserahkan segalanya pada kekasih yang jantan dan tampan memesona itu.

 

Beberapa hari kemudian tubuhku mulai melemah. Aku malas melakukan apa pun. Hanya makan dan tidur. Perutku mulai membesar. "Sudah dibilang jangan keluar rumah kok keras kepala! Kalau sudah begini, siapa yang repot?" bentak majikanku. Aku hanya terdiam menunduk sedih.

 

Ya, aku bunting lagi. Akibat pertemuan di malam purnama itu. Yang paling menyedikahkanku, Jack tak pernah sekali pun menjengukku. Bahkan info yang aku dengar, banyak kucing betina milik para tetangga yang bernasib sama denganku. Huh, dasar pejantan play boy!

 

 

Pentigraf

Bondowoso, 05112021

 

2) Pentigraf Fantasi.  (=sebutan oleh Tengso Tjahjono)  karya :  Joko Setyo Hutomo

TRAGEDI DI KOTA TUA

Joko Setyo Hutomo

 

Kota tua tempatku menikmati masa kecil ini masih seperti dulu, lengang ketika malam telah datang. Penghuninya memilih membungkus diri dengan selimut tebal, berlindung dari hawa dingin yang menggigit. Temaram lampu penerangan di sepanjang perjalanan mudikku semakin mengesankan kesunyian. Kota yang penuh kenangan, menyimpan sejarah perjuangan bangsa di masa lalu.

 

Di tengah guyuran hujan, sebuah mobil ambulans meraung-raung di belakang mobilku. Aku melambat dan menepi memberikan jalan. Beberapa ratus meter di depan, tampak pintu lintasan kereta mulai turun, tepat ketika ambulans itu hendak melintas. Ambulans terus meraung. Petugas penjaga pintu lintasan menunda menutup pintu, guna memberikan kesempatan. Tetapi ambulans tetap tak beranjak. Aku terperangah menyaksikan mobil itu mogok, tepat di atas rel kereta. Bagaimana mungkin bisa menolongnya, aku hanya seorang diri, juga tak ada mobil lain yang bisa membantu.

 

Di kejauhan terlihat sebuah kereta melaju kencang, suara terompetnya memekakkan telinga. Aku semakin panik. Kubayangkan tak lama lagi kecelakaan hebat pasti terjadi. Mulutku terpekik ketika moncong lokomotif menyentuh badan ambulans. Namun sungguh aneh. Jelas terlihat dengan mata kepalaku sendiri kereta menabrak ambulans, tetapi sedikit pun tak terdengar suara benturan, kecuali bising derak roda-roda kereta. Tak ada puing-puing, ambulans menghilang tanpa jejak. Sejenak kemudian terompet kereta kembali menyalak, pertanda pelintasan telah terlewati. Kereta terus melaju menembus pekatnya malam, meninggalkan aku yang tergugu-gugu.

 

5.11.2021

 

3) Versi Pentigraf Misteri lainnya karya Dhofar Usdhof

JALAN KALIANAK

Dhofar Usdhof

 

"Dek! Jangan berdiri di situ. Masuk sini!"  ucapku pada istriku sambil teriak. Akan tetapi sepertinya tidak mendengarku. Apalagi melihatku yang ndepis di pojok. Istriku tetap termangu di depan kaca kamar. Pandangannya menembus ke dalam ruangan.

 

Sosok pria yang dilihatnya mirip dengan aku. Hanya saja wajahnya penuh warna merah darah. Kepalanya sebelah kanan juga mengembang sebesar bola voli. Entah kenapa bisa seperti balon yang ditiup. Dia melambaikan tangan ke istriku. Istriku masuk berlari bersama seseorang yang berbaju putih-putih.

 

Masih kuingat tadi sore aku berkendara di jalan Kalianak. Aku terobos barisan truk-truk yang beroda empat sampai delapan belas. Aku libas jalanan seperti kilat. Entah laju motorku kapan berhenti. Hingga aku lihat sosok pria itu memuntahkan darah dari mulutnya. Semburat di lantai sambil menuliskan, "Selamat! Anda berhak mendapat santunan jasa raharja 10 juta rupiah." Oh! Aku masih hidup.

 

Gresik, 5 November 2021

Demikian pengenalan sekilas karya pentigraf dengan segala versinya.

Semoga bermanfaat. Aamin

 

Catatan : Pentigraf versi sejarah dan versi lainnya belum sempat disajikan.

Blitar, 5 November 2021

SALAM LITERASI

Hariyanto

2 komentar: