TEHNIK PEMENGGALAN KALIMAT DALAM PUISI 2.0 (seri 2)
Oleh. Hariyanto
SALAM LITERASI,
Puisi 2.0 adalah model puisi yang digagas oleh Dr. Endang
Kasupardi dengan ciri khusus jumlah kalimatnya tidak boleh lebih dari 20 kata.
Puisi yang pendek itu menjadi menarik, karena harus mampu membuat keindahan
disamping kedalaman arti. Ibarat dai sebuah Teses , maka Puisi 2.0 adalah
abstraksnya.
Menurut beliau, pemenggalan kalimat dalam puisi memiliki arti
sangat penting, karena Pemenggalan itu, berprinsif pada salah satunya intonasi
kita dalam memaknai dan membacanya.
Pemenggalan kalimat berhubungan dengan jeda dan diksi
kalimat. Artinya dipenggal untuk jeda dan diksi artinya dipilih kata yang
paling sesuai dan memberi arti lebih dalam.
Karenanya dalam Puisi 2.0 hal ini memeliki peranan penting,
tentu saja disamping penggunaan rima, ritme, majas, dan diksi lainnya.
Begitu pentingnya sehingga dalam 2 hari terakhir ini beliau
membahas tentang pemenggalan kalimat dalam puisi 2.0 ( Kamis, Jumat, 11 -12
November 2021) di grup WA puisi 2.0.
Ada 2 cara pembelajarannya saat itu. Pertama, puisi dibuat dan
didiskusikan untuk dipermak dengan cara pemenggalan kalimat. Kedua, beliau memberikan satu
kalimat, untuk disusun menjadi bait puisi dengan penggalan khusus sesuai
tafsiran penulisnya. Semua cara tersebut sama-sama menarik untuk diikuti.
Karena itu dalam kesempatan ini saya laporkan beberapa “pembelajaran” tersebut.
Melanjutkan pembahasan pembelajaran selanjutnya yaitu
cara yang kedua memberikan bahan sebuah kalimat dan diberikan tugas untuk
menyusun puisi dengan pemenggalan kalimat. Itulah pembelajaran hari ini Jumat,
12 November 2021, Berikut catatannya,
Inilah tantangannya, berupa sebuah kalimat indah berikut :
Ajakan Endang
Kasupardi hari ini di grup WA : KITA BELAJAR PEMENGGALAN KATA.
Perhatikan
kalimat di bawah ini
“Dua bait terakhir membuat
dia menangis betapa tidak kalimat itu keluar dari bibir kritingnya saat sebelum
menghembuskan nafas.”
*Silahkan
penggal-penggal menjadi puisi yang indah
Maka penulis
pertama Ibu Ai Setiawati. M, Pd :
Dua bait
terakhir
Membuat dia
menanggis
Betapa tidak
kalimat itu keluar dari bibir kritingnya
saat sebelum
menghembuskan
nafas
Catatan Endang
Kasupardi: 1
Pemulis ke 2 Hariyanto:
Dua bait
terakhir
Membuat dia
menanggis
Betapa tidak
kalimat itu
keluar
dari bibir
kritingnya
saat sebelum
menghembuskan
nafas
62
823-1552-3589: penulis ke 3
dua bait
terakhir
membuat dia
menangis
betapa tidak
kalimat itu
keluar
dari
bibir
keitingnya
saat sebelum
menghembuskan
nafas
Penulis ke 4 :
dua bait
terakhir
membuat
dia menangis
betapa
tidak kalimat
itu
keluar dari
bibir
keritingnya
saat
sebelum
menghembuskan
nafas
Penulis ke 5
Dua bait
terakhir
Membuat
Dia menangis
Betapa tidak
Kalimat itu
keluar Dari bibir kritingnya
Saat
Sebelum
Menghembuskan
nafas
Catatn Endang
Kasupardi: ke 4 dan 5
Penulis ke 6
dua
bait
terakhir
membuat dia
menangis
betapa tidak
kalimat itu
keluar
dari
bibir
kritingnya
saat
sebelum
menghembuskan
nafas
Penulis ke 7:
Dua bait
terakhir
membuat dia
menangis
betapa tidak
kalimat itu
keluar
dari bibir
kritingnya
saat
sebelum
menghembuskan
nafas
Penulis ke 8
dua bait
terakhir
membuat dia
menangis
betapa tidak
kalimat itu
keluar
dari
bibir
kritingnya
saat
sebelum
menghembuskan
napas
Catatan Endang Kasupardi hari ini untuk simpulan di
grup : Pemenggalan itu, berprinsif pada salah satunya intonasi kita dalam
memaknai dan membacanya.
SEMOGA
BERMANFAAT.
SALAM LITERASI
Blitar, 12 November 2021
Hariyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar