Jumat, 12 November 2021

TEHNIK PEMENGGALAN KALIMAT DALAM PUISI 2.0 (seri 2)


TEHNIK PEMENGGALAN KALIMAT DALAM PUISI 2.0  (seri 2)

Oleh. Hariyanto

 

SALAM LITERASI,

Puisi 2.0 adalah model puisi yang digagas oleh Dr. Endang Kasupardi dengan ciri khusus jumlah kalimatnya tidak boleh lebih dari 20 kata. Puisi yang pendek itu menjadi menarik, karena harus mampu membuat keindahan disamping kedalaman arti. Ibarat dai sebuah Teses , maka Puisi 2.0 adalah abstraksnya.

Menurut beliau, pemenggalan kalimat dalam puisi memiliki arti sangat penting, karena Pemenggalan itu, berprinsif pada salah satunya intonasi kita dalam memaknai dan membacanya.

Pemenggalan kalimat berhubungan dengan jeda dan diksi kalimat. Artinya dipenggal untuk jeda dan diksi artinya dipilih kata yang paling sesuai dan memberi arti lebih dalam.

Karenanya dalam Puisi 2.0 hal ini memeliki peranan penting, tentu saja disamping penggunaan rima, ritme, majas, dan diksi lainnya.

Begitu pentingnya sehingga dalam 2 hari terakhir ini beliau membahas tentang pemenggalan kalimat dalam puisi 2.0 ( Kamis, Jumat, 11 -12 November 2021) di grup WA puisi 2.0.

Ada 2 cara pembelajarannya saat itu. Pertama, puisi dibuat dan didiskusikan untuk dipermak dengan cara pemenggalan kalimat.  Kedua, beliau memberikan satu kalimat, untuk disusun menjadi bait puisi dengan penggalan khusus sesuai tafsiran penulisnya. Semua cara tersebut sama-sama menarik untuk diikuti. Karena itu dalam kesempatan ini saya laporkan beberapa “pembelajaran” tersebut.

Melanjutkan pembahasan pembelajaran selanjutnya yaitu cara yang kedua memberikan bahan sebuah kalimat dan diberikan tugas untuk menyusun puisi dengan pemenggalan kalimat. Itulah pembelajaran hari ini Jumat, 12 November 2021, Berikut catatannya,

Inilah tantangannya, berupa sebuah kalimat indah berikut :

 

Ajakan Endang Kasupardi hari ini di grup WA : KITA BELAJAR PEMENGGALAN KATA.

Perhatikan kalimat di bawah ini

 

Dua bait terakhir membuat dia menangis betapa tidak kalimat itu keluar dari bibir kritingnya saat sebelum menghembuskan nafas.”

 

*Silahkan penggal-penggal menjadi puisi yang indah

Maka penulis pertama Ibu Ai Setiawati. M, Pd :

 

Dua bait terakhir

Membuat dia menanggis

Betapa tidak kalimat itu keluar dari bibir kritingnya

saat sebelum

menghembuskan nafas

Catatan Endang Kasupardi: 1

 

Pemulis ke 2 Hariyanto:

 

Dua bait terakhir

Membuat dia

menanggis

Betapa tidak

kalimat itu

keluar

dari bibir kritingnya

saat sebelum

menghembuskan nafas

 

 

62 823-1552-3589:  penulis ke 3

 

dua bait

terakhir

membuat dia

menangis

betapa tidak

kalimat itu

keluar

dari

bibir keitingnya

saat sebelum

menghembuskan nafas

 

Penulis ke 4 :

 

dua bait terakhir

membuat

dia menangis

betapa

tidak kalimat itu

keluar dari

bibir keritingnya

saat

sebelum menghembuskan

nafas

 

Penulis ke 5

 

Dua bait terakhir

Membuat

Dia menangis

Betapa tidak

Kalimat itu keluar Dari bibir kritingnya

Saat

Sebelum

Menghembuskan nafas

Catatn Endang Kasupardi:  ke 4 dan  5

 

Penulis ke 6

 

dua

bait

terakhir

membuat dia menangis

betapa tidak

kalimat itu

keluar

dari

bibir kritingnya

saat

sebelum

menghembuskan nafas

 

Penulis ke 7:

 

Dua bait

terakhir

membuat dia

menangis

 

betapa tidak

kalimat itu keluar

dari bibir kritingnya

saat

sebelum

menghembuskan

nafas

 

 

Penulis ke 8

 

dua bait terakhir

membuat dia

menangis

betapa tidak

kalimat itu

keluar

dari

bibir kritingnya

saat

sebelum menghembuskan

napas

 

 

Catatan  Endang Kasupardi hari ini untuk simpulan di grup : Pemenggalan itu, berprinsif pada salah satunya intonasi kita dalam memaknai dan membacanya.

 

SEMOGA BERMANFAAT.

SALAM LITERASI

Blitar,  12 November 2021

Hariyanto



Tidak ada komentar:

Posting Komentar