Minggu, 28 November 2021

Pentigraf MAKAN HATI BERULAM RASA

 


MAKAN HATI BERULAM RASA

Oleh. Hariyanto

 

Sebagai guru kelas 3 yang bertanggungjawab hari ini saya memanggil orangtua siswa dengan bantuan dan koordinasi Kepala Sekolah. Salah satu siswa saya mengalami lambat belajar membaca huruf, apalagi kata dan kalimat. Berbagai upaya sudah saya upayakan, berbagai metode saya kerahkan, hasilnya nihil, si anak tidak menunjukkan perkembangan berarti. Anak kesulitan menyebut d dan p begitu pula huruf lainnya. Mengeja huruf pun sulit dan terbata-bata. Persis  hari ini dihadapan ibunya. 

 “Ssssst......hemm. Ssst heeem....ssst heem!” kali ini sang ibu menahan emosi sambil mendesis. Wajahnya menunjukkan kegusaran. Napasnya naik turun dan nada desisnya meninggi. Kini di hadapan saya terlihat seperti ular hendak menerkam mangsanya. Sang ibu yang ikut mendampingi putranya belajar membaca duduk di belakang anak dengan sangat resah. Dia merasa “tertipu” dengan kemampuan anaknya, dengan penilaian neneknya dengan hadiah sepedanya. Ada rasa masygul di dadanya dan sesal tidak pernah mendampingi belajar anaknya. Bercampu rasa kesal di dada.  Hari ini di depan guru kelas putranya dia merasakan makan hati berulam rasa.

“Ada apa Bunda? Di sini adalah wewenang dan kekuasaan saya, ibu dilarang menggunakan kekerasan  fisik maupun non fisik.” Suara saya menghentikan gerakan tangan sang ibu yang terlanjur maju. Sejenak sang Ibu tertegun. Kembali  desisan panjang terdengar, seperti ular meninggalkan mangsanya. Sang ibu terduduk lesu dengan sedikit menggeleng kepala perlahan. "Gitu saja tidak bisa!" 

 

Blitar, 27.11.2021

 #pentigrafperibahasa

11 komentar:

  1. Kasihan, memang tidak mengajar anak yang tertinggal. Saya pernah mengalami sendiri. Dari tidak bunyi sampai berbunyi. Basmalah saja tidak bisa langsung. Mesti diajarkan per bunyi. Sekarang alhamdulillah sudah bisa baca basmalah sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Bung Beje....sudah saling melengkapi kisah pengalamannya. Kasus di atas ini kisah nyata juga....

      Hapus
  2. Sepertinya ada yang harus diperhatikan. Ada disleksia, susah membedakan beberapa huruf b-p, b-d dan m-w. Jadi teringat film India dgn tema ini. Perlu penanganan khusus dengan dukungan keluarga.

    BalasHapus
  3. Sepertinya anak haruf diperlakukan inklusif, berkebutuhan khusus. Mdh2n ini hanya cerita😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anaknya sudah diassesment Bu dan disimpulkan bukan autis, tetapi lamban tapi diatas rata-rata kemampuannya.

      Hapus
  4. Saya sepakat sama Bu Yati, sepertinya anak ini Disleksia. Mengalami gangguan dalam proses belajar (kesulitan membaca, menulis, atau mengeja).

    Semoga mendapatkan guru dan penanganan yang tepat,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin kami pihak sekolah sudah koordinasi dengan pihak PLB Pusat Layanan Siswa Berkelakuan Khusus. Terimakasih atas sarannya. Salam literasi Bu

      Hapus
  5. Harusnya ditemukan sejak kelas 1 agar mendapatkan penanganan dini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah diberi tindakan khusus sejak kelas 1 Bu....namun hasilnya kecil sampai kelas 3. Kecil sekali perubahannya dalam hal membaca. Dan terimakasih atas perhatian Bu Ros....salam literasi

      Hapus