MAKAN HATI
BERULAM RASA
Oleh.
Hariyanto
Sebagai guru kelas 3 yang bertanggungjawab hari ini saya
memanggil orangtua siswa dengan bantuan dan koordinasi Kepala Sekolah. Salah
satu siswa saya mengalami lambat belajar membaca huruf, apalagi kata dan kalimat.
Berbagai upaya sudah saya upayakan, berbagai metode saya kerahkan, hasilnya
nihil, si anak tidak menunjukkan perkembangan berarti. Anak kesulitan menyebut
d dan p begitu pula huruf lainnya. Mengeja huruf pun sulit dan terbata-bata. Persis hari ini dihadapan ibunya.
“Ssssst......hemm.
Ssst heeem....ssst heem!” kali ini sang ibu menahan emosi sambil mendesis. Wajahnya
menunjukkan kegusaran. Napasnya naik turun dan nada desisnya meninggi. Kini di
hadapan saya terlihat seperti ular hendak menerkam mangsanya. Sang ibu yang
ikut mendampingi putranya belajar membaca duduk di belakang anak dengan sangat resah.
Dia merasa “tertipu” dengan kemampuan anaknya, dengan penilaian neneknya dengan
hadiah sepedanya. Ada rasa masygul di dadanya dan sesal tidak pernah
mendampingi belajar anaknya. Bercampu rasa kesal di dada. Hari ini di depan guru kelas putranya dia merasakan
makan hati berulam rasa.
“Ada apa Bunda? Di sini adalah wewenang dan
kekuasaan saya, ibu dilarang menggunakan kekerasan fisik maupun non fisik.” Suara saya
menghentikan gerakan tangan sang ibu yang terlanjur maju. Sejenak sang Ibu tertegun. Kembali desisan
panjang terdengar, seperti ular meninggalkan mangsanya. Sang ibu terduduk lesu
dengan sedikit menggeleng kepala perlahan. "Gitu saja tidak bisa!"
Blitar,
27.11.2021
Kasihan, memang tidak mengajar anak yang tertinggal. Saya pernah mengalami sendiri. Dari tidak bunyi sampai berbunyi. Basmalah saja tidak bisa langsung. Mesti diajarkan per bunyi. Sekarang alhamdulillah sudah bisa baca basmalah sendiri
BalasHapusTerimakasih Bung Beje....sudah saling melengkapi kisah pengalamannya. Kasus di atas ini kisah nyata juga....
HapusSepertinya ada yang harus diperhatikan. Ada disleksia, susah membedakan beberapa huruf b-p, b-d dan m-w. Jadi teringat film India dgn tema ini. Perlu penanganan khusus dengan dukungan keluarga.
BalasHapusBetul Bu perlu penanganan khusus.
HapusSepertinya anak haruf diperlakukan inklusif, berkebutuhan khusus. Mdh2n ini hanya cerita😁
BalasHapusAnaknya sudah diassesment Bu dan disimpulkan bukan autis, tetapi lamban tapi diatas rata-rata kemampuannya.
HapusSaya sepakat sama Bu Yati, sepertinya anak ini Disleksia. Mengalami gangguan dalam proses belajar (kesulitan membaca, menulis, atau mengeja).
BalasHapusSemoga mendapatkan guru dan penanganan yang tepat,
Aamiin kami pihak sekolah sudah koordinasi dengan pihak PLB Pusat Layanan Siswa Berkelakuan Khusus. Terimakasih atas sarannya. Salam literasi Bu
HapusHarusnya ditemukan sejak kelas 1 agar mendapatkan penanganan dini.
BalasHapusSudah diberi tindakan khusus sejak kelas 1 Bu....namun hasilnya kecil sampai kelas 3. Kecil sekali perubahannya dalam hal membaca. Dan terimakasih atas perhatian Bu Ros....salam literasi
HapusPenuh sastra nih.
Hapus