Jumat, 12 November 2021

TEHNIK PEMENGGALAN KALIMAT DALAM PUISI 2.0 ( seri ke 1 )


TEHNIK PEMENGGALAN KALIMAT DALAM PUISI 2.0 ( seri ke 1 )

Oleh. Hariyanto



SALAM LITERASI,

Puisi 2.0 adalah model puisi yang digagas oleh Dr. Endang Kasupardi dengan ciri khusus jumlah kalimatnya tidak boleh lebih dari 20 kata. Puisi yang pendek itu menjadi menarik, karena harus mampu membuat keindahan disamping kedalaman arti. Ibarat dai sebuah Teses , maka Puisi 2.0 adalah abstraksnya.

Endang Kasupardi, tepat 7 Juni 2021, menginjak usia 50 tahun. Pada 2010. Saat menyusun disertasi di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI),berhasil merumuskan puisi 20 kata yang awalnya direncanakan sebagai salah satu bahan penelitian, walaupun dalam proses penelitiannya beralih ke Cerita Pendek.

Puisi 20 kata ini secara resmi memiliki identitas P2.0. mengutamakan logika, ada data dan fakta yang dikemas dalam ungkapan bahasa rasa. Dengan demikian sejak pertama kali dirumuskan usia P2.0 ini sudah 11 tahun. Sudah puluhan buku, baik karya fiksi maupun non fiksi yang dihasilkan sosok akademisi dan sastrawan ini. Aneka tulisannya juga menghiasi media cetak dan daring. Kini ia hidup bersama istri tercinta Weni Yuniati, dan 3 anak perempuannya. Shafura Indah, Mutiara Aulia, dan Alesha Risqi Raisha.

Di bawah ini foto keluarga beberapa tahun lalu.




Menurut beliau, pemenggalan kalimat dalam puisi memiliki arti sangat penting, karena Pemenggalan itu, berprinsif pada salah satunya intonasi kita dalam memaknai dan membacanya.

Pemenggalan kalimat berhubungan dengan jeda dan diksi kalimat. Artinya dipenggal untuk jeda dan diksi artinya dipilih kata yang paling sesuai dan memberi arti lebih dalam.

Karenanya dalam Puisi 2.0 hal ini memeliki peranan penting, tentu saja disamping penggunaan rima, ritme, majas, dan diksi lainnya.

Begitu pentingnya sehingga dalam 2 hari terakhir ini beliau membahas tentang pemenggalan kalimat dalam puisi 2.0 ( Kamis, Jumat, 11 -12 November 2021) di grup WA puisi 2.0.

Ada 2 cara pembelajarannya saat itu. Pertama, puisi dibuat dan didiskusikan untuk dipermak dengan cara pemenggalan kalimat. Kedua, beliau memberikan satu kalimat, untuk disusun menjadi bait puisi dengan penggalan khusus sesuai tafsiran penulisnya. Semua cara tersebut sama-sama menarik untuk diikuti. Karena itu dalam kesempatan ini saya laporkan beberapa “pembelajaran” tersebut.

Cara pertama dapat dilihat contohnya berikut :

BIBIRMU



delima

jatuh di sudut mata

membelah merah

kenangan

dalam ucapan



rasopset P2.0



Catatan Endang Kasupardi: Bagus penggalannya, tapi kenangan dalam ucapan apa hububgannya dengan delima

iya saya paham, tapi hubungannya dengan delima, secara real tidak ada. kalau secara batin (abstrak jelas) nampak



lalu diubah lagi ....seperti ini



BIBIRMU



sebuah rongga

dalam wajahmu

merah

seperti delima

menjadi ruang

bagi senyum

dan kata-kata



rasopset P2.0

Jadi seperti ini Prof.. Rada puyeng.. 😁

Bagus, jawab Endang K.....lalu

“Coba ini”



BIBIRMU



delima

jatuh di sudut mata

membelah merah



berpencar di tanah langsat

merekah







MUSA



ranum

titik coklat

diantara

kuning langsat

melambai

menarik hasrat



Joglo_P2.0



catatan Endang Kasupardi: MUSA



ranum

titik coklat

diantara kuning langsat

melambai

menarik hasrat



Joglo_P2.0



*penggalannya saja





DI BASISIR SAWARNA



di basisir

sawarna

uplek

ngedalkeun rasa

pasir putih

jadi saksi

ombak sagara

jadi ciren

renghap

urang duaan





kotretan rasa



Hariyanto: CERAH

Oleh. Hariyanto



gerimis lembut

mengiringi jalanku

rinai

membelai rambutku

basahi

dedaunan berbisik



kelembutanmu

mulai menyibak

selimut kelabu



11.11.2021



catatan Endang Kasupardi: CERAH (?)

Oleh. Hariyanto



gerimis lembut mengiringi

jalanku

rinai

membelai rambutku

pelan-pelan

basah



11.11.2021



Segini saja sudah cukup, pak.





PERANG DI TENGAH KOTA



derap langkah

dentingan besi

beradu

maju mundur

silih berganti

darah berceceran

suara kesakitan

angkara murka

melanda

sekeliling sunyi senyap



coretan kecil





rasopset P2.0

Tanggapan Endang Kasupardi:



PERANG DI TENGAH KOTA



Ada fokus

1

derap langkah

2.

dentingan besi

beradu

3.

maju mundur

silih berganti



4.

darah berceceran

suara kesakitan

angkara murka



5.

melanda

sekeliling sunyi senyap





coretan kecil



DENTINGAN BESI



terdengar

dentingan besi beradu

kilatan putih

sajam

berkilauan

menari-nari

berayun

ke kiri dan

kanan



coretan kecil

62 856-2423-0135: Seperti ini gimana pak?

Catatan Endang Kasupardi:

....

mendenting

suara besi beradu

cahaya membentuk kilat

sajam

menari-nari



Iya Pak

DENTINGAN BESI (dituliskembali)



mendenting

suara besi beradu

cahaya membentuk kilat

sajam

menari-nari

berayun

ke kiri dan

kanan









DERAP LANGKAH



diantara derap langkah

kaki-kaki manusia

berlari

berputar

melompat

berjinjit

menari-nari

dalam nuansa

suara hentakan kaki





coretan kecil



catatan :

Saran Endang Kasupardi: Mulai dari kata



Berlari berputar-putar

Melompat dan berjinjit

....

....

Kopi Gula Aren



Pahit menggigit

Melingkari si manis

Gelap terlihat

Terseruput di ujung kecap

Nikmat



1159.11.11.2021

Vitemagistra

Catatan Endang Kasupardi: Gula itu bentuknya bulat. Sifatnya manis

Ceritakan saja tentang karakter itu. Jangan mengambil karakter gula dengan keinginan kita, nyeruputnya. Hahaha



bulat melingkar

seketika remuk redam

namun

manisnya tak pernah

pudar

dalam segelas kopi



Siip.. Ini leboh ril Prof



DERAP LANGKAH



berlari berputar-putar

melompat dan berjinjit

menari-nari

dalam nuansa

suara hentakan kaki



coretan kecil





CUCURAN DARAH



angkara murka

sabetan sajam

luka menganga

sayatan memanjang

darah berceceran

suara kesakitan

melolong

bak serigala malam



coretan kecil



PENSIUNAN



sepasang sendal

jepit

tergeletak di halaman

warnanya

menyerupai tanah

talinya

putus sebelah

siapa peduli

untuk memakainya



rasopset P2.0

catatan Endang Kasupardi pada puisi PENSIUNAN : Kereeen ini.

Demikianlah belajar versi 1.....membuat puisi dan dibetulkan langsung tehnik pememnggalan kalimatnya. (bersambung)

SALAM LITERASI

Blitar, 12 November 2021

HARIYANTO















1 komentar: