Mengenal Buku
100 Pentigraf Klaster Bicara (2) :
Kata Pengantar
dari Penggagasnya Pentigraf
Oleh . Hariyanto
Salah satu keistimewaan buku ini adalah diberi pengantar
singkat oleh Dr. Tengsoe Tjahjono, M.Pd seorang dosen sekaligus penyair dan
penggagas pertamakalinya genre sastra Cerpen Tiga Paragraf (Pentigraf). Penulis
bersyukur mengenal beliau di Kampung Pentigraf Indonesia. Beliau adalah founder
KPI tersebut. Disana kita bisa belajar pentigraf bersama sesama pentigrafis (istilah penulisnya) dari
berbagai daerah. Di sana pula kita akan lebih mengenal tipe pentigraf, pola
penulisan dan berbagai unsur di dalamnya. Di sana bertemunya semua pentigrafis
dari yang pemula sampai yang tingkat senior.
Pentigraf merupakan akronim dari cerpen
tiga paragraf. Karya sastra jenis baru ini, kali pertama digagas dan dikembangkan oleh sastrawan dan akademikus dari Unesa,
Dr. Tengsoe Tjahjono.
Dinamakan pentigraf sebab syarat utamanya adalah terdiri dari
tiga paragraf, tidak kurang dan tidak lebih. Namun demikian, pentigraf
haruslah memiliki tokoh, alur cerita, dan konflik yang kuat. Untuk itulah,
mengapa dalam menuliskan pentigraf harus memperhatikan pemilihan diksi untuk
menciptakan kalimat yang efektif.
Siapakah sesungguhnya Tengsoe
Tjahjono, ketika googling maka muncullah beberapa data beliau. Antara lain
dari wikipedia Indonesia Tengsoe
menyelesaikan pendidikan pascasarjana dan doktoralnya di Universitas
Negeri Malang (UM). Dia merupakan penggagas terbitnya majalah
kebudayaan Kalimas di Surabaya. Selain menjadi dosen bahasa dan
sastra Indonesia di Universitas Negeri Surabaya (Unesa), dia juga
memimpin biro sastra, Dewan Kesenian Malang (DKM) dan Dewan Kesenian Jawa
Timur (DKJT). Ketokohannya di bidang sastra menjadikan dirinya kerap
diundang menjadi juri pada lomba cerpen/puisi, narasumber di berbagai seminar,
dalam dan luar negeri. Dan, kesetiannya mengasuh sanggar sastra Kalimas berbuah
penghargaan di bidang sastra dari gubernur Jawa Timur, tahun 2012.
Saat ini Tengsoe tercatat sebagai dosen Bahasa dan sastra Indonesia di
Hankuk University of Foreign Studies, Korea.
·
Penghargaan :
·
5 Besar Lomba Cipta Puisi Nasional Universitas Sarjana
Wiyata Yogyakarta, 1983
·
10 Besar Lomba Cipta Puisi Sanggar Minum Kopi Denpasar
Bali, 1992
·
10 Besar Lomba Cipta Puisi Yayasan Selakunda Tabanan
Bali, 1998
·
Sastrawan Berprestasi Jawa Timur, 2012
Jika bersandar pada informasi itu
terasa sekali kurang up date beritanya. Bahwa beliau penggagas pentigraf dan menjadi
nominasi cipta puisi 2021 penyair beberapa hari lalu belum tercatat disini.
Bahwa KPI yang dirintisnya sudah genap 5 tahun dan telah menerbitkan buku
bersama sebanyak 6 buku Kitab Pentigraf. Buku ke 6 adalah “ Sekian
Jalan Menuju Pasar” yang akan terbit akhir tahun 2021 ini.
Saya beruntung sempat meloloskan 2 karya pentigraf di buku ke
6 KPI ini berjudul “Kapak Bertuah” dan “Pelarian.” Surprisenya karya itu juga ada di dalam bagian
buku 100 Pentigraf ini.
Sebagai catatan akhir, walau pun saya mengenal beliau 1 tahun
yang lalu (2020) lewat pentigraf namun sebenarnya secara pribadi saya sering
menemukan tulisan beliau sewaktu mahasiswa di kurun waktu 1980-an. Saya sering
membaca nama beliau di koran Komunikasi IKIP Negeri Malang saat itu. Ternyata
beliau penulis sejak mahasiswa jurusan Pendidikan dan Sastra Indonesia. Secara
fisik saya juga pernah bertemu beliau ketika
beliau menjadi juri seleksi guru
prestasi di tahun 2015 di Kota Batu. Saya termasuk yang diujinya pada presentasi
karya tulis. Sastrawan dan penyair Tengsoe Tjahjono yang saya ingat
berpenampilan sama dengan saat ini berambut gondrong.
Ketika peringatan HUT Kampung Pentigraf yang ke 5 di Malang 14 November kemarin
diperingati dengan sederhana namun meriah. Bagaimana kemeriahan peringatan itu,
nantikan reportase tulisan berikutnya.
Salam Literasi,
Blitar, 30 November 2021
Hariyanto
|
|||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar