Sabtu, 06 November 2021

MENYIMAK PENGANTAR JALAN MENUJU KE PASAR



MENYIMAK PENGANTAR JALAN  MENUJU KE PASAR

Oleh. Hariyanto


Aslinya judul buku nantinya adalah SEKIAN JALAN MENUJU PASAR, sebuah buku kitab pentigraf, berisi kumpulan lebih dari 200 karaya pentigraf yang ditulis oleh 115 Pentigrafis. Buku ini adalah proyek dari KPI yang langsung dipandegani oleh  Tengsoe Tjahjono pendiri KPI (Kampung pentigraf Indonesia)

Buku ini sudah disiapkan sejak 3 bulan lalu, dan akan terbit di akhir tahun 2021 ini. Pengantarnya dibuat sendiri oleh beliau Tengsoe Tjhajonno, dan mengundang decak kagum penulisnya. (Dapat dibayangkan bagaimana nanti rekasi dan emosi pembacanya ). Ini saya kutip salah satu penulisnya malam ini menuliskannya di grup:

Wow,  Kata Penhantar yang luar biasa. Selamat kepada Mas Abi Utomo, Mas Alkaryana, Bu Surya,  Mbak Didit, dan Mbak Yvone yang karyanya disebut-sebut dalam Kata Pengantar ini. Jadi tidak sabar untuk segera membaca karya-karya hebat di Kitab Pentigraf " Sekian Jalan Menuju Pasar".  

Judul Pengantarnya unik : DARI FIRASAT KEMATIAN SAMPAI MEMORI YANG TERBUKA diurai dengan panjang lebar, menjadi sebuah usai mirip cerpen.  Di awal pengantarnya disebutkan bahwa tulisan dari 115 pentigrafis ini berisi karya yang bermacam-macam seperti barang dipasar yang dijajakan pedagangnya, pembeli tinggal memilih barang terbaiknya. Kemudian beberapa karya pentigraf di kupasnya, yang sebagian besar menceritakan renik kehidupan dan kisah cinta pria dan wanita. Hingga tulisan itu diakhiri dengan harapannya agar sajian pentigraf yang penuh makna ini menjadi suguhan yang bermanfaat, dan semga menjadi berkah. Begini cuplikannya :

"Membaca pentigraf dalam Kitab Pentigraf ini pembaca akan disuguhi pesan-pesan
kemanusiaan dan kehidupan yang indah dan mudah ditangkap. Pentigraf yang termasuk genre cerita
pendek yang pendek ini tidak lantas minimalis pula keindahan, peristiwa, persoalan, serta pesan yang
ingin disampaikan. Kepadatan dan kependekannya itu justru membuat pembaca lebih fokus dalam
menyelami persoalan kehidupan. Semoga sungguh menjadi berkah."

Membaca akhiran ini saya jadi teringat tulisan beliau tentang pentingnya konsisten menulis, Jika Mahatir Muhammad dalam usia 94 tahun masih bugar beliau memberikan tipsnya antara lain hendaknya menussia tidak berhenti membaca dan menulis agar otak tidak menjadi pikun. Maka Tengsoe Tjahjono menganjurkan agar menulis saja apa pun statusnya dan siapa pun karena menuis itu bisa berbagai cinta, empati dan solidaritas., menulis itu kerja kemanusiaan. 

Ini tulisan beliau yang saya kutipkan :

... Akhirnya saya melihat sosok yang luar biasa yang berbeda dengan sosok lain karena tulisan. KARENA KITA MENULIS, MAKA KITA BERBEDA. Biarkan kita tetap menjadi dokter, tetapi dokter yang menulis. Biarkan kita tetap menjadi ibu rumah tangga, pengayuh sepeda onthel, trainer, guru, dan sebagainya, namun ibu rumah tangga, pengayuh sepeda onthel, trainer, guru, dan sebagainya, yang menulis. Dengan menulis kita tidak hanya berguna bagi diri sendiri, tetapi juga bagi banyak orang.
... Menulis BUKAN untuk menjadi penyair, sastrawan, atau pujangga. Bagi KITA MENULIS BERARTI BERBAGI CINTA, EMPATI, dan SOLIDARITAS di tengah-tengah masyarakat material dan hedonis dewasa ini. MENULIS ADALAH KERJA KEMANUSIAAN.

Tengsoe Tjahjono

Kesimpulannya akhirnya ketemu, menulis pentigraf, walau pun bentuknya pendek, singkat, namun tetap berguna dan bermanfaat. Baik untuk penulisnya maupun pembacanya.  

Salam Literasi
HARIYANTO
6.11.2021

7 komentar: