Oleh : Hariyanto
Kurikulum Merdeka adalah kurikulum
dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih
optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan
menguatkan kompetensi.
Sementara Praktik pembelajaran di
kelas dilakukan sesuai dengan tingkat kemampuan siswa yaitu pendekatan belajar yang berpusat pada
peserta didik berdasarkan tingkat kemampuan mereka, bukan pada pada tingkatan
kelas.
Sejak awal
sudah ditekankan bahwa kumer ini merupakan kurikulum yang membawa semangat
pemulihan pembelajaran. Ketertinggalan pembelajaran memerlukan langkah cepat
dan sigap untuk penanganannya. Materi yang essensial, demikian pokok
permasalahan berkaitan dengan literasi baca tulis dan numerasi, menjadi salah
satu alternatif yang diusung kumer.
Apa
yang disebut materi essensial itu ?
Ada pengaturan baru yaitu Mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan menjadi mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), dengan harapan dapat memicu anak untuk
dapat mengelola lingkungan alam dan
sosial dalam satu kesatuan.
Selain itu, pada Kurikulum Merdeka, terdapat Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
penguatan Profil
Pelajar Pancasila yang dilakukan minimal 2 kali dalam satu
tahun ajaran.
Inilah Hal-Hal Esensial Kurikulum Merdeka di Jenjang
SD :
- Penguatan kompetensi yang
mendasar dan pemahaman logistik
- Untuk
memahami lingkungan sekitar, mata pelajaran IPA dan IPS digabungkan
sebagai mata pelajaran Imlu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS)
- Integrasi
computational thinking dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika
dan IPAS
- Bahasa
Inggris sebagai mata pelajaran pilihan
- Pembelajaran berbasis projek
untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dilakukan minimal 2 kali dalam
satu tahun ajaran
Ada catatan penting dalam
penjelasan materi essensial, yaitu Integrasi Computational Thinking
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan IPAS. Apa yang dimaksud
dengan Computational Thinking (CT) ?
Secara
sederhana Computational Thinking adalah metode menyelesaikan persoalan
dengan menerapkan teknik ilmu komputer (informatika). Computational thinking
sebagai cara berpikir untuk menyelesaikan masalah atau problem solving bekerja
dengan cara menguraikannya menjadi beberapa tahapan yang efektif, efisien, dan
menyeluruh, meliputi: decomposition, pattern recognition, abstraction,
algorithms yang merupakan beberapa konsep dasar ilmu komputer.
Dalam
memecahkan masalah, metode ini menghendaki siswa untuk memformulasikan masalah
dalam bentuk masalah komputasi dan kemudian menyusun solusi komputasi yang baik
(dalam bentuk algoritma) atau menjelaskan mengapa tidak ditemukan solusi yang
sesuai.
Ada 4 Tahapan dalam Computational Thinking 1) Decomposition Tahap pertama dari computational thinking
adalah decomposition. Dalam tahap ini, masalah dipecah menjadi lebih kecil dan
sederhana. Dengan demikian masalah tersebut dapat diselesaikan satu persatu dan
dapat diidentifikasi perbagian dari mana masalah itu datang. 2) Pattern Recognition Pada tahap kedua ini, Siswa harus mencari
pola. Biasanya, di dalam sebuah masalah terdapat pola-pola tertentu untuk
memecahkannya. 3) Abstraction Tahapan ketiga dari teknik pemecahan masalah dengan
computational thinking adalah abstraksi. Hal ini sangat penting dilakukan
karena biasanya dengan melihat karakteristik umum akan memungkinkan untuk
membuat model suatu penyelesaian masalah tersebut. 4.)Algorithm Tahap terakhir dari computational thinking adalah
Algorithm. Dalam tahap ini siswa harus dapat mengembangkan petunjuk pemecahan
masalah yang sama secara step-by-step atau langkah demi langkah, tahapan demi
tahapan sehingga orang lain dapat menggunakan langkah/informasi tersebut untuk
menyelesaikan permasalahan yang sama.
Mengapa
Berpikir Komputasi Penting untuk Dipelajari?
Computational
thinking atau berpikir komputasi adalah teknik pemecahan masalah yang sangat
luas wilayah penerapannya, tidak hanya sebatas untuk menyelesaikan masalah
seputar ilmu komputer saja. Berpikir komputasi juga dapat diaplikasikan untuk
menyelesaikan berbagai masalah di dalam kehidupan sehari-hari.
Bagaimana
cara mengajarkan Computational Thinking di sekolah? Mengimplementasikan
Computational Thinking adalah dengan cara memahami masalah, mengumpulkan semua
data, lalu mulai mencari solusi sesuai dengan masalah. Kemudian pada tahap dekomposisi,
siswa diajarkan untuk mem-breakdown atau memecah suatu masalah yang komplek
menjadi masalah-masalah yang lebih sederhana untuk diselesaikan. Computational
Thinking sebagai pendekatan pembelajaran dapat disejajarkan dengan pendekatan
dan metode pembelajaran lainnya seperti Pembelajaran Berbasis Proyek atau
Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam pembelajaran sains.
Contoh
Computational Thinking Dalam Sekolah
Dalam pelajaran IPA atau sains,
siswa mengamati banyaknya sampah plastik dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tanah menjadi tidak subur dan tidak bisa ditanami. Bagaimana solusinya?
Dalam pelajaran IPA atau sains,
siswa mengamati banyaknya sampah plastik dan menyebabkan pencemaran lingkungan.
Tanah menjadi tidak subur dan tidak bisa ditanami. Bagaimana solusinya?
Hal pertama yang dilakukan adalah
melakukan tahap dekomposisi. Ajak siswa untuk mencari tahu:
1. Apa yang menyebabkan menumpuknya
sampah plastik? Orang-orang sudah sangat ketergantungan dalam menggunakan plastik
pada kehidupan sehari-hari.
2. Mengapa tanah menjadi tercemar?
Plastik merupakan jenis benda yang sulit untuk diuraikan secara alamiah.
Dalam tahap ini siswa dapat
mengidentifikasi masalah-masalah yang ingin dicari solusinya.
Solusi pertama misalnya dengan
mencari pengganti kantong plastik dengan kemasan yang lebih ramah lingkungan
seperti kertas atau kantong plastik yang
terbuat dari singkong.
Solusi kedua adalah mencari cara
mengolah sampah plastik sehingga tidak mencemari lingkungan misalnya
dengan mendaur ulang plastik-plastik
tersebut dan kemudian menggunakan alternatif lain yang lebih ramah lingkungan.
Pattern atau pola yang dapat
dilihat oleh siswa adalah orang menggunakan kantong plastik untuk membawa atau
menyimpan barang. Orang sering berbelanja menggunakan kantong plastik. Orang
suka menyimpan barang-barang dengan menggunakan kantong plastik.
Tahap selanjutnya yaitu abstraksi.
Pada tahap ini siswa fokus pada alternatif pengganti plastik yang lebih ramah
lingkungan misalnya dengan mencari bahan lain pembuat plastik yang ramah lingkungan
misalnya dari singkong.
Tahap terakhir yaitu Algoritma.
Bagaimana langkah-langkah membuat kantong plastik dari singkong yang ramah
lingkungan. Siswa harus dapat menuliskan urutan langkah yang tepat dan rinci
cara membuat kantong plastik ramah lingkungan dari singkong.
Penerapan computational thinking
dalam pembelajaran membutuhkan kreativitas guru. Guru Pintar harus
pandai-pandai meramu pelajaran sehingga menjadi lebih bermakna.
( sumber : https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/mengenal-apa-itu-computational-thinking
dikutip, 19 Juli 2022)
Matur nuwun ilmunya.Cak Har. Lanjut
BalasHapusTerimakasih Cak sudah menyemangati. Siap lanjut.
Hapus