Jumat, 08 Juli 2022

Mengapa Ada Kumer ?

 


Oleh : Hariyanto

 

   



Dalam buku saku tentang Kurikulum Merdeka terbitan Direktorat Sekolah Dasar Kemendikbudristek disebutkan bahwa “Kurikulum Merdeka adalah kurikulum


dengan pembelajaran yang beragam. Kurikulum Merdeka berfokus pada konten-konten yang esensial agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.”


Penjelasan materi esensial adalah materi pokok yang bisa dipahami secara singkat dan mendalam, diharapkapkan bisa mengejar ketertinggalan pembelajaran sebelumnya. Dalam hal ini karena adanya Pandemi Covid 19 yang menyebabkan adanya “Learning Loss.”


Materi yang disebut sebagai materi essensial dan mengalami ketertinggalan selama ini adalah terutama di bidang Literasi Baca Tulis dan Numerasi. Mengapa itu terjadi ? Karena pandemi tersebut telah mengubah berbagai aspek kehidupan termasuk dalam pembelajarannya. Proses pembelajaran tatap muka diganti dengan pembelajaran menggunakan alat IT dengan istilah daring ( dalam jaringan). Semua tadi untuk mengatasi masalah ketertinggalan yang berkepanjangan. Istilahnya ketertinggalan yang populer disebut ketertinggalan pembelajaran (learning loss) dan ketimpangan pembelajaran (learning gap) selama pandemi.


Dampak Pandemi Covid 19 saat itu antara lain disebabkan : peserta didik tidak mempunyai


akses terhadap: (1) perangkat digital; (2) guru adaptif dan berkemampuan IT yang mencukupi;


(3) kondisi finansial; dan (3) orangtua yang aktif memberikan dukungan (The SMERU Research Institute, 2020).


Selama 2 tahun Pandemi COVID-19, telah terjadi peningkatan kehilangan pembelajaran (loss learning) yang signifikan ditinjau dari pencapaian kompetensi literasi dan numerasi siswa. Riset menunjukkan sebelum Pandemi COVID-19, kemajuan belajar selama 1 tahun (kelas 1 SD) adalah sebesar 129 poin untuk literasi dan 78 poin untuk numerasi. Sedangkan saat Pandemi COVID-19, kemajuan belajar selama kelas 1 berkurang secara signifikan. Untuk literasi, kehilangan pembelajaran siswa setara dengan 6 bulan belajar. Sedangkan untuk numerasi, kehilangan pembelajaran yang terjadi pada 3.391 siswa SD dari 7 Kab/ Kota di 4 provinsi, pada bulan Januari 2020 dan April 2021 sebagai sampel yang diteliti oleh Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) pada tahun 2021.


Bagaimana respon Pemerintah ? Dalam hal ini Kemendikbud mengambil langkah kebijakan memberikan opsi pilihan penggunaan kurikulum. Kebijakan ini dituangkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 yang intinya memberikan keleluasaan kepada satuan pendidikan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 secara penuh, menggunakan kurikulum dari kurikulum 2013 yang dikembangkan oleh pemerintah, atau satuan pendidikan melakukan penyederhanaan kurikulum 2013 secara mandiri.


Hasilnya ? Ternyata penggunaan kurikulum darurat dinyatakan lebih berhasil dalam capaian pembelajaran di bidang Literasi Baca Tulis dan Numerasi.


Survei yang dilakukanm pada 18.370 siswa kelas 1-3 SD di 612 sekolah di 20 kab/kota dari 8 provinsi selama kurun waktu bulan April-Mei 2021 menunjukkan perbedaan hasil belajar yang signifikan antara Kurikulum 2013 dan kurikulum darurat. Selisih skor literasi dan numerasinya setara dengan 4 bulan pembelajaran. Pada skor numerasi, siswa pengguna Kurikulum 2013 memperoleh skor 482 dibanding siswa pengguna kurikulum darurat dengan skor 517. Sementara skor literasi siswa pengguna Kurikulum 2013 memperoleh skor 532 dibanding siswa pengguna kurikulum darurat dengan skor 570. Bila kenaikan hasil belajar itu direfleksikan ke proyeksi kehilangan pembelajaran numerasi dan literasi, penggunaan kurikulum darurat dapat mengurangi dampak pandemi sebesar 73% (literasi) dan 86% (numerasi).


Lalu bagaimana nasib selanjutnya pada Kurikulum 2013 ?


Pembahasan selanjutnya adalah evaluasi terhadap kurikulum 2013 selama ini, terhadap keunggulan dan kelemahannya. Sehingga nantinya jika ada perubahan kurikulum tidak serta merta ada anggapan “Ganti Menteri Ganti Kurikulum,” atau “Ganti Kurikulum, Ganti Semuanya.” Pasti ada yang baik dan masih sesuai dengan perkembangan zaman pada kurikulum sebelumnya untuk dilanjutkan pada praktik yang akan datang.


Blitar, 8 juli 2022

Tidak ada komentar:

Posting Komentar