Kamis, 28 Januari 2021

PJJ ; Guru Bebas Kolaborasi

 





Di saat Pandemi Covid 19 ini dunia pendidikan sibuk dengan usaha Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan melibatkan banyak pihak, guru, siswa dan orangtua. Terjadilah banyak kebingungan dalam pelaksanaannya, karena seperti menghadapi situasi baru yaitu belajar secara daring (dalam jaringan) menggunakan alat tehnologi.  Bahkan juga dengan luring (luar jaringan) karena tidak ada jaringan internet, serta campuran antara daring dan luring.

Belajar mengenai PJJ kadang kita salah menafsirkan sebagai belajar yang terpisah oleh jarak saja. Padahal  ada kelanjutannya dengan dijembati media untuk pembelajaran, termasuk usaha pertemuan dengan siswa dan orangtua dengan protokol kesehatan dalam kurun waktu tertentu.

Ciri PJJ menurut salah satu pendapat ahlinya :

1) Guru dan siswa terpisah oleh jarak (sering di anggap ciri satu-satunya)

2) PJJ berbeda dengan pendidikan informal, otodidak atau belajar sendiri. PJJ

mempersyaratkan adanya pengelola proses pembelajaran.

3) Penggunaan media sebagai perantara yang mempertemukan guru dengan peserta didik dan membawa isi pembelajaran.

4) PJJ menggunakan sarana komunikasi dua arah.

5) PJJ meski terpisah jarak, namun memungkinkan dalam kesempatan tertentu untuk bertemu (konsultasi, tutorial dll)

6) PJJ merupakan proses yang panjang: mulai dari  mendesain, mengembangkan, memproduksi, mendistribusikan,  memfasilitasi pembelajaran, memberikan feedback, memperbaiki rancangan dst.

7)PJJ menjadi alternatif bagi negara berkembang untuk meningkatkan akses, partisipasi serta pemerataan kesempatan dalam pendidikan. 

( Atwi Suparman, Pendidikan Jarak Jauh, Teori dan Praktek, 2004)

Kesimpulannya : Pembelajaran jarak jauh dilakukan oleh peserta didik dengan bantuan media, perangkat ajar dan sumber  belajar yang dibutuhkan, serta pendampingan orangtua atau orang dewasa untuk memfasilitasi interaksi peserta didik dengan guru.

Ada kata kunci yang penting adalah terpadunya media,dan pendampingan orangtua, siswa dan guru. Titik pertemuan itu bisa sukses jika ada gerakan, bebas belajar, bebas membelajarkan, bebar berkreasi, bebas berinovasi

Dalam situasi baru saat ini kebebasan itu ditanggapi dengan baik oleh kemendikbud dengan istilah “merdeka belajar.” Guru bebas berkreasi, bebas menilai, bebas memadu kerjasama dengan orangtua dan berbagai pihak untuk satu tujuan kesuksesan siswa/anak dalam belajar. 

Sudahkah kita sebagai guru, siswa dan orangtua merasa bebas saat ini ?

 

Blitar, 28 Januari 2021

11 komentar:

  1. Yup guru bebas berkreasi.. Dg tetap mmliki tujuan yg pasti anak didik senang guru senang ortu senang.. Smua tetap terkondisikan..

    BalasHapus
  2. Meskipun dalam situasi pjj semoga ilmu yang kita berikan kepada anak didik bisa memberikan manfaat pada mereka.

    BalasHapus
  3. Dengan pjj anak-anak bebas berkreasi di rumahnya masing-masing.

    BalasHapus
  4. Wah benar2 Bebas ni temanya, bqgus...

    BalasHapus
  5. PJJ semakin meningkatkan kolaborasi guru, orang tua dan siswa.

    BalasHapus
  6. Wah ini banyak dapet ilmu ttg pjj. Trmksh pk

    BalasHapus
  7. Master... Trimks atas share ilmunya. Betul sekali PJJ sangat melelahkan guru, siswa dan orang tua. Luar biasa tulisannya

    BalasHapus
  8. Sayangnya masih belum semua bisa memaknai bebas dengan tepat. Bahkan ada yang banyak semaunya sendiri.

    BalasHapus
  9. Banyak keluhan dan kendala yang membuat kebebasan dalam merdeka belajar.
    Sehingga terlihat kurang efektif, jika tidak dicarikan solusi alternatif

    BalasHapus
  10. Banyak kendala dalam pelaksanaan PJJ. Hanya saja kadang murid merasa terbebani dengan tugas, atau mungkin ada juga yang acuh.

    BalasHapus
  11. Semoga kita tetap memberi manfaat, walaupun banyak kendala yang dihadapi.

    BalasHapus