DI BILIK KPK
Oleh. Hariyanto
Sungguh
pengalaman pertama yang mendebarkan. Aku harus duduk di sebuah kursi “nyaman” di tempat yang “menakutkan.” Kantor KPK lantai
5 tepatnya di ruang periksa. Seyogyanya
aku tidak harus ketakutan apalagi berdebar seperti ini. Aku yakin bisa menjawab
setiap pertanyaan yang akan ditanyakan nanti. Seyogyanya aku juga tidak secemas
ini, karena yakin tidak bersalah.
Ruang
itu seperti memiliki aura khusus. Ruang
kecil berisi 1 meja panjang dan beberapa kursi itu menjadi saksi bisu
pengakuan. Ruangan itu seolah membuat orang tidak bisa bersembunyi lagi. Tidak
bisa berkelit kecuali pasrah, karena tangannya akan bicara, kaki pun bicara,
rambut bicara, kulit bicara, bahkan ketika mulut hanya kaku terdiam. Dalam kesendirian
di ruang ukuran 6 x 5 meter itu saya menggigil kedinginan, karena AC bersuhu
rendah. Tetapi petugas segera menyapa ramah dan membetulkannya. Seolah tahu
keluhanku dalam hati.“Sudah selesai Bapak, silakan meninggalkan ruangan.
Terimakasih atas kerjasamanya.” Petugas membuka pintu sambil mempersilakan
dengan sangat ramah.
Bayanganku
tak lepas dari wajah pimpinan kantor, bersama selusin pejabat lainnya yang kini ada di balik jeruji. Ini zaman
edan yen ra edan ra keduman *). orang yang lupa (gila), masih akan beruntung jika
selalu ingat dan waspada. Wajah Ki Ronggo Warsita menyegarkan pikiranku untuk
bersyukur kepada Tuhan bahwa aku tidak ikut edan. Nrimo ing Pandum.
*) edan = gila;
jika tidak gila tidak kebagian ( = ra keduman)
#pentigraf
peribahasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar