Oleh. Hariyanto
SALAM LITERASI
Tulisan ini
merupakan penulisan ulang dari tulisan 14 Oktober 2021 lalu tentu saja dengan pendalaman dan suasana baru seiring
pengalaman selama ini.
Kali ini saya
akan membahas bagaimana praktik menulis puisi secara fokus : 1 puisi 1 obyek, 1
bahasan, dan 1 sudut pandang. Ini sebenarnya motto dari P20 atau Puisi
2.0. Tetapi jika diperhatikan sebenarnya
ini aturan untuk penulisan puisi secara umum atau menulis artikel tertentu,
tentunya perlu fokus akan satu bahasan atau satu obyek.
Fokus dalam
satu pembahasan membuat tulisan menjadi menarik. Begitu pula dalam puisi 2.0
dengan keterbatasan jumlah kata, dituntut fokus, hemat kata dan penggunaan
majas yang cermat.
Justeru syarat
‘FOKUS” inilah dapat dikatakan “mudah”
diucapkan tetapi sulit diterapkan. Setidaknya pengalaman saya menulis dan
berlatih berkali-kali, belum sampai juga pada satu pengertian yang paripurna. Masih
saja salah dan keliru dalam praktiknya.
Inginnya
menulis satu “obyek” selalu tergoda menulis obyek lainnya dalam 1 puisi
tersebut. Kok bisa ? Ya....ikutilah
kisah pengalaman untuk FOKUS 1 obyek dalam menulis puisi 2.0.
Bagaimana bisa
terjadi. Inilah contoh yang saya alami.
Perhatikan
puisi yang telah saya tulis untuk menggambarkan lampu mati, yang sebenarnya
ingin menggambarkan lampu mati akibat pemadaman listrik akibat kesalahan tehnis
maupun secara bergilir. Namun saya ikuti saja alur pembahasanan pada fokus mati
lampu akibat bohlam yang mati. Agar jelas masalah FOKUS nya.
MATI LAMPU
Oleh.
Hariyanto
Mati lampu
Dunia dalam
kegelapan
Langkah
tertatih-tatih
Azan di masjid
Sayup-sayup
Sholat dalam
temaram
Pelita
Di sudut malam
Blitar, 14
Oktober 2021.
Perhatikan
sekali lagi. Puisi di atas yang saya anggap selesai dan sempurna. Tetapi dan oh
ternyata.......JRENGGGG. Salah fokus......over fokus dan berakibat menjadi tidak fokus....alias
FOKUS lebih dari satu. KOK BISA ???
Yahhh.....Hanca
jadinya.
Anggalah gagal
sudah puisi ini. Targer hilang satu puisi. HANCA HANCA.
Padahal saya sudah
berusaha menulis puisinya secara fokus......sesuai pedoman. Fokus pada 1 obyek.
Maka setelah
tertunda beberapa jam kemudian ingin saya memperbaiki puisinya yang kurang
fokus agar berubah fokus. Tapi
sebelumnya sekali lagi untuk dibantu ya....
Cek....ya
tolong ikut cek puisi di atas ada berapa obyek ya ?
Catatan bahwa
fokus itu artinya adalah satu puisi fokus pada 1 obyek..
Ternyata dari
puisi di atas telah ditemukan sedikitnya 4 obyek , nukan 1 obyek. Apa saja obyek itu. Inilah obyeknya....
1. Mati lampu alias bola lampu
mati.
2. Orang berjalan ke masjid
3. Shalat di masjid
4. Pelita.....
Luar biasa.
Kasus ini justeru terjadi pada puisi saya ada 4 obyek sekaligus.....ck ck
ck.....Cicak di dinding pun bernyanyi sambil menggeleng kepalanya.
Maka saran mentornya
(kebetulan sedang belajar saat itu ) pada sang Gurunya penggagas P2.0 Dr. Endang Kasupardi......mending dijadikan 4
puisi. Wah sarannya malah berupa tugas. Maka saya pun mulai mengerjakan tugas
yang belum selesai, yaitu membuat 4 puisi dari 4 obyek baru tadi.
1. BOHLAM MATI
Bohlam mati
Menciptakan kegelapan
Seolah hari semakin kelam
Memasuki ruang baru
Asing sama sekali
2. JAMAAH SHALAT
Setelah azan menyeru
Bertaburan dari rumah
Menuju satu arah
Rumah baru
Yang atapnya menjulang
Dengan menara
Menembus langit
Bersujud di dalamnya.
3. SHALAT
Ketika doa terucap
Di lesan seorang diri
Petunjuk jalan lurus
Menjadi dambaannya
Sekaligus tuntutannya
Sehabis salam.
4. PELITA
Sinarnya temaram
Menembus malam
Melalui jendela surau
Keluar pelan
Menuju langit
Menembusnya
Malam itu.
Blitar, 14 Oktober 2021
Lampiran : CATATA SANG
MENTOR
Ternyata malam ini puisi
saya dibahas dan mendapat masukan serta perbaikan. Tulisan mentor tersebut saya
kutip disini agar semakin jelas arti fokus 1 obyek dalam puisi . Bahwa puisi
saya BOHLAM MATI yang saya anggap sudah baik dan fokus ternyata belum
menceritakan bohlamnya, tetapi susasana ketika bohlam
mati.......NAH......bagaimana ??? Ini masukannya Mentor dan penggagas puisi 2.0
Bapak Endang Kasupardi :
Saya ambil satu puisi
untuk diubah ya.
Puisi bohlam mati
Bohlam mati
Menciptakan kegelapan
Seolah hari semakin
kelam
Memasuki ruang baru
Asing sama sekali
Ini sudah lumayan. Deket
ke satu objek. Ingin menceritakan bohlam, tapi yang dibahas bukan bohlam tapi
suasana saat bohlam mati. Coba rasakan itu.
Saya ubah ungkapannya
menjadi begini
BOHLAM MATI
bulat menggelayut
tak lagi terang di ruang
gelap
Disana
Diantara lelangit rumah
Ia mati menggelantung
Tidak busuk
Tapi
Tetap dibuang
Coba, bedakan yang
dijelaskannya. Ini suasana atau objek bohlam yang diterangkan dalam puisi
ini.
Setelah paham, lalu ubah
judulnya.
Maka diubah apa pun
judulnya asal bisa memaknainya, akan cocok saja puisi ini. Kesimpulan puisi
tadi dengan isi sama tapi saya pasang judul berbeda dan TRENGGGGG....inilah
hasilnya
PERJAKA TUA
bulat menggelayut
tak lagi terang di ruang
gelap
Disana
Diantara lelangit rumah
Ia mati menggelantung
Tidak busuk
Tapi
Tetap dibuang
dan
PEKERJA TUA
bulat menggelayut
tak lagi terang di ruang
gelap
Disana
Diantara lelangit rumah
Ia mati menggelantung
Tidak busuk
Tapi
Tetap dibuang
Kenangan malam pada
BOHLAM MATI.
Terimakasih Pak sudah
memberi penerangan malam ini. Semoga semua ini barokah. Bermanfaat untuk semua
aamiin,. Jazakallah
SALAM LITERASI
Blitar, Kamis 14 Oktober
2021 ditulis kembali Kamis, 3 Feberuari 2022
Catatan : Arti kata
HANCA menurut KBBI
Hanca
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata hanca adalah
pekerjaan yang tertunda. Hanca memiliki arti dalam kelas
nomina atau kata benda sehingga hanca dapat menyatakan nama
dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Pertanyaannya apakah sudah memahami arti fokus dalam menulis puisi
2.0 ini ? Semoga bermanfaat. Aamiin.
Salam Literasi
HARIYANTO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar