Rabu, 02 Februari 2022

FOKUS DALAM PUISI 2.0




Oleh. Hariyanto

SALAM LITERASI

Tulisan ini merupakan penulisan ulang dari tulisan 14 Oktober 2021 lalu tentu saja  dengan pendalaman dan suasana baru seiring pengalaman selama ini.

Kali ini saya akan membahas bagaimana praktik menulis puisi secara fokus : 1 puisi 1 obyek, 1 bahasan, dan 1 sudut pandang. Ini sebenarnya motto dari P20 atau Puisi 2.0.  Tetapi jika diperhatikan sebenarnya ini aturan untuk penulisan puisi secara umum atau menulis artikel tertentu, tentunya perlu fokus akan satu bahasan atau satu obyek.

 

Fokus dalam satu pembahasan membuat tulisan menjadi menarik. Begitu pula dalam puisi 2.0 dengan keterbatasan jumlah kata, dituntut fokus, hemat kata dan penggunaan majas yang cermat.

 

Justeru syarat  ‘FOKUS” inilah dapat dikatakan “mudah” diucapkan tetapi sulit diterapkan. Setidaknya pengalaman saya menulis dan berlatih berkali-kali, belum sampai juga pada satu pengertian yang paripurna. Masih saja salah dan keliru dalam praktiknya.

Inginnya menulis satu “obyek” selalu tergoda menulis obyek lainnya dalam 1 puisi tersebut.  Kok bisa ? Ya....ikutilah kisah pengalaman untuk FOKUS 1 obyek dalam menulis puisi 2.0.

 

Bagaimana bisa terjadi. Inilah contoh yang saya alami.

Perhatikan puisi yang telah saya tulis untuk menggambarkan lampu mati, yang sebenarnya ingin menggambarkan lampu mati akibat pemadaman listrik akibat kesalahan tehnis maupun secara bergilir. Namun saya ikuti saja alur pembahasanan pada fokus mati lampu akibat bohlam yang mati. Agar jelas masalah FOKUS nya.

 

 

MATI LAMPU

Oleh. Hariyanto

 

Mati lampu

Dunia dalam kegelapan

Langkah tertatih-tatih

Azan di masjid

Sayup-sayup

Sholat dalam temaram

Pelita

Di sudut malam

 

Blitar, 14 Oktober 2021.

 

Perhatikan sekali lagi. Puisi di atas yang saya anggap selesai dan sempurna. Tetapi dan oh ternyata.......JRENGGGG. Salah fokus......over fokus  dan berakibat menjadi tidak fokus....alias FOKUS lebih dari satu. KOK BISA ???

 

Yahhh.....Hanca jadinya.

Anggalah gagal sudah puisi ini. Targer hilang satu puisi. HANCA HANCA.

Padahal saya sudah berusaha menulis puisinya secara fokus......sesuai pedoman. Fokus pada 1 obyek.

Maka setelah tertunda beberapa jam kemudian ingin saya memperbaiki puisinya yang kurang fokus agar berubah fokus.  Tapi sebelumnya sekali lagi untuk dibantu ya....

Cek....ya tolong ikut cek puisi di atas ada berapa obyek ya ?

Catatan bahwa fokus itu artinya adalah satu puisi fokus pada 1 obyek..

Ternyata dari puisi di atas telah ditemukan sedikitnya 4 obyek , nukan 1 obyek.  Apa saja obyek itu. Inilah obyeknya....

 

1.     Mati lampu alias bola lampu mati.

2.     Orang berjalan ke masjid

3.     Shalat di masjid

4.     Pelita.....

 

Luar biasa. Kasus ini justeru terjadi pada puisi saya ada 4 obyek sekaligus.....ck ck ck.....Cicak di dinding pun bernyanyi sambil menggeleng kepalanya.

 

Maka saran mentornya (kebetulan sedang belajar saat itu ) pada sang Gurunya penggagas P2.0  Dr. Endang Kasupardi......mending dijadikan 4 puisi. Wah sarannya malah berupa tugas. Maka saya pun mulai mengerjakan tugas yang belum selesai, yaitu membuat 4 puisi dari 4 obyek baru tadi.

 

1.     BOHLAM MATI

 

Bohlam mati

Menciptakan kegelapan

Seolah hari semakin kelam

Memasuki ruang  baru

Asing sama sekali

 

 

2.     JAMAAH SHALAT

 

Setelah azan menyeru

Bertaburan dari rumah

Menuju satu arah

Rumah baru

Yang atapnya menjulang

Dengan menara

Menembus langit

Bersujud di dalamnya.

 

3.     SHALAT

 

Ketika doa terucap

Di lesan seorang diri

Petunjuk jalan lurus

Menjadi dambaannya

Sekaligus tuntutannya

Sehabis salam.

 

4.     PELITA

 

Sinarnya temaram

Menembus malam

Melalui jendela surau

Keluar pelan

Menuju langit

Menembusnya

Malam itu.

 

Blitar, 14 Oktober 2021

 

 

Lampiran : CATATA SANG MENTOR 

 

Ternyata malam ini puisi saya dibahas dan mendapat masukan serta perbaikan. Tulisan mentor tersebut saya kutip disini agar semakin jelas arti fokus 1 obyek dalam puisi . Bahwa puisi saya BOHLAM MATI yang saya anggap sudah baik dan fokus ternyata belum menceritakan bohlamnya, tetapi susasana ketika bohlam mati.......NAH......bagaimana ??? Ini masukannya Mentor dan penggagas puisi 2.0 Bapak Endang Kasupardi :

 

Saya ambil satu puisi untuk diubah ya. 

 

Puisi bohlam mati

 

Bohlam mati

Menciptakan kegelapan

Seolah hari semakin kelam

Memasuki ruang baru

Asing sama sekali

 

Ini sudah lumayan. Deket ke satu objek. Ingin menceritakan bohlam, tapi yang dibahas bukan bohlam tapi suasana saat bohlam mati. Coba rasakan itu. 

 

Saya ubah ungkapannya menjadi begini

 

BOHLAM MATI

 

bulat menggelayut

tak lagi terang di ruang gelap

 

Disana 

Diantara lelangit rumah

Ia mati menggelantung

Tidak busuk

Tapi

Tetap dibuang

 

Coba, bedakan yang dijelaskannya. Ini suasana atau objek bohlam yang diterangkan dalam puisi ini. 

 

Setelah paham, lalu ubah judulnya.

 

Maka diubah apa pun judulnya asal bisa memaknainya, akan cocok saja puisi ini. Kesimpulan puisi tadi dengan isi sama tapi saya pasang judul berbeda dan TRENGGGGG....inilah hasilnya

PERJAKA TUA

 

bulat menggelayut

tak lagi terang di ruang gelap

 

Disana

Diantara lelangit rumah

Ia mati menggelantung

Tidak busuk

Tapi

Tetap dibuang

 

 

dan

 

PEKERJA TUA

 

bulat menggelayut

tak lagi terang di ruang gelap

 

Disana

Diantara lelangit rumah

Ia mati menggelantung

Tidak busuk

Tapi

Tetap dibuang

 

 

Kenangan malam pada BOHLAM MATI.

Terimakasih Pak sudah memberi penerangan malam ini. Semoga semua ini barokah. Bermanfaat untuk semua aamiin,. Jazakallah

 

SALAM LITERASI

 

Blitar, Kamis 14 Oktober 2021 ditulis kembali Kamis, 3 Feberuari 2022

 

 

Catatan : Arti kata HANCA menurut KBBI

 

Hanca

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata hanca adalah pekerjaan yang tertunda. Hanca memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga hanca dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.

 

 

 

 

Pertanyaannya apakah sudah memahami arti fokus dalam menulis puisi 2.0 ini ?  Semoga bermanfaat. Aamiin.

 

 

Salam Literasi

 

HARIYANTO

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar