Minggu, 20 Februari 2022

MATI SATU TUMBUH SERIBU (Pentiigraf)

 


MATI SATU TUMBUH SERIBU

Oleh. Hariyanto

 

Kejadian di lapangan ini persis dengan perumpamaan itu. Satu banner diturunkan hari ini , muncullah besok banner lainnya. Seolah saling berlomba, siapa yang akan menang dalam bongkar pasang banner berisi “protes” itu. Peternak ayam protes melalui tulisan di banner. Isi tulisan itu terkesan curhat. Sehingga terkadang terdengar lucu. Seperti, Pak Presiden, kami sudah tidak kuat lagi untuk beternak. Kami serahkan semua nggih! Atau membandingkan Presiden saat ini dengan yang dulu, Enak zamanku  mbiyen tho ?

            Harus diakui, krisis peternak unggas kali ini telah menggulung ratusan usaha kelompok masyarakat. Belum termasuk usaha pribadi. Harga telur yang cenderung di bawah harga, ditambah pakan mahal membuat para peternak “mati suri.”  Bagai kerakap di atas batu, hidup segan mati tak mau. Bagi peternak besar, bahkan pemilik perusahaan pakan ini jelas bukan masalah.

            Di sebuah apel pagi. Seorang bawahan melaporkan kepada atasannya, bahwa dirinya belum berani menurunkan banner karena ada gambar komandan. Tentu saja komandan sangat terkejut mendengarnya. Sesuai laporan banner hari ini hanya berisi ucapan Selamat Ulang Tahun untuk komandan. “ Saya sampai lupa hari ini ulang tahun. Ini pasti ulah anakku.!” Apel pagi pun berakhir dengan kegaduhan kecil, suara riuh ucapan selamat anak buahnya. Dia tahu anaknya termasuk peternak yang bernasib sama dengan para pendemo damai ini.

# pentigraf peribahasa

Blitar, 20/02/2022



gbr. detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar