4 PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA DAN TERAPANNYA
#Opini_hariyanto
Andragogi begitulah sebutannya adalah konsep pembelajaran orang dewasa yang
telah dirumuskan secara sistematis sejak tahun 1920. Pendidikan orang dewasa
adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar
secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan
dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya
(Pannen dalam Suprijanto, 2008).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul
"The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan
teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi"
makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.
Andragogi
berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar
kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang
dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara
harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa.
Sedangkan istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan
adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid"
artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka
dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau
pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.
Malcolm Knowles (1986), menyebutkan ada 4
(empat) prinsip pembelajaran orang dewasa, yakni:
- Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan
membuat tujuan pembelajaran. Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian
hasilnya.
- Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran.
Menjadi tanggung jawab peserta didik menerima pengalaman sebagai suatu
yang bermakna.
- Orang dewasa lebih berminat mempelajari
perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan
mereka.
- Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah
(problem-centered) dan membutuhkan dorongan dan motivasi.
Orang dewasa sebagai peserta didik sangat
unik dan berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja. Proses pembelajaran
orang dewasa akan berlangsung jika dia terlibat langsung, idenya dihargai dan
materi ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya serta sesuatu
yang baru bagi dirinya. Permasalahan perilaku yang sering timbul dalam program
pendidikan orang dewasa yaitu mendapat hal baru, timbul ketidaksesuaian
(bosan), teori yang muluk (sulit dipraktikkan), resep/petunjuk baru (mandiri),
tidak spesifik dan sulit menerima perubahan (Yusnadi, 2004).
Kesimpulannya bahwa andragogi adalah
pembelajaran untuk orang dewasa jelas sangat berbeda dengan penerapannya bagi
anak atau pedagogi. Namun sesuai perkembangan zaman jika kita amati perbedaan
itu ada semakin hilang jika ditinjau dari prinsip pembelajarannya, Karena sesungguhnya praktek andogogi sudah
banyak diterapkan di sekolah, bahkan saat ini pun justeru menjadi pemicu untuk
sebuah pembaharuan metode pembelajaran.
Penerapan prinsip andragogi sebenarnya
sudah berlangsung di sekolah baik secara sadar maupun tidak, dan menjadi salah
satu penekanan yang perlu diterapkan terutama untuk metode pembelajaran baru.
Coba kita telaah kalimat di atas : “Orang
dewasa sebagai peserta didik sangat unik dan berbeda dengan anak usia dini dan
anak remaja, idenya dihargai dan materi ajar sangat dibutuhkannya atau
berkaitan dengan profesinya serta sesuatu yang baru bagi dirinya.”
Bulankah saat ini kita sudah lama dikenalkan
istilah CBSA sejak tahun 1980 an. Cara Belajar Siswa Aktif merupakan metode
belajar dengan pendekatan Student Centered Learning. Pembelajaran berpusat pada
siswa. Apalagi saat ini penerapan Kurikulum 2013 jelas-jelas berpusat pada
siswa. Metode pembelajaran Problem Based Learning ; atau Discovery Learning.
Semua membekali siswa dengan berbagai pengalaman lalu menemukan masalah dan
menguraikannya. Bukankah ini gambaran sebuah prinsip
andragogi .” Proses pembelajaran orang dewasa akan berlangsung jika dia terlibat
langsung ? “
Salah satu petuah Konfusius dari Cina : Aku mendengar dan aku lupa. Aku
melihat dan aku ingat. Aku melakukan dan aku mengerti. Seolah praktek
atau mengalami adalah hal yang perlu ditekankan dalam pendidikan masa kini. Hal
ini menguatkan bahwa POD (andragogi) sebenarnya sudah banyak diterapkan di
sekolah kita bahkan selalu ditekankan.
Setidaknya ada pesan bahwa metode ceramah hendaknya mulai dikurangi
seiring diberikan praktek dan penggunaan media.
Di masa Pandemi saat ini menggunakan moda daring (dalam jaringan). Hal ini sangat membutuhkan kepercayaan luar biasa
kepada sang anak. Apalagi adanya penerapan Merdeka Belajar. Siswa jelas diberi
kepercayaan penuh seperti orang dewasa ( walau dalam taraf belajar) yaitu
belajar mandiri karena dianggap sudah mempunyai pengalaman dasarnya, lalu
menilai diri sendiri (self evaluation) dan praktik ketrampilan sendiri di
rumah. Disinilah tantangannya, baik bagi Guru maupun Orangtua. Bagi Guru, sudahkah
menyadari adanya perubahan besar dalam paradigma ini, bahwa siswa membutuhkan
bimbingan dalam keterbatasan sekaligus mempercayakan dirinya menilai dirinya
sendiri. Jangan sampai Guru selalu apriori tidak percaya pada pekerjaan siswa
karena dikerjakan di rumah. Kalau pun toh dibantu orangtua, justeru disinilah
kerjasama baiknya. Tentu semua dilandasi hal yang sama yaitu untuk membantu
siswa balajar lebih berkembang lagi.
Akhir Guru dituntut untuk menerapkan prinsip Ki Hajar
Dewantara Bapak Pendidikan kita ; Ing Ngarsa Sing Tulodha, ( Di depan menjadi
contoh teladan) Ing Madya Mbangun Karsa
( Di tengah selalu membangun motivasi dan inisiatip Siswa) ; Tut Wuri Handayani
( Di Belakang betul-betul menjadi pendorong dan motivator ulung). Orang tua pun
harus mempunyai pemahaman sama sekaligus mau menjadi guru sejatinya di rumah
sendiri. Semoga
Blitar, 15 Juli 2021
@hariyanto
Informasi yang sangat bermanfaat ..keren ..hatur nuhun pak...
BalasHapusTerimakasih tulisannya bapak. Cuma kadang kondisinya. Tugas2 sepenuhnya dikerjaan orangtua. Karena anaknya keburu ngambek gak mau dibantu mengerjakan. Alhasil orangtua takut akan nilai angka dari guru. Lupa dengan sejatinya proses belajar.
BalasHapusAndragogi yang keren. Menambah ilmu dan wawasan. Keren pak..
BalasHapusTetimakasih ulasanya bapak sangat bermanfaat..sebagai guru semoga kita benar-bebar bisa melaksanakan prinsip ki Hajar Dewantara.aamiin
BalasHapusDulu ada pelawak Jogja yang bilang CBSA juga. Ternyata, artinya adalah Contek Bila Situasi Aman. Ini mungkin yang dipraktekkan banyak murid, haha...
BalasHapusAku mendengar dan aku lupa. Aku melihat dan aku ingat. Aku melakukan dan aku mengerti. Menjadi kalimat yang sangat mengena. Terima kasih berbagi ilmunya.
BalasHapusBelajar sepanjang hayat. Belajar tak kenal Usia, dan kita adalah pembelajar yang menyandang istilah Aner.
BalasHapusSangat informatif,,,terima kasih ilmunya
BalasHapusWah andragogi ... Kalau saya mesti baca berulang terkait andragogi agar paham. Hhe ... padahal penting ya.
BalasHapusKeren Bang Harr. Saya baca seringnya lupa. Saya liat ehh tertarik untuk mengingat.
BalasHapus