Kamis, 15 Juli 2021

4 PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA DAN TERAPANNYA




4 PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA DAN TERAPANNYA

#Opini_hariyanto

 

Andragogi begitulah sebutannya  adalah konsep pembelajaran orang dewasa yang telah dirumuskan secara sistematis sejak tahun 1920. Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses yang menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjang hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya (Pannen dalam Suprijanto, 2008).


Malcolm Knowles
 dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan.

Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. Sedangkan  istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.

 

Malcolm Knowles (1986), menyebutkan ada 4 (empat) prinsip pembelajaran orang dewasa, yakni:

  1. Orang dewasa perlu terlibat dalam merancang dan membuat tujuan pembelajaran. Mereka mesti memahami sejauh mana pencapaian hasilnya.
  2. Pengalaman adalah asas aktivitas pembelajaran. Menjadi tanggung jawab peserta didik menerima pengalaman sebagai suatu yang bermakna.
  3. Orang dewasa lebih berminat mempelajari perkara-perkara yang berkaitan secara langsung dengan kerja dan kehidupan mereka.
  4. Pembelajaran lebih tertumpu pada masalah (problem-centered) dan membutuhkan dorongan dan motivasi.

Orang dewasa sebagai peserta didik sangat unik dan berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja. Proses pembelajaran orang dewasa akan berlangsung jika dia terlibat langsung, idenya dihargai dan materi ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya serta sesuatu yang baru bagi dirinya. Permasalahan perilaku yang sering timbul dalam program pendidikan orang dewasa yaitu mendapat hal baru, timbul ketidaksesuaian (bosan), teori yang muluk (sulit dipraktikkan), resep/petunjuk baru (mandiri), tidak spesifik dan sulit menerima perubahan (Yusnadi, 2004).

 

Kesimpulannya bahwa andragogi adalah pembelajaran untuk orang dewasa jelas sangat berbeda dengan penerapannya bagi anak atau pedagogi. Namun sesuai perkembangan zaman jika kita amati perbedaan itu ada semakin hilang jika ditinjau dari prinsip pembelajarannya,  Karena sesungguhnya praktek andogogi sudah banyak diterapkan di sekolah, bahkan saat ini pun justeru menjadi pemicu untuk sebuah pembaharuan metode pembelajaran.

 

Penerapan prinsip andragogi sebenarnya sudah berlangsung di sekolah baik secara sadar maupun tidak, dan menjadi salah satu penekanan yang perlu diterapkan terutama untuk metode pembelajaran baru.

 

Coba kita telaah kalimat di atas : “Orang dewasa sebagai peserta didik sangat unik dan berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja, idenya dihargai dan materi ajar sangat dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya serta sesuatu yang baru bagi dirinya.”

 

Bulankah saat ini kita sudah lama dikenalkan istilah CBSA sejak tahun 1980 an. Cara Belajar Siswa Aktif merupakan metode belajar dengan pendekatan Student Centered Learning. Pembelajaran berpusat pada siswa. Apalagi saat ini penerapan Kurikulum 2013 jelas-jelas berpusat pada siswa. Metode pembelajaran Problem Based Learning ; atau Discovery Learning. Semua membekali siswa dengan berbagai pengalaman lalu menemukan masalah dan menguraikannya. Bukankah ini gambaran sebuah   prinsip andragogi .” Proses pembelajaran orang dewasa akan berlangsung jika dia terlibat langsung ? “

 

Salah satu petuah Konfusius dari Cina : Aku mendengar dan aku lupa. Aku melihat dan aku ingat. Aku melakukan dan aku mengerti. Seolah praktek atau mengalami adalah hal yang perlu ditekankan dalam pendidikan masa kini. Hal ini menguatkan bahwa POD (andragogi) sebenarnya sudah banyak diterapkan di sekolah kita bahkan selalu ditekankan.  Setidaknya ada pesan bahwa metode ceramah hendaknya mulai dikurangi seiring diberikan praktek dan penggunaan media.

Di masa Pandemi saat ini  menggunakan moda daring (dalam jaringan). Hal  ini sangat membutuhkan kepercayaan luar biasa kepada sang anak. Apalagi adanya penerapan Merdeka Belajar. Siswa jelas diberi kepercayaan penuh seperti orang dewasa ( walau dalam taraf belajar) yaitu belajar mandiri karena dianggap sudah mempunyai pengalaman dasarnya, lalu menilai diri sendiri (self evaluation) dan praktik ketrampilan sendiri di rumah.  Disinilah tantangannya, baik bagi  Guru maupun Orangtua. Bagi Guru, sudahkah menyadari adanya perubahan besar dalam paradigma ini, bahwa siswa membutuhkan bimbingan dalam keterbatasan sekaligus mempercayakan dirinya menilai dirinya sendiri. Jangan sampai Guru selalu apriori tidak percaya pada pekerjaan siswa karena dikerjakan di rumah. Kalau pun toh dibantu orangtua, justeru disinilah kerjasama baiknya. Tentu semua dilandasi hal yang sama yaitu untuk membantu siswa balajar lebih berkembang lagi.

Akhir Guru dituntut untuk menerapkan prinsip Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan kita ; Ing Ngarsa Sing Tulodha, ( Di depan menjadi contoh teladan)  Ing Madya Mbangun Karsa ( Di tengah selalu membangun motivasi dan inisiatip Siswa) ; Tut Wuri Handayani ( Di Belakang betul-betul menjadi pendorong dan motivator ulung). Orang tua pun harus mempunyai pemahaman sama sekaligus mau menjadi guru sejatinya di rumah sendiri. Semoga

 

Blitar, 15 Juli 2021

@hariyanto



10 komentar:

  1. Informasi yang sangat bermanfaat ..keren ..hatur nuhun pak...

    BalasHapus
  2. Terimakasih tulisannya bapak. Cuma kadang kondisinya. Tugas2 sepenuhnya dikerjaan orangtua. Karena anaknya keburu ngambek gak mau dibantu mengerjakan. Alhasil orangtua takut akan nilai angka dari guru. Lupa dengan sejatinya proses belajar.

    BalasHapus
  3. Andragogi yang keren. Menambah ilmu dan wawasan. Keren pak..

    BalasHapus
  4. Tetimakasih ulasanya bapak sangat bermanfaat..sebagai guru semoga kita benar-bebar bisa melaksanakan prinsip ki Hajar Dewantara.aamiin

    BalasHapus
  5. Dulu ada pelawak Jogja yang bilang CBSA juga. Ternyata, artinya adalah Contek Bila Situasi Aman. Ini mungkin yang dipraktekkan banyak murid, haha...

    BalasHapus
  6. Aku mendengar dan aku lupa. Aku melihat dan aku ingat. Aku melakukan dan aku mengerti. Menjadi kalimat yang sangat mengena. Terima kasih berbagi ilmunya.

    BalasHapus
  7. Belajar sepanjang hayat. Belajar tak kenal Usia, dan kita adalah pembelajar yang menyandang istilah Aner.

    BalasHapus
  8. Sangat informatif,,,terima kasih ilmunya

    BalasHapus
  9. Wah andragogi ... Kalau saya mesti baca berulang terkait andragogi agar paham. Hhe ... padahal penting ya.

    BalasHapus
  10. Keren Bang Harr. Saya baca seringnya lupa. Saya liat ehh tertarik untuk mengingat.

    BalasHapus