Jumat, 09 Juli 2021

Tantangan PENTIGRAF

 


Tantangan PENTIGRAF

# hariyanto

 

Satu kali mengikuti tantangan menulis pentigraf jika berhasil menaklukkannya biasanya akan menjadi ketagihan bagi pesertanya. Itulah yang saya rasakan selama ini. Kumpulan pentigraf itu disebut Kitab Pentigraf, demikian julukan di Kampung Pentigraf Indonesia yang berisi penggemarnya dan penulisnya yang disebut pentigrafis. KPI istilah Kampung Pentigraf Indonesia itu di kepalai oleh Tengsoe Tjahjono. Profesor teman sejawat Moch Khoiri karena sama-sama dosen Unesa Surabaya.  

Saya berhasil ikut proyek atau tantangan menulis Kitab Pentigraf 2 kali, dan alhamdulillah ada saja karya saya yang lolos. Pertama bertema “Korupsi” dengan tantangan mengirim 5 karya pentigraf lolos 1. Yang Kedua bertema “Pahlawan di sekitar kita” diharuskan mengirim sedikitnya 3 karya....sekali lagi saya berhasil lolos 1 pentigraf dan dengan revisi menjadi tambah 1 lagi. Kita sebut proyek karena biaya penerbitan buku ditanggung bersama dan dalam waktu yang telah ditentukan...(walau kadang diundur sampai 1 bulan kemudian...)

Kabar baiknya, saat ini telah dipasang pengumuman di KPI tantangan menulis pentigraf dengan tema BEBAS. Silakan mengikuti ya......

Beberapa keuntungan ikut proyek ini antara lain , menjadi lebih mengenal dengan pentigrafis dari seluruh pelosok Indonesia. Lebih mengenal lagi banyak ragam ciri penulisan. Lebih mengenal mereka yang terbiasa menulis alias pentigrafis senior dan pemula. Dan kita bisa menimba ilmu “gratis” dalam satu grup WA proyek tersebut. Karena selalu ada saja berbagi trik, dan komentar   kritik dan saran (krisan) baik oleh Profesornya maupun pentigrafis lainnya.

Jika terbit bukunya kita juga menikmati “kebahagiaan” tersendiri. Karena merasa buku tersebut adalah diperoleh dengan jerih payah yang “mendebarkan.” Bagaimana tidak, ada saja karya yang tidak bisa lolos karena alasan tehnis misal lebih dari 210 kata, cerita terlalu deskriptif, terlalu kaku, terlalu dibuat-buat. Kurang tajam dan lain sebagainya. Tetapi editor dan kurator biasanya berlunak memberikan ruang “revisi” bagi mereka yang karyanya mendekati kriteria.

Dari dua kitab yang saya ikuti. Tema korupsi termasuk sulit, walau sebenarnya banyak kasus yang bisa ditulis. Sedang tema pahlawan di sekitar kita sebenarnya mudah, namun agak sulit juga dilukiskan dam 3 paragraf, karena sering menjebak kita dalam “bercerita” apa adanya tanpa ada sisipan sastra. Begitulah kira-kira pesan yang bisa saya tangkap dari kisah pengalaman ini.

Bukunya biasanya dicetak dengan sangat teliti baik desain cover maupun layout di dalamnya. Karena kelihatan rapi dan dijilid dengan kuat.

Buku pentigraf biasanya membuat kita tersenyum sendiri. Karena isinya yang singkat ( tiga paragraf) sering mengisahkan cerita yang lucu dan penuh kejutan. Cocok untuk “mengemil” di saat santai. Buku yang biasanya lebih dari 300 halaman juga berisi lebih 200 karya. Sehingga terkadang kita sengaja berhemat membaca dengan harapan awet “ngemilnya”

Tertarik memiliki buku kitab pentigraf keluaran “terbarunya” bertema pahlawan disekitar kita. Milikilah buku yang diberi judul : “ Nama-Nama yang Dipahat di Batu Karang.”  Siapa tahu tiba-tiba menjadi pentigrafis kondang. Semoga. Aamiin.

Semoga bermanfaat

 

Blitar, 9 Juli 2021

Hariyanto

8 komentar:

  1. Balasan
    1. Betul Pak D. Terimakasih saranya pak D. Memang jadi kabur ketika di blog tentang lomba tersebut. Nanti akan saya perjelas pak D. Salam literasi

      Hapus
  2. Sangat menarik, harus mempersiapkan diri dulu.

    BalasHapus
  3. Kalau mau ikut grupnya, hubungi siapa, Pak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ibu Ditta dapat hubungi FB KPI, atau langsung karyanya dikirim ke email seperti tertera. kitabpentigraf@gmail.com
      InsyaAllah sampai karyanya.

      Hapus