Senin, 26 Juli 2021

Terus Belajar Berkarya Puisi

 



Terus Belajar Berkarya Puisi

@hariyanto_kisah literasi


Alhamdulillah, setelah sekian banyak menulis puisi, baru kali ini mendapat pujian "Bagus.." dari seoang Profesor pegiat Literasi, dosen UNESA Much, Khoiri. Beliau membina banyak  grup WA khusus literasi. Beranggotakan para penulis baik pemula maupun senior yang mempunyai tujuan sama, berliterasi. Mencoba berkarya dalam sebuah komunitas yang sama tujuannya berliterasi. Di dalamnya ada satu komitmen berlatih sebisanya setiap hari menulis sesuai dengan minat dan bakatnya. Berbagai genre tulisan boleh ditulis sebagai karya dan beberapa mendapatkan penilaian untuk lebih sempurnanya karya sesuai kaidahnya. 

Saya ikut gabung grup WA beliau bernama RVL  (Rumah Virus Literasi) beberapa bulan yang lalu.  Virus disini buka dalam arti virus penyakit seperti Corona 19 atau sejenisnya, tetapi sebagai virus yang positip, yaitu yang mampu menyebarkan literasi ke dalam jiwa pelakunya maupun pembacanya. Walau tidak ada kewajiban menulis setiap hari di sana, tetapi sebagai ajang berlatih saya berusaha menulis rutin setiap hari. Cara menulis pun saya upload di blog pribadi saya sebelum saya upload di grup WA RVL. Hal seperti ini dilakukan oleh sebagian besar anggota grup. Bagi yang senior ada list wajib menulis sesuai jadwalnya. Bagi anggota lain bukan kewajiban tetapi optional (op) begitu kita diberi tanda sebagai penulis op di RVL yang di list setiap hari.

Menulis puisi bukan bakat saya yang sebenarnya. Karena sejak SMP saya memang sedikit minat namun belum merasa berhasil, jika dibanding teman sebangku yang mampu lolos dimuat dimajalah kala itu. Minat saya sebenarnya menulis sebuah artikel khusus di bidang pendidikan. Hal ini saya buktikan saat saya kuliah di IKIP Negeri Malang selama 1983 - 1988 di media kampus koran "KOMUNIKASI." Beberapa artikel pendidikan saya sempat dimuat di koran kampus itu. Bahkan saat mahasiswa itu tulisan artikel pendidikan saya sempat dimuat di koran Suara Indonesia di Malang dan Surabaya Post Surabaya. Kabar terakhir kedua koran itu sudah almarhum saat ini.

Di tahun 2020 saya berusaha menekuni blog lagi sekaligus bangkit menulis. Alhamdulillah berhasil menulis sebuah buku berjudul ." Menggerakkan Literasi Sekolah Mengangkat Martabat Siswa" tepatnya di Maret 2021 kemarin. Di tahun 2020 pula bangkit minat saya menulis puisi, sehingga beberapa puisi smpat terbit dalam buku antologi puisi. , “ Samudera dan Langit Biru.” bersama Alee Harsojo Madura dkk Desember tahun 2020, Lalu Puisi Resolusi 2021, Ibunda, dan Kartini terbit di awal tahun 2021. Proses itu saya lalui dengan harapan agar semakin bisa berkarya lebih baik dan baik lagi. Namun sepertinya puisi saya masih belum menemukan bentuk ideal, Saya masih penasaran untuk tersu belajar.

Di grup WA RVL Prof Much, Khoiri selalku pembina sekaligus mentor, beliau sudah menerbitkan lebih 66 buku karya beliau  dalam berbagai genre. Pengalaman study di luar negeri dalam bidang sastra. Genre puisi, cerpen dan artikel telah beliau kuasai dengan baik. Maka saya pun minta petunjuk beliau dalam hal penulisan puisi yang benar dan lebih praktir. Belaiu pun mengirimkan  beberapa naskah tulisan beberapa sastrawan dan contoh puisinya. Saya sangat berterimakasih akan bimbingannya beliau tersebut. Karena persoalan saya hadapi dalam membuat karya puisi adalah masih kurang dalam pemberian majas, gaya bahasa, dan pengembangan kosa kata yang tepat dan tajam. Saya pun berusaha terus untuk senantiasa memasukkan majas maupun diksi dan rima secara tepat. 

Beliau juga menjanjikan satu saat nanti akan mengadakan zoom khusus tentang menulis puisi. 

Semua itu mendorong semangat saya menulis puisi lebih baik lagi.

Kemarin malam tepatnya. Saya menuliskan puisi berjudul " KISAH SEORANG ANAK PANDEMI" yang tersinpirasi dari berita di TV tentang seorang anak di Kalimantan yang kedua orangtuanya meninggal dunia karena wabah Covid 19 ini. Kisah memilukan ini diangkat oleh Memteri Pariwisata Sandiaga Uno beberapa waktu lalu. Dalam puisi ini saya membayangkan betapa sedihnya anak tersebut. Dan membyangkan jadi hidup sendirian, lalu tinggal di rumah sederhana, yang biasa makan bersama di atas tikar pandan dengan makan sederhana seperti sayur bening. 

Tidak disangka karya puisi saya ini justeru mendapatkan pujian " Bagus.." dari Profesor. Alhamdulillah, semua itusaya jadikan lecutan diri untuk berkarya lebih baik lagi Kata-katanya singkat namun padat dan memotivasi. " Nah, puisi ini bagus Pak. Najas ada, simbul, atmosfir (imagery) juga ditampilkan......Lanjutkan untuk puisiyang lain Pak."

Mau tahu puisinya. Inilah puisi tersebut:

 

KISAH  SEORANG ANAK PANDEMI

#hariyanto_puisi

 

Seorang anak tiba-tiba menjadi yatim piatu

Kedua orangtuanya telah pergi selamanya

Kemarin pagi

 

Sebatang kara kini

Sang anak menatap langit sunyi

Pandemi menggores luka hatinya

Sekaligus melemparkannya dalam sepi

 

Ya Allah.....rindu kasih sayangnya

Belum hilang dari tikar pandan di depannya

Mereka duduk dalam senda gurau

Di tengah makan bersama

 

Kapan akan datang kembali

Senyum yang tersisa di atas tikar pandan

Di dalam mangkuk sayur bening

Yang selalu menyegarkan jiwanya

 

Malam itu semakin larut bersama angin dingin

Seorang anak tidur telungkup kaki

Dingin malam itu melipat sedihnya

Mengantar mimpinya, menemui ayah bunda.

 

 

Blitar, 25 Juli 2021

#hariyanto

#edisisedihmenatappandemi covid19


Alhamdulillah, saya pun  merasa tersanjung dengan pujian itu. Namun sekali lagi semua ini saya anggap sebagai lecutan diri untuk berkarya lebih baik lagi di masa depan seperti harapan beliau. Semoga Allah memudahkan jalannya. Aamiin.

#SALAM LITERASI

Blitar, 26 Juli 2021



Tidak ada komentar:

Posting Komentar