Belajar Puisi dari Lirik Lagu
#Hariyanto_opini
Malam ini ketika membaca WA Grup Lagerunal, ada sahabat
memberikan infonya tentang sebuah bentuk piisi yang lagi ngetrend saat ini.
Puisi TELELET begitu sebutannya. Polanya adalah 3-4-5-6-5-4-3, ini tentu kreasi baru lagi
mirip pola patidusa 4-3-2-1 atau darik 4444-333-22-1..... akhirnya semua bisa
diterapkan sesuai dengan kesenangan dan kenyamanan masing-masing penulis.
Sedikit bocoran Puisi Telelet sebagai berikut :
3 baris -> Bait pertama
4 baris -> Bait kedua
5 baris -> Bait ketiga
6 baris -> Bait keepat
5 baris -> Bait kelima
4 baris -> Bait keenam
3 baris -> Bait Ketujuh
Puisi ini sengaja dibuat untuk para Pemula yang sulit membuat
Puisi yang berkualitas dengan nilai Satra tinggi
Puisi ini dipilih bahasa sederhana tidak harus tinggi
Bahasa sederna yg mudah dipahami tetapi jika dirangkai akan
memiliki keindahan sendiri.
Puisi ini mensyaratkan Rima akhir kalimat dua huruf yg sama. Hal
ini tentu berbeda dengan puisi pada umumnya, Seperti itu sajalah sementara
infonya/
Karena malam ini sebenarnya saya juga ingin menuliskan
bagaimana belajar puisi dari sebuah lirik lagu yang ternyata mempunyai nilai
puitis yang tinggi. Ambil saja contoh lirik lagu Ebiet G., Ade berjudul “Menjaring
Matahari.” Karya Ebiet G,Ade.
MENJARING MATAHARI
@Ebiet G,Ade
Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku?
Pekat, hitam berarak menyelimuti matahari
Aku dan semua yang ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam gelap
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan?
Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kegalauan
Roda zaman menggilas kita
Terseret tertatih-tatih
Sungguh hidup terus diburu
Berpacu dengan waktu
Tak ada yang dapat menolong
Selain yang di sana
Tak ada yang dapat membantu
Selain yang di sana
Dialah Tuhan
Dialah Tuhan
Betapa indahnya irama, pengulangan kata dan bahasa metafora
maupun kedalaman maknanya.
Apabila makna itu dikaitkan dengan situasi Pandemi saat ini
masih mengena sekali. Dan kita menjadi sadar bahwa waktu terus memburu
kita....... zaman akan menggilas kita yang akhirnya hanya Tuhanlah
penolong-Nya.
Mari kita lihat bait 1 dan 2
Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku?
Pekat, hitam berarak menyelimuti matahari
Aku dan semua yang ada di sekelilingku
Merangkak menggapai dalam gelap
Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan?
Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi
Siramilah juga jiwa kami semua
Yang tengah dirundung kegalauan
Betapa dalamnya makna tersirat...juga betapa indahnya
rangkaian kata-kata yang sangat kuat diksinya.
Kabut, benarkah pertanda akan segera turun hujan?
Deras........seolah hujan sudah deras turunnya.....agar semua
basah yang ada di muka bumi.
Siramlah juga jiwa kami semua/ yang tengah dirundung kegelisahan
Sungguh saat inilah kegelisahan benar-benar menjadi kabut dan
mendung yang menyelimuti kami semua. Pandemi corona yang berkepanjangan dan menjatuhkan
banyak korban dan kehilangan. Menumpuk gelasah duka dan lara. Maka turunnya
hujan, yang amat deras adalahsebuah Rahmat-Nya yang begitu sangat kita semua
harapkan. Bukan hujan yang menhancurkan dan menghanyutkan harapan.
Saya hanya ingin menggaris bawahi, bahwa dari teks atau lirik
lagu, ternyata bisa mencetuskan banyak ide untuk membuat satu puisi lainnya.
Tentang dibuat model seperti apa puisinya. Di atas sudah banyak pilihannya.
Apakah seperti itu. Cobalah dengarkan lagunya sendiri dan
nikmati syairnya.
Blitar, 18 Juli 2021
#hariyanto
Manttappp,,,siiaappp belajar TELELET
BalasHapusMantap Pak. Langsung ditulis disini. Karya yang akan tetap abadi.
BalasHapusWow... Kerenn.. Dari info puisi Telelet jadi sebuah tulisan. Kupas lirik lagu Kang Ebiet lagi. Klo Aam sukanya dengar Berita Kepada Kawan.
BalasHapusCakep, langsung diikat menjadi tulisan.
BalasHapusLuar biasa Pak Har. Mengapresiasi lirik lagu yang puitif
BalasHapusPak Har keren banget ya..,, Pandai sekali berimajinasi dan lebih keren lagi langsung ditulis. Terima kasih Info teleletnya.
BalasHapusWah analisis lagunya Ebit G Ade dari kacamata puisi Telelet. Nambah ilmu.
BalasHapusGaungkan puisi telelet
BalasHapusSedang ramai telelet ini. Padahal udah lama ada sih. Hehe... Cukup mengasah keterampilan mengumpulkan diksi
BalasHapusSaya bahkan menulis novel yang terinspirasi dari banyak lagu, Pak. He he.
BalasHapusDari obrolan menjadi resume
BalasHapusDari sebuah lagu menjadi sebuah pemikiran brilian.
Sehat selalu Pak Har