MENULIS PUISI DAN FOKUS
? .......HANCA JADINYA
Oleh.
Hariyanto
SALAM LITERASI
Kali ini saya
akan membahas bagaimana praktik menulis puisi secara fokus : 1 puisi 1 obyek, 1
bahasan, dan 1 sudut pandang. Ini sebenarnya motto dari P20 atau Puisi
2.0. Tetapi jika diperhatikan sebenarnya
ini aturan untuk penulisan puisi secara umum atau menulis artikel tertentu,
tentunya peRlu fokus akan satu bahasan atau satu obyek.
Justeru syrat
inilah dapat dikatakan “mudah” diucapkan tetapi sulit diterapkan. Setidaknya pengalaman
saya menulis dan berlatih berkali-kali, belum sampai juga pada satu pengertian
yang paripurna. Masih saja salah dan keliru.
Inginnya
menulis satu “obyek” selalu tergoda menulis obyek lainnya dalam 1 puisi
tersebut. Bagaimana terjadi. Inilah contoh
yang saya alami. Brikut puisi saya pagi tadi yang semula sudah saya yakini satu
obyek :
MATI LAMPU
Oleh.
Hariyanto
Mati lampu
Dunia dalam
kegelapan
Langkah
tertatih-tatih
Azan di masjid
Sayup-sayup
Sholat dalam
temaram
Pelita
Di sudut malam
Blitar, 14
Oktober 2021.
Perhatikan
sekali lagi. Puisi yang saya anggap selesai dan sempurna. Tetapi dan oh
ternyata.......JRENGGGG. Salah fokus......over fokus.....tidak fokus....alias
FOKUS lebih dari satu. KOK BISA ???
Yahhh.....Hanca
jadinya.
Anggaplah gagal
sudah puisi ini. Targer hilang satu puisi. HANCA HANCA.
Padahal sebelumnya
saya menulis bagaimana menulis puisi secara fokus......
Maka setelah
tertunda beberap jam kemudian.......Hanca ingin saya tindak lanjuti agar
selesai.
Cek....ya
tolong ikut cek puisi di atas ada berapa obyek ya ? Catatan bahwa fokus itu
artinya adalah satu puisi fokus pada 1 obyek.....
1. Mati lampu alias bola lampu
mati.
2. Orang berjalan ke masjid
3. Shalat di masjid
4. Pelita.....
Ya
betul.....sedikitnya ditemukan 4 OBYEK ternyata. Luar biasa. Padahal setahu
saya sedikitnya 2 obyek saja seperti contoh di artikel kemarin di blog ini tentang FOKUS.
Kasus ini justeru terjadi pada puisi saya ada 4 obyek sekaligus.....ck ck
ck.....Cicak di dinding pun bernyanyi sambil menggeleng kepalanya.
Maka saran
mentornya (kebetulan sedang belajar ini) pada sang Gurunya penggagas P2.0 Endang Kasupardi......mending dijadikan 4
puisi. Wah sarannya malah berupa tugas. Siap Ndan.......Maka saya pun mulai
menyibak hanca, mengerjakan yang belum selesai, yaitu membuat 4 puisi dari 4
obyek baru tadi.
1. BOHLAM MATI
Bohlam mati
Menciptakan kegelapan
Seolah hari semakin kelam
Memasuki ruang baru
Asing sama sekali
2. JAMAAH SHALAT
Setelah azan menyeru
Bertaburan dari rumah
Menuju satu arah
Rumah baru
Yang atapnya menjulang
Dengan menara
Menembus langit
Bersujud di dalamnya.
3. SHALAT
Ketika doa terucap
Di lesan seorang diri
Petunjuk jalan lurus
Menjadi dambaannya
Sekaligus tuntutannya
Sehabis salam.
4. PELITA
Sinarnya temaram
Menembus malam
Melalui jendela surau
Keluar pelan
Menuju langit
Menembusnya
Malam itu.
Blitar, 14 Oktober 2021
Alhamdulillah.....akhirnya
HANCA saya taklukkan malam ini tepat pukul 22.15 WIB.
Selesai sudah tugas malam
ini.
Lampiran :
Ternyata malam ini puisi saya dibahas dan mendapat masukan serta perbaikan. Tulisan mentor tersebut saya kutip disini agar semakin jelas arti fokus 1 obyek dalam puisi . Bahwa puisi saya BOHLAM MATI yang saya anggap sudah baik dan fokus ternyata belum menceritakan bohlamnya, tetapi susasana ketika bohlam mati.......NAH......bagaimana ??? Ini masukannya Mentor dan penggagas puisi 2.0 Bapak Endang Kasupardi :
Saya ambil satu puisi untuk diubah ya.
Puisi bohlam mati
Bohlam mati
Menciptakan kegelapan
Seolah hari semakin kelam
Memasuki ruang baru
Asing sama sekali
Ini sudah lumayan. Deket ke satu objek. Ingin menceritakan bohlam, tapi yang dibahas bukan bohlam tapi suasana saat bohlam mati. Coba rasakan itu.
Saya ubah ungkapannya menjadi begini
BOHLAM MATI
bulat menggelayut
tak lagi terang di ruang gelap
Disana
Diantara lelangit rumah
Ia mati menggelantung
Tidak busuk
Tapi
Tetap dibuang
Coba, bedakan yang dijelaskannya. Ini suasana atau objek bohlam yang diterangkan dalam puisi ini.
Setelah paham, lalu ubah judulnya. Maka proses selanjutnya adalah mengubah judul puisi. Catatan untuk ini judul tentu harus bisa dimaknai. berikut
Apa beda maknanya puisi di atas, yang judulnya perjaka tua, sang kakek dengan jika di beri judul "istana gebang?"
Padahal puisinya sama
Cuma judul saja yang beda ...maka saya pun memberikan jawaban yang sebenarnya masih bingung ?
"Sesuatu yang masih dihormati tetap sulit dikatakan harus dibuang.....tetapi terhadap orang yang benar-benar tidak ada manfaat lagi cenderung dibuang. isi tetap mempengaruhi judul,,,,,judul juga mempengartuhi isi....bagaimana pak ? Kok makin berputar ya " Itu jawaban saya.
Penjelasan sekaligus simpulan malam ini : "Saya kembali ke awal. Puisi ini menjelaskan tentang bohlam mati. Seperti tidak ada artinya, karena puisi ini hanya menjelaskan bohlam mati
Kemudian diubah judulnya. Menjadi perjaka tua, maknanya sudah mulai terasa.
Kemudian diubah lagi judulnya, dengan istana gebang. Maknanya semakin dalam.
Dan sebetulnya, itulah proses memasukan gaya bahasa pada puisi.
Semakin diganti judul akan semakin terasa maknanya. Tinggal pilih nanti, mana yang lebih cocok untuk dipublish.
Begitu ya pa.
Selamat malam. "
Begitulah repostase malam ini. Semoga bermanfaat. Aamiin.
SALAM LITERASI
Blitar, Kamis 14 Oktober
2021
Catatan :
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata hanca adalah pekerjaan yang tertunda. Hanca memiliki arti dalam kelas nomina atau kata benda sehingga hanca dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Mantaap Pak. Sy coba fokus 1 obyek, koq susah..😄
BalasHapusIya Ambu....itu buktinya.....harus terus berlatih kayaknya
HapusFokus pada 1 obyek saja bisa hanca apalagi lebih
BalasHapushehehe...
Iya Bu.....terimakasih sudah berkunjung
HapusWah ilmu baru ini. Puisi 2.0 Terima kasih sudah membagi ilmunya.
BalasHapusIya Bu walau diciptakan tahun 2010 oleh Bapak Endang Kasupardi saat ini masih terlihat baru...setidaknya saya juga baru mengenal......
HapusTetap semangat dengan puisi P2.0. Saya masih banyak hanca nih untuk buku solonya.
BalasHapusIya Bu semangat. Segera hilanglan HANCA nya dan terbitlah buku solonya
HapusAamiin
Wah, keren nih metodenya membuat puisi. Patut ditiru. Mantaap
BalasHapusTerimakasih Pak.
HapusWwwwowww puisi 2.0 seru juga
BalasHapusTerimakasih Bu Aam, salam literasi
HapusMasyaAllah..ilmu yang sangat waaw .. terimakasih Pak. Mohon penverahan untuk kata shalat yang betul salat atau shajat ya?
BalasHapusiya Bu terimakasih masukannya. Saya baru lihat di KBBI penulisan yang benar adalah SALAT dan bukan sholat atau shalat...
BalasHapusAsyik dapat ilmu lagi. Matur nuwun
BalasHapusTerimakasih telah diingatkan kembali untuk tetap fokus dalam menulis. Puisi P2.0 memang luar biasa.
BalasHapusMantab pencerahan ilmu P.2.0
BalasHapus